"Bian tidak boleh tau di mana jasad ku berada Aleta, jika dia tau dan menguburkan tubuh ku dengan layak maka aku akan musnah dari dunia ini dan aku tidak mau berpisah dengan mu sayang," tutur Arga sambil memeluk erat istrinya, jika Bian tidak bisa menyentuh Arga, itu karena Arga tidak memakai kekuatannya, hanya pada Aleta lah dia menggunakan kekuatan itu agar bisa bermesraan dengan sang istri.
pipi Aleta sudah merah bak kepiting rebus karena malu dan juga bahagia di perlakukan begitu istimewa oleh Arga.
Tapi di tengah-tengah kemesraan mereka Arga pamit untuk menemui Bian dan memperingatkan saudara kembarnya untuk menjauhi Aleta karena Aleta adalah kakak iparnya.
Dalam sekali hembusan angin Arga pun menghilang meninggalkan Aleta sendirian.
Brug.
tiba-tiba mobil Bian seperti tertimpa sesuatu yang berat, Bian sampai kaget ketika dia menoleh sudah ada Arga yang duduk di sebelahnya.
Apa tujuan mu mendekati isteri ku?" tanya Arga tegas.
"Istri?" ucap Bian sambil tersenyum, "Aku rasa kata yang cocok adalah mantan istri." sambungnya.
"Dia masih istriku." tegas Arga.
"Tapi kau lupa kalo kau sudah mati." jelas Bian.
"Tapi aku masih di sini bersamanya."
"Lalu, apa kau bisa melindunginya jika ada hal buruk yang menimpanya?" Bian diam sejenak menunggu jawaban dari saudara kembarnya itu, "tidak bisa kan?" sambungnya.
"Jadi lepaskan Aleta, biar aku yang akan menjaganya."
Arga sudah ingin memakai kekuatannya untuk membunuh Bian, tapi dia Ingat dia sudah terlalu banyak menggunakan itu agar bisa bersama dengan Aleta dan jika sekarang ia pakai untuk membunuh Bian, dia takut kalau tidak akan bisa memperlihatkan wujud nya lagi.
"Menjauh dari istriku!"
"Aku tidak mau!"
"Apa tidak cukup kau bersaing dengan ku selama aku hidup? hingga sekarang kau masih ingin bersaing dengan ku ketika aku sudah mati?"
"Jika iya, kenapa? Apa kau takut?" tantang Bian.
"Aku, takut padamu? Aku rasa tidak!" sanggah Arga.
"kita lihat saja siapa yang akan kalah kali ini?" ucap Bian penuh percaya diri.
Setelah hari itu Bian gencar mendekati Aleta. Bian bahkan tidak ragu menemui Aleta di kampusnya meskipun Aleta selalu menolaknya.
Arga POV.
Perkenalkan, aku Kim Arga, putra pemilik perusahaan properti terbesar di Indonesia atau mungkin di Asia. Aku memiliki saudara kembar bernama Kim Bian putra perwira, Tapi sejak berusia 17 Thun Bian menghilangkan Kim dari namanya. Entahlah, sejak kejadian buruk yang kami alami sewaktu kecilnya hubungan kami jadi merenggang lebih tepatnya kami malah terlihat seperti musuh, padahal kami adalah kembar identik yang artinya dari segi wajah dan postur tubuh kami sama sekali tidak berbeda. Kecuali watak dan tabiat.
Aku lebih pendiam, tapi para karyawan ku mengatakan jika aku adalah bos yang perhatian. Entahlah.
Sedangkan Bian, Bian lebih terkenal dari ku, sejak sekolah dia selalu aktif di setiap kegiatan mulai dari OSIS dan lain-lain, dia juga terkenal nakal urakan dan ambisius apa lagi soal pekerjaan.
Meskipun kembar, kami di didik dengan berbeda. Aku di besarkan oleh kakek dan nenek, nenek sangat menyayangi ku hingga aku tidak kekurangan kasih sayang sedikitpun meski tidak di urus oleh papa dan mama. Sedangkan Bian di besarkan oleh mama dan papa, bahkan dulu aku sangat iri padanya, karena dia bisa setiap saat bersama orang tua kami.
Keluarga kami tidak pernah mendidik kami untuk saling menyayangi, apa lagi setelah kejadian di mana aku dan Bian hampir mati. Kami biasa bersaing dalam segi apapun, termasuk perempuan dan kali ini kami melakukannya lagi. Karena aku tau Bian mengincar Aleta yang notabene adalah istriku. Dan ini kisah kami, persaingan antara dua saudara kembar yang berbeda dunia.
Author POV.
Pada malam harinya Arga juga melakukan hal yang sama, dia selalu memberikan perhatian yang lebih pada sang istri seperti sekarang.
"Aleta mau jalan-jalan dengan ku?" tanya Arga.
"Bagaimana caranya?" tanya Aleta bingung.
"Cukup tutup matamu."
Maka Aleta mulai menutup matanya perlahan.
"Sekarang buka."
Saat Aleta membuka matanya, betapa takjubnya dia karena sekarang mereka sudah berada di tepi pantai dengan pasir putih serta desiran ombak yang menerpa telapak kakinya.
"Ini indah," ucap Aleta.
"Tapi tidak lebih indah dari wajah mu." puji Arga sambil menatap lekat wajah sang istri.
"Mas maaf." ucap Aleta dengan tatapan yang begitu sendu.
"Ada apa sayang, kenapa tiba-tiba kamu meminta maaf?"
"Seharusnya sekarang mas masih hidup menikmati kehidupan mewah yang mas punya." sesal Aleta.
"Itu bukan hidup Aleta, itu hanya rutinitas." Arga berjalan menuju tepi pantai lalu duduk di atas pasir putih.
"Sini duduk, biar aku ceritakan kehidupan ku." ajak Arga sambil menepuk tempat di sebelahnya.
Maka Aleta pun duduk di sana, menunggu sang suami mulai bercerita.
"Aku dan Bian adalah saudara kembar, tapi kami di besarkan terpisah, aku di serahkan pada kakek den nenek ku, sedangkan Bian di urus oleh papa dan mama, jadi dari kecil kami memang tidak pernah dekatnya, kami hanya bertemu satu tau dua minggu sekali."
Aleta masih sabar menanti kelanjutan cerita Arga, hingga tidak sadar dia terus memandangi wajah tampan di hadapannya itu.
"Aku dan Arga di didik begitu keras, kami di ajarkan bersaing satu sama lain, mulai dari nilai sekolah, barang-barang yang kami punya dan ketika dewasa kami bersaing dalam segi bisnis."
"Itu membuat kami jadi terlihat layaknya musuh Aleta."
"Tapi, Bian sangat khawatir saat kamu menghilang, dia juga bersedih setelah tau kamu m meninggal."
"Itu hanya formalitas sayang, kenyataan dia tidak seperti itu." jawab Arga.
"Mas," panggil Aleta lembut.
"Hem..."
"Terimakasih sudah tidak cerita pada Bian tentang kejadian yang sebenarnya."
"Iya sayang, karena itu sudah jadi kewajiban ku, untuk melindungi keluarga ku."
Di lain tempat Bian tengah sibuk dengan laptop dan juga buku-buku soal kematian dan juga roh gentayangan.
Bian mencari situs yang menjelaskan apa penyebab dan alasan kenapa roh orang yang sudah meninggal tidak pergi ke dunia selanjutnya.
Di salah satu situs mengatakan bahwa roh tersebut masih tidak menerima jika dia sudah mati dan juga di situs lain menerangkan jika mungkin saja saat pemakaman jasad nya di kuburan tidak layak atau ada proses yang tidak benar.
Ada banyak penjelasan di sana tapi Bian mengambil tiga kesimpulan dari sana.
Yang pertama, Arga mungkin belum menerima jika dia sudah mati.
Kedua, sampai saat ini jasad nya masih belum di temukan dan mungkin benar jika jasadnya di kubur tidak layak dan itu kenapa dia menjadi roh gentayangan, dan yang ketiga, ada hal yang belum ia selesaikan di dunia ini hingga Arga masih bertahan sampai sekarang dan mungkin saja itu berkaitan dengan Aleta. Arga masih belum mau melepaskan Aleta, jadi Arga masih bertahan di dunia.
Lalu Bian mencari lagi kekuatan apa saja yang di miliki roh?
Bian menemukan jika roh bisa berpindah tempat, memperlihatkan wujudnya, tapi tidak ke semua orang, hanya orang-orang tertentu saja yang ia pilih.
Kau Bian menekan lagi, apa bisa roh membunuh manusia?
Jawabannya tidak, jika secara langsung. Roh bisa membunuh tapi tidak secara langsung contohnya, jika korbannya sedang berkendara lalu si roh menakut-nakuti dan terjadi kecelakaan hingga korban mati, itu bisa.
Lalu karena takut si korban ceroboh hingga lari ke atas gedung, ke jalanan dan tempat-tempat tertentu yang berbahaya hingga dia mengalami kecelakaan dan menyebabkan kematian, mungkin bisa. Tapi jika roh membunuh langsung dengan tangannya itu tidak bisa.
Setelah membacanya Bian tersenyum. "Aku sama sekali tidak takut pada mu Arga, jadi kemungkinan-kemungkinan itu akan mustahil terjadi pada ku" ucapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Siti Mariatun
seru critanya
2022-10-14
0