Debaran.

"Kenapa kalian hanya membawa fotonya, bukan menyeret orangnya langsung ke hadapan ku!" tanya Bian dengan sedikit berteriak.

Anak buah Bian hanya bisa menunduk takut, karena Bian yang sedang marah sangat berbahaya untuk mereka.

"Maaf tuan. Kami baru menduga jika dia pelakunya dan kami belum menemukan bukti yang kuat jika dia memang benar-benar pelakunya." elak anak buah Bian yang membuatnya semakin naik pitam.

Dor.

" Banyak bicara sekali kau!" ucap Bian setelah menembak anak buahnya hingga tewas.

"Masih ada yang mau basa-basi lagi. hem?" sarkas Bian pada pegawainya yang masih tersisa.

"Tidak tuan." saut anak buah Bian yang masih berdiri di depan jasad temannya yang sudah tidak bernyawa lagi.

Setelah puas melampiaskan amarahnya Bian menggambil tisu lalu mengelap pistolnya dan kembali duduk di kursi kebesarannya, kedua kakinya ia takkan ke atas meja, Bian hanya diam tanpa menggalakan satu patah katapun sambil terus membersihkan pistol nya yang sudah kembali mengkilap. Sungguh Bian yang seperti itu benar-benar menakutkan.

"Singkirkan bangkai itu! Aku muak melihatnya." ucap Bian sambil kembali meminum wain nya.

Tapi tiba-tiba wajah kesal Bian berubah tersenyum setelah mengingat kejadian tadi pagi saat Aleta memarahinya, seumur hidup Bian, inilah pertama kalinya ada gadis yang begitu berani, gadis yang tidak tergiur dengan uang yang ia punya.

"Denis," panggil Bian.

"Ya tuan." saut Denis salah satu anak buah kepercayaan Bian.

"Bisa tolong carikan informasi tentang gadis tadi?"

"Bisa tuan."

"Aku harap besok pagi kau sudah tau dimana dia tinggal, apa pekerjaannya dan juga apakah Diah masih sendiri atau sudah memiliki kekasih? dan jika sudah ada yang punya, kau tau harus apa buka?"

Denis sangat hapal dengan perintah Bian dan apa yang akan terjadi selanjutnya, tentu saja apa yang Bian mau harus jadi miliknya dan itu mutlak. jika Bian tidak bisa memilikinya maka orang lain pun tidak boleh mendapatkannya.

"Baik tuan, saya permisi kalau begitu."

Bian hanya menjawabnya dengan mengakat gelas yang ia pegang.

Di lain tempat.

Karena hari sudah malam dan sebentar lagi tengah malam, Aleta sudah berdandan rapi untuk menyambut sang suami hantunya. Kali ini Aleta tampil sedikit seksi dengan gaun tidur berbahan kain sutra tips tembus pandan Aleta begitu harum seperti bunga yang baru mekar. Aleta benar-benar seperti seorang istri yang sedang menunggu sang suami pulang bekerja.

Aleta berkali-kali melihat jam tangannya, dia tidak sabar untuk bertemu dengan Arga karena ada hal penting yang ingin dia sampaikan. jika boleh sebenarnya Aleta ingin tidur karena rasa lelah dan kantuk yang mulai mendera, tapi mau bagaimana dia tidak bisa, dia takut ketika Arga datang dia sedang tidur dan Arga bisa melakukan hal yang tidak dia inginkan seperti malam kemarin meski status mereka suami istri tapi Aleta belum siap untuk melayani Arga bagaimana seperti istri pada umumnya, Aleta ingin lebih mengenal Arga lebih dalam lagi.

Ketika jam besar sudah berbunyi dan juga terasa embusan angin menerpa wajahnya di pastikan Arga sudah sampai benar saja tidak lama terasa ada tangan kekar sudah melingkar di pinggangnya lalu memeluknya dengan erat, Aleta juga merasakan hembusan angin yang berhembus di lehernya saat Arga dengan sengaja meniup leher istri cantiknya itu.

"Selamat malam istri ku," sapa Arga dengan sedikit menggoda.

"Selamat malam mas," sahut Aleta.

"Kamu sedang memikirkan sesuatu?" tanya Arga.

"Tidak juga," sangkal Leta padahal dari tadi dia terus memikirkan bagaimana caranya dia dan orang tuanya menyembunyikan kebenaran tentang Arga.

Arga tau jika sang istri sedang menyembunyikan sesuatu jadi dia bertanya kembali.

"Lalu kenapa kamu diam?"

Aleta tidak menjawab pertanyaan Arga, dia sebenarnya ingin mengatakan jika dia terus memikirkan bagaimana jika polisi tau bahwa ayah dan ibunya menyembunyikan jasad Arga di dalam rumah mereka, sudah pasti orangtuanya akan di penjara, lalu apakah dia pun sama akan di penjara juga? Aleta tidak tau di tambah saat ini setatusnya yang di klaim sebagai istri hantu apakah akan terus berlanjut sampai nanti Dan apakah dia bisa hamil oleh Arga, Aleta benar-benar pusing saat memikirkan semuanya.

Bukannya menjawab Aleta malah menggeliat mencoba keluar dari dalam dekapan Arga.

"Mas tolong lepaskan pelukannya. Mas sudah janji kalo kita akan mencoba saling mengenal lebih dulu."

Mendengar penolakan Aleta tiba-tiba bola mata Arga berubah dari hitam menjadi mareh dan Aleta merasakan rumahnya bergetar hingga foto-foto yang tertempel di dinding berjatuhan dan kaca-kaca di rumahnya pecah semua.

"Kau istriku, Ingat itu Aleta!" Teriak Arga yang suaranya memekikkan telinga.

"Maaf mas. Aku minta maaf." mohon Aleta dengan wajah memelas.

" Karena ayahmu aku mati dan karena mereka aku begini! Jika kau memang tidak mau menebus kesalahan mereka dengan menjadi istriku maka biarkan aku membunuh Meraka sebagai ganti dari nyawaku! Apa kau mau Aleta?"

"Mas... aku mohon jangan." cegah Leta sambil memegangi tangan Arga.

"kamu tinggal pilih Jadi istri penurut atau jadi pembangkang? jika menurut ku pastikan ayah , ibumu akan selamat bahkan dari polisi Leta. Tapi jika membangkang, maka siap-siaplah melihat mereka mati di depan mu!" ancam Arga.

Arga berjalan semakin mendekat, lalu sebelah tangannya menjambak rambut Aleta hingga dia terpaksa mendongak. lalu dengan rakus Arga mulai menciumi leher dan sekarang bibir mereka sudah terpaut, dingin itulah yang Aleta rasakan, lidah Arga begitu terasa dingin di dalam mulutnya. Tapi sensasi aneh mulai Aleta rasakan terutama ketika tangan Arga mulai nakal karena merangsak masuk kedalam gaun tidur yang ia pakai. Tangan Arga terus menjelajah di sana, meremas, memutar dan kadang dengan nakalnya Arga menarik pucuk dada Aleta sedikit keras hingga si empunya terperanjat saat merasakannya. "Kamu istriku Leta, jadi jangan coba-coba menolak aku lagi. mengerti?" tanya Arga sedikit mengancam.

Saat ini Aleta benar-benar tidak punya pilihan lain, selain pasrah di hadapan Arga. Dia tidak mau mempertaruhkan keselamatan ayah dan ibunya hanya karena tidak mau melayani Arga sebagai mana mestinya.

Meski dengan berlinang air mata, Aleta tidak berontak saat Arga mulai melucuti satu demi satu pakaian yang ia kenakan hingga ia pol naked sekarang.

Arga bergerak seperti kilat ketika melepaskan baju yang ia pakai, Aleta baru melihat jelas bagaimana tubuh atletis Arga. otot perut yang begitu terbentuk sempurna dan belum lagi otot-otot tangan yang begitu kekar di tambah guratan urat yang sedikit menonjol di sekitar lengan Arga semakin menambah ke gagahan Arga.

"Kenapa menatap ku seperti itu Aleta? Apa kau mulai jatuh cinta pada roh ini?" ledek Arga yang langsung membuat wajah Aleta bersemu merah karena malu setelah tertangkap basah.

"Jangan terus berpura-pura Leta, karena aku tau apa yang sedang kamu pikirkan." ucapan Arga sontak membuat Aleta langsung menutup mulutnya karena malu. jika benar bahwa Arga bisa membaca pikirannya Arga pasti tau apa yang sekarang apa yang ada di otaknya.

"hahahaha." Arga terkekeh geli ketika terus mendengarkan suara hati dan apa yang sedang Aleta pikirkan di otaknya.

"kenapa tertawa?" tanya Aleta jengkel.

"Wajah mu lucu Leta, kamu seperti kepiting rebus. oh, bukan tapi kamu seperti tomat rebus." Arga kembali tertawa terbahak-bahak setelah tadi hampir membuat jantung Aleta copot karena ancamnya.

Tapi tiba-tiba semuanya berubah hening, kemudian Arga berbalik membuat dia kini tidur menyamping hingga wajahnya dan Aleta sudah berhadapan. dengan lembut Arga melarikan anak rambut Aleta dan menyelipkannya di telinga. "Terimakasih karena sudah membawa kebahagiaan meskipun terlambat." ucap Arga lembut hingga jantung Aleta berdegup kencang di buatnya.

Terpopuler

Comments

Dian Tri Utami

Dian Tri Utami

kadang lembut kadang kasar hahaaa

2022-10-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!