"Cukup bangunkan ibu mu. Setelah itu masuk kamar!"
"Apa boleh seperti itu?
"Boleh. Tapi setelah itu langsung kembali kedalam kamar."
Maka Aleta langsung bergegas membangunkan sang ibu agar segera membukakan pintu untuk ayahnya. Setelah itu Aleta menuruti apa yang di perintahkan suami hantunya, dia langsung masuk kedalam kamar tanpa tau jika laki-laki yang tadi pagi berdebat dengannya sedang duduk di ruang tamu rumahnya.
"Loh Bu, Aleta mana?" tanya sang ayah.
"Aleta sudah tidur pak."
"Tolong ibu bangunkan_"
"Tidak usah pak, biar kita bertemu besok malam saja, lagi pula ini sudah malam jadi saya harus pulang. Bapak dan ibu pun pasti sudah mengantuk. Jadi saya permisi." Bian pamit dan di antar oleh kedua orang tua Aleta sampai ke mobilnya dan lagi-lagi Bian melihat Arga.
Keesokan malamnya keluarga Aleta sudah bersiap untuk makan malam di kediaman Bian, karena masih di bawah jam 12 malam jadi Arga belum menampakkan wujudnya. Alhasil Aleta belum meminta ijin pada Arga.
Tadinya Aleta ingin menolak, tapi sang ayah bersi kukuh meminta Aleta untuk ikut bersamanya mereka, meski terpaksa akhirnya Aleta pergi juga.
Setelah sekitar setengah jam perjalanan mobil yang membawa mereka sampai di depan sebuah rumah mewah bak istana. Aleta dan sang ibu sampai terperangah di buatnya, mereka sangat kaget bisa di undang makan malam di rumah sebagus itu.
"Malam pak Agus," sapa salah satu maid.
"Malam buk, apa tuan Bian ada?"
"Tuan Bian sudah menunggu anda di meja makan tuan"
"Panggil saya pak Agus saja, jangan panggil saya tuan." ucap ayah Aleta sungkan.
"Maaf tuan. Tapi tuan Arga bilang kalau anda sekeluarga adalah tamu pentingnya, jadi kami harus hormat panda anda. Mari tuan," maid itu pun membawa keluarga Aleta untuk masuk, belum juga rasa kagum saat melihat interior luar rumah Bian selesai kini di tambah mereka di suguhkan dengan pemandangan di dalam rumah megah itu, Gucci besar nan mewah ternyata rapi di setiap sudut rumah, lukisan berbagai bentuk dan gambar terpajang di dinding dan juga foto-foto keluarga menguasai setiap sudut ruangan di sana.
"Arga." gumam Aleta ketika melihat potret Arga terpajang di sana, tapi dia heran kenapa Arga ada dua dan kali ini dia ingat dengan laki-laki lain yang bertengkar tempo hari dengannya yang wajahnya sama persis seperti Arga.
"Ayah, apa dia_" belum sempat menyelesaikan pertanyaannya tiba-tiba Bian sudah datang menghampiri mereka dengan senyuman kotaknya.
"Selamat malam pak Agus, ibu dan Aleta. Akhirnya kita bisa bertemu lagi," sapa Bian dengan ramah.
ibu Aleta bahkan tidak berkedip sedikitpun saat melihatnya, Bian pun mendekat dan mencoba ramah pada ibu calon pacarnya itu.
"Ada apa Bu, apa yang ibu lihat? Hingga ibu sampai lupa berkedip."
"Maaf tuan_"
"No, no, no. Jangan panggil aku tuan bu, cukup panggil aku Bian."
"Maaf nak Bian, ibu hanya kagum dengan rumah ini." elak ibu Aleta yang jelas-jelas dia tidak bisa berkedip setelah melihat wajah Bian yang seratus persen sangat mirip dengan jasad yang ia kuburkan beberapa hari lalu di bawah tempat tidur putrinya.
"Kalau ibu mau, nanti kita bisa tinggal bersama di sini. Tapi setelah aku dan Aleta resmi menikah tentunya."
Mendengar perkataan Bian, Aleta langsung melihat ke arah laki-laki itu yang sudah berani tidak sopan di depan ayah dan ibunya.
"Saya hanya bercanda nona Aleta, tapi jika ingin, bisa kita atur kapan tanggal pernikahan nya karena lebih cepat lebih baik." ucap Bian sambil terkekeh geli. Jika saja Aleta tidak sayang pada ayah dan ibunya sudah pasti dia akan menampar Bian karena sudah sangat tidak sopan padanya. Tapi lagi-lagi dia memikirkan nasib ayah dan ibunya.
Setelah situasi yang agak sedikit panas antara Aleta dan Bian.
Bian pun mengajak keluarga Aleta langsung ke meja makan.
"Silakan nikmati hidangan yang sederhana ini,"
"Hem... Sombong!" sarkas Aleta yang sangat kesal pada Bian yang seolah merendah tapi dengan menginjak-injak kepalanya. Bagaimana dia bisa bilang hidangan yang ada di hadapan mereka itu sederhana sedangkan berbagai macam makan dari negara manapun ada di sana.
Aleta seperti sedang di ledek oleh perkataan Bian, ingin rasanya Aleta menjambak rambut Bian jika tidak ada ayah dan ibunya, dia benar-benar kesal pada Bian karena laki-laki itu terus memandanginya dari atas sampai bawah seolah-olah Aleta adalah pemandangan sayang untuk di lewatkan.
Sepanjang acara makan malam Aleta dan Bian lebih banyak berdebat ketimbang mengontrol, entah walaupun Arga hantu Aleta lebih nyaman bicara dengan Arga dari pada dengan Bian yang manusia tapi tingkahnya seperti setan.
Setelah makan malam ayah Aleta dan Bian malah asik main catur, tidak perduli jika Aleta sedari tadi sudah berkali-kali meminta pulang.
Waktu terus berlalu dan sebentar lagi hampir tengah malam, Aleta takut jika Arga datang dia masih belum pulang dan Arga akan marah padanya lalu melukai ayah dan ibunya.
"Ayah ini sudah hampir jam 12 malam jadi ayo pulang." ajak Aleta sambil berdiri lalu menarik lengan sang sayang untuk segera pergi dari sana.
"Kenapa buru-buru Aleta? Lagi pula ayah dan ibumu di sini jadi santai saja."
"Maaf tuan Bian. Tapi saya harus segera pulang." Aleta sekarang sudah berjalan menuju pintu. Tapi Bian buru-buru berjalan untuk mengejarnya.
"Ada apa Aleta, kau terburu-buru seperti suami mu sedang menunggu di rumah?" sarkas Bian.
"Ya, memang. Suami saya memang sedang menunggu saya di rumah jadi saya harus segera pulang." saut Aleta sambil terus berjalan.
"Jangan bohong Aleta, kamu belum menikah!" tegas Bian yang mencekal lengan Aleta.
"Kata siapa?"
"Anak buah ku tidak akan pernah salah Aleta!"
"Apa maksud anda tuan Bian? Apa anda menyuruh orang untuk mengikuti dan menyelidiki tentang saya?" tanya Leta marah.
"Bukan seperti itu Aleta." elak Bian, mencoba menenangkan Aleta agar gadis itu tidak marah padanya.
"Permisi tuan, kami harus pulang." Aleta pun keluar rumah Bian dan di susul ayah dan ibunya.
Saat Aleta masih berjalan untuk keluar dari dalam teras rumah Bian, tiba-tiba langkah Aleta terhenti ketika melihat sosok Arga sudah berdiri di depan gerbang rumah mewah itu.
"Mas," gumam Aleta.
"Sedang apa kamu di sini Aleta?"
"Mas, aku bisa jelaskan."
"Arga! Apa itu kau?" suara Bian yang ternyata sudah berdiri di belakang Aleta.
"Kau! Apa kau belum puasa bersaing dengan ku?" sarkas Arga.
"Apa maksud mu Arga?"
"Aleta istriku, jadi berhenti mengejarnya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments