"Cari tau orang yang menjual jam tangan Arga di sana, jika kalian sudah menemukannya. Seret dia, ke hadapan ku!" titah Bian mutlak.
Di sisi lain Aleta tengah sibuk bersiap-siap untuk berangkat kuliah, hari ini entah kenapa hatinya terus berdebar ketika mengingat kebersamaannya tadi malam bersama Arga.
Setelah sampai di kampus seperti biasa Aleta akan langsung masuk kedalam kelas, lalu bertemu dengan sahabatnya Levi, tapi kali ini Levi terus memperhatikan Aleta hingga Aleta Sadar, "kamu kenapa liatin aku kaya gitu?" tanya Leta sambil menaruh tasnya di meja.
"Leta,"
"Hem.."
"Kamu sehat kan?" tanya Levi sambil menyentuh dahi Aleta, mengecek jika sahabatnya itu tidak sedang demam.
Aleta hanya bisa menghela nafas pelan lalu menyingkirkan tangan Levi dari dahinya, "Aku sehat Levi!" jawab Leta sedikit kesal.
Setelah itu Levi menarik kursinya agar lebih dekat dengan Leta, dia harus tau apa penyebab keanehan sahabatnya hari ini, "Aleta, kenapa pagi ini aku lihat kamu sumringah banget, kamu lagi jatuh cinta ya?" tebak Levi yang di balas gelengan pelan oleh Aleta, tapi tiba-tiba dia salah tingkah dan menutup wajahnya dengan telapak tangan, kemudian tertawa pelan, dan membuat Levi heran.
"Kan benar tebakan ku, kamu sedang jatuh cinta." kukuh Levi yang kini sudah menggeser kembali kursinya ketempat tadi dan memberikan jarak antara mereka berdua.
"Aku gak tau Levi. Yang jelas hari ini aku lagi bahagia aja, emangnya tidak boleh apa kalo aku bahagia?"
"Kata siapa kamu gak boleh bahagia? aku malah seneng lihat kamu kaya gitu, yang jadi masalah kenapa kamu gak cerita, kalo kamu lagi dekat sama cowok? itu aja." jawab Levi ketus.
Melihat sang sahabat tengah merajuk Aleta pun menarik kursinya agar lebih dekat dengan Levi, lalu menyentuh tangan Levi, "Levi, percaya deh sama aku, kalo aku lagi gak dekat sama siapapun. Masa aku punya pacar kamu gak aku kasih tau." bujuk Leta yang membuat Levi langsung tersenyum kembali.
"Nah gitu dong senyum, kan cantik di lihatnya." goda Leta.
'maaf ya Levi aku bohong sama kamu, aku gak mungkin bilang kalo aku bahagia gara-gara mengingat hantu." batin Leta.
Hari ini di kampus semuanya berjalan seperti bisa dan sekarang sudah waktunya Aleta pulang, biasanya dia akan pulang bersama Levi, tapi kali ini Aleta pulang sendirian karena Levi masih ada tugas yang harus ia kerjakan. Tadinya Aleta ingin menunggu Levi, tapi dia melarangnya, dia bilang dia akan lama jadi lebih baik Leta pulang saja duluan.
Dalam perjalanan menuju rumah tiba-tiba taksi online yang ia tumpangi di tabrak dari belakang, meski tabrakannya tidak keras tapi itu cukup membuat Aleta kaget.
"Maaf nona, apa nona baik-baik saja?" tanya sopir taksi yang panik sambil memegangi keningnya yang berdarah, terbentur dasbor saat tabrakan tadi. "Saya tidak apa-apa pak, tapi bapak berdarah." tunjuk Leta pada dahi sang sopir.
Karena melihat sopir yang terluka, lalu belum ada itikad baik dari pengendara yang menabrak mereka, akhirnya Aleta memutuskan untuk turun dan mengetuk kaca mobil yang ada di belakangnya itu.
"Heh turun!" teriak Leta. Tapi belum ada respon dari pengendara mobil mewah itu.
"Heh... kamu tuli ya? saya bilang turun! kamu harus tanggung jawab sama sopir yang kamu tabrak, jadi ayo turun!" Aleta kembali berteriak bahkan dia sudah jadi tontonan pengendara dan juga pejalan kaki di sana. Tapi Aleta tidak perduli.
tok.
tok.
tok.
kali ini ketukan Aleta cukup keras karena dia sudah kesal dan tidak sabar ingin melihat orang ceroboh mana yang membuat orang lain terluka karenanya.
Sedangkan yang sedang di marahi dia malah tersenyum saat melihat wajah kesal Aleta dari balik kaca mobilnya.
"Ya Tuhan apa kamu mati heh?" maki Aleta saking kesalnya, karena merasa tidak di anggap.
Tapi tiba-tiba kaca mobil itu turun, lalu pintunya terbuka. " sudah marah-marahnya?" tanya si pengendara sambil keluar dari dalam mobil dan sekarang sudah berdiri di hadapan Aleta.
"Arga," gumam Leta pelan.
"Hem...?" tanya Bian yang sama sekali tidak mendengar gumaman Aleta.
"Mana yang terluka nona? biar saya antar anda ke rumah sakit dan untuk biaya ganti rugi anda bisa datang ke tempat ini, semua biaya saya yang akan menanggungnya dan ini untuk bapa berobat." Bian menyodorkan satu gepok uang ratusan ribu yang jumlahnya kira-kira lebih dari 5 juta. Aleta hanya bisa membulatkan matanya bisa-bisanya orang yang wajahnya mirip Arga suaminya, sama sekali tidak ada sopan santunnya bukan meminta maaf terlebih dahulu, dia malah menyesakkan semuanya nya dengan uang.
"Apa ada lagi yang kurang nona_" tanya Bian, sambil mendekatkan wajahnya pada Aleta.
"Aleta, nama saya Aleta." jawab Leta pelan.
"Aku Bian, apa nona terluka juga?" tanya Bian sedikit menggoda dengan bibirnya yang seperti sedang mengunyah permen karet. "Apa dia Arga, tapi jika ini Arga kenapa dia tidak mengenali ku?" batin Aleta saat melihat wajah lelaki yang ada di hadapannya.
"Aku rasa kamu harus ke rumah sakit nona. Aleta. Mungkin kepala mu terbentur." tunjuk Bian pada dahi Aleta yang masih saja diam dengan pikiran entah kemana.
"Hei... Aleta apa kamu baik-baik saja?" Bian menjentikkan jarinya di depan wajah Aleta berharap gadis itu sandar dari lamunannya.
Karena Aleta masih saja melamun, Bian pun memberanikan diri menyentuh dagu gadis cantik itu hingga dia terperanjat dan menepis tangan Bian dari sana.
"Maaf. Aku tidak bermaksud menggaet kan kamu, tapi kamu dari tadi melamun. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Bian lagi.
"Aku baik-baik saja!" jawab Leta ketus sambil berlalu pergi dari sana.
"Aleta!" panggil Bian yang sama sekali tidak di perduli kan oleh Aleta, karena dia malah terus saja berlalu pergi meninggalkan Bian yang masih terkesima melihat nya.
"Gadis aneh! tapi aku suaka, akan aku pasti kan kita akan bertemu lagi Aleta." ucap Bian sambil mencium tangannya yang tadi bekas menyentuh dagu Aleta.
Malam harinya Bian sudah duduk di kursi kebesarannya, tempat itu begitu mencekam saat Bian sedang marah karena masih saja belum ada kabar dari anak buahnya yang ia utus untuk mencari siapa yang menjual jam tangan saudara kembarnya itu.
"Tuan."
Bian pun langsung berbalik menghadap anak buahnya yang sudah berdiri sambil menundukkan wajahnya.
"Jangan bilang kalau hari ini kalian tidak menemukan kabar apa pun soal Arga!" ucap Bian sambil menaruh gelas wine yang ada di tangan dengan cukup keras hingga anak buahnya pun terperanjat.
"Tidak tuan. Tapi kami menemukan ini," ucap sang anak buah sambil menyodorkan foto-foto yang di ambil dari rekaman sisi cctv.
"Siapa dia?"
"Dia orang yang di duga menjual jam tangan tuan muda Arga,"
"Lalu kenapa kalian hanya membawa foto nya saja? kenapa kalian tidak menyeret orangnya langsung ke hadapan ku?" Teriak Arga sambil menodongkan kan pistol ke kepala anak buahnya itu.
"bawa orang itu kehadapan ku segera! jika dia memang benar-benar terlihat Teteng menghilang nya Arga. aku tidak akan segan-segan mengulitinya hidup-hidup!" ancam Bian yang tidak pernah main-main.
Apa orang yang di foto itu ayah Aleta dan jika iya apa dia akan selamat dari amukan Arga?
yuk tunggu cerita selanjutnya besok...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments