Gadis kucing, gadis kucing♪
Telinganya lembut bangeett!
"Hentikan! Nya!"
"Hehehe... Kau tidak akan bisa kabur dariku..."
"Nyaa!"
Aku memangku gadis kucing itu dan mendekapnya dengan kedua tanganku. Karena sudah tidak bisa kabur kemana-mana lagi, aku pun bebas memainkan telinga lembutnyaaa.
Rambutnya berwarna biru panjang, dan mata juga berwarna sama. Benar-benar mirip seperti yang sering aku lihat di anime.
"Mmmm-moo, tolong hentikan! Ak-aku... aku sudah tidak sanggup lagi. Nyaaaa!"
"Wow, Riel. Rupanya kau sangat menyukai manusia setengah hewan. Aku cukup terkejut mengetahuinya." Komentar Paman Reinald.
"Aku tidak tahan jika melihat sesuatu yang lucu." Jawabku. Aku memang suka yang lucu-lucu, tapi aku tidak memiliki fetish yang aneh-aneh, ya. Awas kalian.
Kami sekarang berada di sekitar gerbang desa. Mayat para bandit yang telah kami kalahkan sedang diurus oleh para penduduk desa dan juga pemburu. Wanita dan anak-anak yang bersembunyi di dalam rumah sudah keluar sejak kami diketahui berhasil mengalahkan para bandit.
Beberapa anak desa ada yang menghampiri kami, mereka tertarik dengan gadis kucing yang berhasil aku tangkap.
Hehe, sekarang aku adalah banditnya. Betapa, betapa bahagianya aku dapat menemukan salah satu unsur penting dalam dunia fantasi. Nekomimi! Mereka seperti boneka lembut yang bergerak dan dapat aku peluk.
***
Setelah tempat kejadian perkara selesai dibersihkan, para penduduk desa kembali ke aktifitas mereka masing-masing dan dihimbau untuk tetap waspada selama beberapa hari ke depan. Aku membawa gadis kucing dipelukanku seperti boneka selama perjalanan. Tubuhnya sangat ringan.
Aku bersama para pemburu dan seorang kucing, kembali ke gudang untuk membahas situasi yang baru saja terjadi. Kemunculan bandit di sekitar desa itu sangat jarang terjadi. Apalagi tujuan mereka bukan merampok desa ini, melainkan mengejar seseorang yang ingin mereka tangkap.
Kami berkumpul di ruang utama bangunan pemburu, dengan meja besar di bagian tengahnya.
Aku melepaskan gadis itu, lalu dia berlari dan bersembunyi di balik Paman Reinald.
"Hee, kenapa kau jadi takut padaku?" Ucapku dengan kecewa.
"Habisnya, kakak itu seram." Jawabnya dengan sangat imut. Aaakkhh, aku ingin memakannya!
"Hahaha! Kau sangat bersemangat seperti biasanya, Riel. Tapi biarkan gadis kucing ini beristirahat dulu, dia pasti kelelahan." Paman Reinald memisahkan kami, lalu dia menyuruh kami semua untuk duduk.
Kursi yang tersedia di tempat rupanya tidak cukup untuk gadis kucing itu. Setelah makan malam, beberapa peralatan berlebih akan kembali disimpan di dalam gudang. Jadi, daripada membuang waktu untuk mengambilnya...
Aku menangkap kucing itu lagi. "Nyaa!" Lalu mendudukkannya di pangkuanku sama seperti sebelumnya. Tapi kali ini tanganku tidak menguncinya, dan dia juga tidak berusaha kabur dariku.
Apakah dia sudah pasrah? Apakah dia menerima jika aku memanjakannya lagi? Tidak, tahan hawa nafsumu, Riel. Ini adalah ruang rapat yang mengharuskanmu untuk bersikap serius. Aku bukanlah anak kecil yang tidak tahu tempat.
"Baiklah. Pertama-tama, boleh kami tahu namamu dulu, gadis kecil? Agar kami dapat berbicara lebih akrab denganmu." Paman Reinald membuka pembicaraan ini.
Gadis kucing yang aku pangku masih terlihat malu-malu untuk menjawabnya. Sepertinya lebih tepat kalau dibilang takut sih. Jika aku dikejar orang-orang jahat tanpa bisa melakukan perlawanan, pasti aku akan berada dalam posisinya juga.
"Mmm, mo... Monica Morin. Aku biasa dipanggil Momo"
Momo? Kyaaa, namanya imut bangeeett!!
"Momo, apa kau bisa menceritakan yang terjadi padamu dengan bandit-bandit itu?"
"Aku... aku dikejar oleh para bandit itu karena aku kabur dari mereka."
"Hmm? Jadi, sebelumnya mereka sudah menangkapmu, lalu kau kabur dari mereka?" Paman Reinald kembali memberi pertanyaan. Bukankah itu tidak terlalu baik, paman?
"Iya. Mereka menyerang desaku dan menangkap semua teman-temanku untuk dijadikan budak. Teman-temanku membantuku untuk kabur dan mencari bantuan, karena hanya aku yang bisa menggunakan sihir." Jawab Momo.
Itu dia! Gadis kucing ini bisa menggunakan sihir yang sangat hebat.
Dari game yang pernah aku mainkan, Lighting Spear bukanlah sihir berelemen petir tingkat dasar. Itu adalah evolusi dari Lightning Arrow, dan Lightning Bolt. Singkatnya, itu adalah sihir tingkat tiga. Sewaktu jadi Class Mage, aku belum pernah mencapai ranah tingkatan sihir itu.
"Aku cukup kagum kau bisa menggunakan sihir kuat. Darimana kau mempelajarinya?"
"Waktu itu ada seorang pengembara yang berkunjung ke desa kami, lalu dengan cepat berbaur dengan ras kami." Momo memulai ceritanya.
"Dia mengajari beberapa jenis pertahanan diri dan sihir kepada para penduduk, untuk menjaga diri sendiri dan keluarga. Tapi hanya sedikit yang bisa mengikuti latihannya." Momo mengatakan semua itu seakan tidak pernah dikejar oleh para bandit..
Ini aneh. Seharusnya jika seseorang berada di posisi tersebut, orang itu pasti masih ketakutan dan tidak bisa berpikir dengan jernih.
"Mmm, paman. Bukankah lebih baik kita tidak memberinya terlalu banyak pertanyaan?" Aku mencoba mengatakan itu padanya.
"Ah, benar! Maaf, ya. Aku belum terbiasa menghadapi situasi seperti ini. Soalnya kami adalah pemburu." Jawabnya.
Seperti yang kuduga.
"Tidak apa, kok. Pengembara itu mengajari kami untuk selalu siap menghadapi segala situasi. Tapi aku tetap saja mengkhawatirkan teman-temanku."
Oh, Momo yang malang. Wajahnya terlihat sedih meski ekspresinya datar. Aku yakin sebenarnya dia adalah karakter yang minim berekspresi, tapi dapat dimunculkan jika aku dapat menemukan pemantiknya. Hehe.
"Lalu, paman-paman sekalian, apakah kalian mau membantu kami?"
"Hmm?"
Momo tiba-tiba meminta bantuan para pemburu. Dia ingin kami membantu menyelamatkan teman-temannya yang ditangkap oleh para bandit, meski aku tidak termasuk dalam 'paman-paman sekalian'.
"Aku mohon. Teman-temanku ditangkap oleh para bandit itu, dan mereka dikurung di suatu kamp di sisi lain hutan. Jika terlambat hingga besok, para bandit itu akan membawa teman-temanku ke markas mereka."
Paman Reinald memikirkannya dengan lamat. Aku dapat melihat wajah para pemburu lainnya kalau mereka sangat keberatan.
Dari pertarungan tadi aku sudah dapat merasakannya. Para pemburu itu hanya dapat menahan satu bandit setiap orangnya, dan itupun butuh waktu lama untuk menumbangkan mereka. Sedangkan aku hanya perlu mengeluarkan beberapa peluru dan menumbangkan beberapa bandit sekaligus.
Lalu Momo juga dapat menumbangkan satu bandit dalam sekali serang. Jika dia menggunakan serangan sihir berskala besar, maka puluhan bandit pun bisa diatasinya sekaligus.
"Maaf, tapi kami tidak bisa melakukannya." Paman Reinald akhirnya menjawab.
"Ke-"
"Kenapa?" Aku langsung bertanya, yang padahal Momo juga akan melakukan hal yang sama.
Kali ini Paman Reinald mengarahkan pandangannya padaku.
"Riel, jumlah sebenarnya para bandit jika mereka berkumpul dalam satu tempat, dapat mencapai puluhan orang." Paman menjelaskan alasannya padaku
"Jujur, kami tidak memiliki pengalaman dalam menangani bandit. Apalagi jika langsung di titik kumpul mereka. Kami hanya pemburu dari desa." Lanjutnya.
Benar juga. Markas bandit pasti berisi sangat banyak dari mereka. Datang ke sana sama saja dengan bunuh diri.
"Tapi, bagaiman jika kita membuat permintaan kepada para petualang? Mereka pasti akan berniat membantu menyelamatkan teman-temannya Momo." Aku mecoba mengutarakan apa yang ada di pikiranku.
"Apa kau ingat, kenapa kau bisa mengambil permintaan berburu peringkat C ini?" Paman Reinald membalas dengan pertanyaan lagi.
Kenapa? Aku tidak bisa memahaminya.
"Itu karena mereka tidak akan menerima permintaan dengan imbalan rendah. Coba kau perhatikan baik-baik setiap permintaan yang terpajang di dalam guildmu. Pasti yang tersisa hanyalah permintaan-permintaan merepotkan dengan bayaran rendah, sedangkan permintaan dengan bayaran tinggi sudah diambil oleh para petualang lainnya."
Aku baru menyadari hal itu. Setiap permintaan yang aku lihat di papan pengumuman adalah permintaan sisa dengan imbalan yang sangat sedikit. Semahal itukah harga seorang petualang? padahal setahuku niat para petualang mengambil permintaan juga karena mereka suka membantu orang.
Mereka akan pergi mengambil permintaan jika menemukan jumlah imbalan yang sesuai, lalu setelah itu mereka akan beristirahat dulu selama beberapa hari sebelum mengambil permintaan berikutnya. Mereka tidak peduli dengan permintaan-permintaan berimbalan rendah.
Pantas saja Shin langsung sakit sewaktu kami kembali dari Desa Juna. Sebelumnya kami terus pergi ke dalam dungeon tanpa beristirahat meski sehari, dan langsung mengambil permintaan berat dari desa.
Usia kami belum bisa di hitung dewasa dan kuat untuk bekerja setiap hari. Bahkan para orang dewasa pun tetap membutuhkan libur. Tenaga dan pikiran juga perlu istirahat.
"Oh, iya. Bagaimana dengan para kesatria? Mereka pasti akan melakukan perkejaan mereka demi melindungi rakyatnya, bukan?" Aku mengatakan satu ide lagi.
"Hah, persetan dengan para kesatria itu." Jawab Paman Reinald dengan ketus.
"Tunggu. Apa maksud, paman?"
"Riel, aku akan memberitahumu satu hal yang nampaknya kau masih belum mengetahuinya." Paman Reinald membenarkan posisi duduknya sebelum kembali berbicara.
"Para kesatria hanya akan menjalankan perintah dari atasannya. Melindungi negara dari serangan dan menjaga ketentraman masyarakat di dalam kota. Apa yang ada di luar kota, di luar tanggung jawab mereka. Kecuali para bangsawan."
"Tidak mungkin,"
"Jika kau ingin mereka tetap melakukannya, maka kau harus berbicara dengan pemimpinnya. Mereka akan membuat-buat laporan terkait penyerangan bandit, lalu mengerahkan pasukan mereka. Itu tidak akan terjadi jika tidak ada uang."
Uang, uang, uang. Kenapa dimana-mana harus selalu uang!?
"Tapi, bukankah anak paman juga seorang kesatria?"
"Ya, tapi hanya kesatria pemula di Kota Ciatar. Dia tidak memiliki apapun untuk dapat berbicara kepada atasan."
Sulit.
Dunia ini benar-benar sulit, padahal demi menolong rakyatnya sendiri.
Dari yang aku ketahui, desa tempat Momo tinggal memang berada di dalam wilayah kerajaan, tapi tidak pernah dianggap. Karena ras mereka memilih untuk mengasingkan diri, maka kerajaan pun tidak akan ikut campur.
Logis, namun tidak... aku tidak tahu apa kata-katanya. Bukankah orang baik tidak akan memandang siapapun yang perlu diselamatkannya. Selama dia membutuhkan pertolongan, orang itu pasti akan mengulurkan tangannya.
Momo terlihat makin sedih karena permintaannya ditolak mentah-mentah.
Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang.
Perkumpulan ini bubar, para pemburu kembali ke rumah mereka masing-masing.
Aku dan Momo dipersilahkan beristirahat di salah satu kamar kosong di bangunan pemburu. Di lantai dua ada kamar tidak terpakai yang cukup untuk kami berdua. Kami juga diberi makan siang oleh istri Paman Reinald, lalu Momo memakannya dengan sangat lahap.
Daging griffon yang kami dapat kemarin jumlahnya cukup banyak dan telah dibagikan ke seluruh penduduk desa. Daging yang kami makan sekarang adalah daging asap yang baru dibuat tadi pagi. Sengaja diasapi agar bisa disimpan selama beberapa hari.
Momo menghabiskan makanannya dengan sangat cepat. Setelah itu dia menyandarkan tubuhnya pada kursi karena kekenyangan. Dia tahu tidak ya ini daging apa. "Haa. Terima kasih atas makanannya."
Hatiku dibuat luluh oleh kejadian yang menimpa gadis ini. Aku merasa sangat ingin membantunya, tapi mendengar jumlah bandit di dalam markas itu membuatku jadi bimbang. Level dan atributku belum cukup untuk melakukan serangan berskala besar.
Setelah aku menghabiskan makanan, aku sempat berbicara sebentar lagi dengan Momo.
"Hei Momo, apa kau tidak ingin mandi?" Tanyaku.
"Hmm, mandi?"
"Ya. Badanmu pasti kotor setelah beberapa kejadian tadi. Kau juga dapat merasa lebih baik setelah mandi."
"Tidak, aku tidak suka mandi."
...
Hmm... menarik.
"Kalau kau tidak mandi, aku tidak mau mengelusmu lagi, lho." Aku mengatakan itu seperti bisikan, dan juga lengkap dengan seringai tipis.
"Hii. Ka-kalau begitu, aku tidak akan pernah mandi." Momo sedikit tersentak dan menutupi kedua telinganya dengan tangan. Ekornya juga melilit tubuhnya agar tidak bergerak kemana-mana.
"Yaa, aku tahu kau akan mengatakan hal itu. Tapi, akulah yang akan memandikanmuu..."
"Ja-jangaaannnn-nyaaa!!!"
Jbur! Jbur!
"Hentikan! Dingin-nyaa!"
Ahh, ternyata lebih sulit memandikan kucing besar ini dibandingkan kucing sungguhan yang lebih kecil. Meski aku menggunakan bak mandi kayu dengan air hangat, Tapi kucing ini tetap saja memberontak. Dia juga mengatakan kalau air hangat ini dingin.
Jbur! Jbur!
Ahh, senangnya mandi bersama dengan gadis kucing. Oh, aku baru ingat. Tadi aku sempat dapat skill baru tanpa kusadari. Nanti aku akan mengeceknya di layar status. Sementara itu, kyuun~
"Nyaaa!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments