Seven World Of Fantasy
Ketegangan sedang terjadi di sebuah arena pertandingan. Kedua tim saling bersembunyi sebelum melancarkan serangan mereka, sambil menyiapkan senjata dan peralatan lainnya. Begitu ada kesempatan, salah seorang pemain mengintip ke area musuh dari balik dinding arena.
Dor! Dor! Dor!
Setelah menembak, pemain itu kembali bersembunyi di balik tembok. Jantungnya berdebar lebih cepat. Peluru-peluru tadi melesat begitu dekat hingga menyerempet pelindung kepalanya. Jika terlambat sedikit, peluru tersebut pasti sudah menembus tengkoraknya.
Dia terkejut karena sewaktu dia sedang menembakkan senjatanya, sebuah peluru juga mengarah kepadanya.
"Apa yang kau lihat!? Ada berapa musuh yang bersembunyi di sana?"
Seseorang memanggilnya dengan berbisik. Mencoba sebisa mungkin agar tidak dapat dideteksi oleh musuh.
"A-aku tidak bisa melihatnya... "
"Cepat lihat dan pastikan lagi! Jangan sampai musuh mengepung dari arah sana!"
"Ba-baik!"
Pemain yang bersembunyi di balik tembok itu mencoba untuk mengintip sekali lagi. Detak jantung yang semakin kencang mengganggu konsentrasinya. Tapi perintah dari ketua tim tidak boleh dia hiraukan begitu saja. Jika tidak segera dilaksanakan, dia akan habis dimarahi seusai pertandingan nanti.
"Musuh terlihat!"
"Tembak mereka!"
Tak jauh dari tempatnya berdiri, baku tembak terjadi pada timnya terhadap pihak musuh. Pemain itu berharap semua musuhnya sedang sibuk mengurusi teman-temannya di sisi lain arena, sehingga dia tidak terlalu kesulitan menjaga tempatnya.
Suara tembakan dan lesatan peluru hanya terdengar dari arah lain, kemungkinan besar semua musuh sedang berfokus di area sana. Dengan begitu dia berpikir kalau dirinya dapat menyelinap ke belakang dan menghabisi mereka tanpa diketahui. Lalu dia akan mendapatkan gelar MVP dalam pertandingan ini.
Selagi suara bising peluru menggema di seluruh arena, dia akan memanfaatkannya untuk bergerak tanpa terdeteksi langkahnya oleh musuh.
Dengan percaya diri, pemain itu keluar dari dinding dan mengangkat senjatanya.
Dengan percaya diri yang tinggi, dia akan meraih gelar MVP dan terkenal di mata semua pemain game ini!
Namun dia lupa akan suatu hal yang sangat fatal. Apa arti dari peluru yang melesat ke arahnya tadi selain musuh yang sedang membidiknya?
"Bodoh!"
Ketua tim berteriak karena temannya itu asal keluar dari balik tembok. Namun sayangnya sudah terlambat, moncong dari sebuah pistol menempel pada kepala temannya itu tepat setelah dirinya keluar dari balik tembok.
Semua musuh memang sedang sibuk di sisi lain, tapi belum tentu di tempatnya berada tidak ada satupun dari mereka. Karena lengah, maka berakhirlah sudah.
Dor!
Satu tembakan menjatuhkan pemain yang lengah itu, lalu dari baliknya muncul pemain lawan dengan pistol di kedua tangannya. Wajahnya terlihat samar dibalik tudung jaketnya, tetapi jelas memperlihatkan warna matanya yang merah bagaikan api yang membara.
"Si-SIALAAAN!!!"
Begitu semua musuh-musuhnya terlihat, dengan gesit dia pun menembak.
Dor! Dor! Dor! Dor!
Dor! Dor!
Akibat serangan mendadak, ketua tim dan teman-temannya tidak dapat mengambil inisiatif apapun dengan cepat.
Kedua pistol milik pemain itu menembakkan pelurunya dengan cepat, menjatuhkan dua lawan di depannya dalam beberapa detik saja.
Ketua mereka berusaha bersembunyi di balik barikade, bertepatan dengan peluru yang melesat ke arahnya. Dia selamat. Telat sepersekian detik saja pertandingannya sudah pasti berakhir.
Di balik barikade, perhatiannya teralihkan oleh suara langkah kaki yang mendekat. Musuh di lain sisi mulai bergerak menuju arah tempat ia berlindung. Mereka mulai terlihat. Dua, tiga orang. Itu berarti pemain yang menyergapnya tadi hanya seorang.
Kemudian saat mengetahui pemain yang sendirian itu sudah dekat menghampirinya, ketua tim itu menyerang dengan pisau miliknya.
Pemain yang tadi menyergap dikejutkan dengan sergapan balik. Pisau tempur milik ketua tim itu cukup besar dan kuat untuk menjatuhkan pistol yang menangkisnya. Kemudian ketua itu memutuskan untuk menghabisinya dengan serangan jarak dekat.
Dengan cepat, pemain yang kehilangan pistolnya itu menghindari dan menangkis serangan ketua tim sebisanya. Dia juga mengambil pisau yang tersarung di sabuknya untuk menangkis serangan pisaunya ketua.
Adu kekuatan fisik terjadi beberapa saat di sana. Namun tanpa disadari, pemain itu memiliki gerakan yang lebih cepat dan fleksibel dibanding ketua tim. Hingga pada akhirnya pisau milik ketua tim terjatuh dan sebuah moncong pistol menempel pada dagunya.
"Usaha yang bagus, namun kemenangan adalah milikku."
Dor!
Dengan begini permainan di menangkan oleh tim lawan. Atap yang menutupi arena dibuka sehingga menggema sorak-sorai dari penonton yang menggila.
Pertandingan antar tim ini lagi-lagi dimenangkan oleh tim tersebut. Ditambah dengan yang ini, maka menjadi kemenangan mereka yang ke-7 berturut-turut.
"Kerja bagus, Putri."
Salah seorang pemain dari pihak yang menang mendekat ke pemain yang berdiri sendiri itu. Dia mengangkat tangannya, mengajak tos.
Pemain yang menumbangkan semua musuhnya tersebut mengacuhkannya begitu saja. Tanpa melirik ke teman-temannya yang lain, dia sibuk mengganti peluru senjatanya meski pertandingan sudah berakhir.
"Oh, Ayolah. Setidaknya kita rayakan dulu win-streak kita yang ke entah berapa ini dengan tosan."
"Benar. Tanpa Putri kita tidak akan bisa melangkah sejauh ini, bukan?"
"Diamlah. Sudah berapa kali dia bilang kalau di dalam permainan jangan memanggilnya dengan nama asli. Selamat atas kemenangannya, Riel."
Ketiga temannya berkumpul dan memberikan ucapan selamat.
Setelah selesai mengganti peluru dan menyimpan kedua senjatanya kembali, pemain itu menurunkan hoodienya dan menunjukkan wajah ceria kepada mereka.
Dengan rambut pirang panjang kecoklatan yang tergerai dari balik tudung, dan mata merahnya yang penuh semangat juga keceriaan—berbeda jauh dari mata sewaktu menghadapi musuh-musuhnya. Akhirnya gadis itu menunjukkan senyumannya yang hangat kepada semua orang.
"Kerja bagus, semuanya!"
Mereka berempat melakukan tos bersama.
"Yeay!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments