Tok! Tok! Tok!
"Riel. Apa kau sudah bangun?"
Tok! Tok! Tok!
Hmm, ganggu tidur aja kau Shin.
Aku menggeliat mencari posisi yang nyaman untuk kembali tidur. Hawa udara terasa dingin di pagi hari. Seluruh tubuhku benar-benar terantai dengan kasur yang sangat nyamuaaan ini. Rasanya seperti kasur di rumah.
"Riel!"
Shin tiba-tiba membuka pintu dan masuk ke dalam kamar.
Sebentar...
Aku bangkit dari kasur lalu mengambil pistol yang kuletakkan di dekatku. Moncongnya menodong langsung ke arah wajah Shin yang masih memegang gagang pintu. Satu tanganku yang lain menutupi sebagian tubuhku dengan selimut.
"Berapa kali harus kubilang, jangan masuk ke kamar seenaknya jika ada perempuan!"
"Wow, wow tunggu dulu! Kau tidak menyahut sewaktu aku panggil. Aku takut terjadi apa-apa denganmu." Shin membela diri. Wajahnya terlihat tegang menatap ujung pistolku.
"Terima kasih atas kekhawatiranmu, Shin Raiden. Jika itu bandit yang ingin menculikku, maka dia yang akan kuculik."
"Ya, ya, aku tahu kau cukup kuat untuk melindungi diri sendiri. Tapi kau tidak boleh terlalu percaya diri."
Cih, sekarang dia malah menggurui.
Aku beranjak dari kasur dan berdiri di dekat jendela kamar. Setelah melakukan peregangan sebentar, aku merapihkan rambutku yang berantakan setelah tidur.
Tidak peduli lelaki itu memperhatikanku atau tidak. Saat ini kondisiku tidak seburuk waktu itu.
"Hei, Riel. Aku ingin bertanya sesuatu padamu." Shin masih berada di ambang pintu. Dia benar-benar tidak pindah dan terus memperhatikanku.
"Kenapa? Jika kau terus menatapku seperti itu, kedua matamu akan berpindah posisi."
"Aku tidak peduli dengan hal itu. Aku ingin bertanya, apa ada seseorang yang masuk ke dalam kamar tadi malam?"
"Hmm?"
Bagaimana dia bisa menyadarinya? Padahal aku sudah membereskan kekacauan yang terlihat jelas semalam. Atau jangan-jangan ada sesuatu yang belum aku rapihkan dan dia menyadarinya?
"Darimana kau menyimpulkan hal itu? Aku tidur dengan nyenyak semalam. Tidak ada yang dapat masuk karena kunci pintu hanya kau dan aku yang memegangnya." Aku menyangkalnya dengan beberapa alasan palsu. Aku tidak suka berbohong, tapi jika diperlukan, aku akan berusaha agar tidak ketahuan.
"Tidak, tidak apa. Aku hanya khawatir jika kau tidur terlalu nyenyak, bahkan goblin yang menyelinap masuk pun kau mungkin tidak menyadarinya."
"Go-goblin!?"
Monster hijau favoritku. Dia sangat lihai dan berbahaya, maka dari itu aku sangat suka bertarung dengan mereka.
"Sudahlah. Aku ingin segera mandi dan pergi ke guild."
"Bagaimana dengan sarapan dulu?"
"Aku lebih suka sarapan setelah mandi."
Dengan begitu, kuterus mandi dan melanjutkan sarapan bersama Shin. Ternyata pemilik rumah ini cukup baik telah mengizinkanku untuk tinggal dan mendapatkan jatah makan yang sama dengan Shin.
Aku jadi teringat dengan Clara. Apa yang dia makan sebagai sarapan pagi ini? Kuharap wortel yang masih segar.
Setelah selesai bersiap-siap, kami berdua pergi menuju guild petualang.
Karena mulai hari ini Dungeon Nawa akan ditutup, dan mustahil aku pergi ke Dungeon Nugul jika masih ada Shin bersamaku, maka hari ini kami akan mengambil permintaan. Sesuai dengan perintah sialan dari Dewa Aff, dan wanita bersayap putih semalam, yaitu permintaan menuju desa–menjadi penyelamat kucing.
***
Aku berada di tengah bangunan guild, sedang menatap papan pengumuman dan mencari-cari permintaan yang spesifik. Tentu saja bukan hal yang mudah untuk menemukan permintaan menyelamatkan seekor kucing di desa.
Kebanyakan dari permintaan terkait desa, adalah permintaan yang sangat membosankan bagi petualang sepertiku. Membantu memanen, mencari hewan ternak, atau menjaga desa. Semuanya bukan permintaan yang menantang.
Aku masih berdiri diam di sana, hingga Shin terlihat bosan menungguku mencari permintaan yang sesuai.
"Apa masih lama kau memilihnya? Bagaimana dengan permintaan berburu serigala, atau membasmi sarang goblin? Sepertinya itu tidak terlalu sulit untuk gadis sepertimu."
"Itu terlalu mudah, hanya membuang-buang waktu."
Shin membuang nafas keluhan.
Sejauh ini aku sama sekali tidak menemukan permintaan yang spesifik. Jadi sepertinya keadaan itu akan terjadi dalam kondisi apapun selama aku berada di wilayah pedesaan. Jadi singkatnya aku dapat mengambil permintaan apapun dari desa, lalu menemukan kucing itu di sana.
Baiklah, aku akan menyetujui pilihan itu.
"Kita akan mengambil permintaan ini!"
Aku mengambil salah satu kertas dari papan pengumuman, lalu menunjukkannya pada Shin.
[Permintaan darurat!
Peringkat: C
"Bantu kami memanen hasil kebun sebelum hewan-hewan liar dari hutan merusak semuanya."
Lokasi: Desa Juna, kebun rumah di arah utara dari pintu masuk desa
klien: Bonier
Imbalan: 20.000 Nira
Tenggat: Secepatnya, jangan sampai besok]
"Permintaan ini bahkan bisa di selesaikan oleh anak-anak." Shin berkomentar.
"Baiklah, kita ambil permintaan ini dan berangkat menuju Desa Juna!"
"Haah,"
Aku pergi ke meja resepsionis kelinci, lalu mengkonfirmasi permintaan tersebut. Wajah Clara pagi hari ini terlihat penuh semangat. Jangan khawatir Clara, aku pasti akan memenangkan kompetisi antar guild petualang itu nanti, dan gajimu bisa cukup untuk membeli wortel segar setiap hari.
"Hati-hati di jalan," ucap Clara kepada kami.
Setelah itu kami keluar guild, dan menyewa kereta kuda menuju Desa Juna.
***
Kami akhirnya sampai di desa setelah sekitar satu jam perjalanan. Ongkos menaiki kereta kuda untuk pulang dan pergi sebesar 4000 Nira. Jika di total hasil dengan pendapatan dari permintaan ini nanti, maka bersihnya adalah 16.000 Nira.
Desa Juna, terletak agak Timur laut dari Kota Ciatar. Jarak tempuhnya lebih dekat dibanding Dungeon Nugul. Desa ini cukup kecil dari beberapa desa yang pernah aku kunjungi sebelumnya. Penduduknya tidak terlalu padat, namun perkebunan mereka cukup luas.
Tempat ini tidak bisa dibilang terpencil, tapi orang-orang disini terlihat sangat berbeda jauh dengan desa yang lainnya. Sepertinya desa ini mempertahankan kealamiannya.
Gadis itu sangat bersemangat menjalankan permintaan remeh ini. Dia langsung berlari menuju rumah klien. Para penduduk desa memperhatikan kami, tapi mereka sudah terbiasa dengan para petualang. Jadi mereka tidak terlalu curiga.
Aku mengikuti Riel menuju rumah klien. Dia sudah hilang duluan dari pandangan. Aku semakin tidak paham dengan dia. Cukup kuat untuk melawan monster level tinggi, tidak punya rumah, penuh ambisi, tapi mengambil permintaan peringkat C. Itu cukup untuk levelnya, namun ada aku di dalam party.
Terlebih lagi aku selalu menemukan kejanggalan sewaktu bersama gadis itu.
Setelah berjalan beberapa saat, aku sampai di kebun rumah klien. Riel sudah berada disana dan dia sedang mengobrol bersama klien itu. Kalau tidak salah namanya, Bonier. Pria yang sudah cukup tua, dan menggunakan pakaian ala petani.
"Bagaimana, Nona Riel? Jika ada kalian berdua, sebaiknya salah satu dari kalian membantuku memanen tanaman-tanaman ini, dan yang satu lagi mengawasi hewan-hewan liar dari hutan." Ucap Klien itu.
"Baiklah kalau begitu, aku akan mencari dan mengusir para hewan-hewan liar itu, sedangkan Shin akan membantu paman untuk memanen."
Tunggu. A-apa?
"Oke. Kalau begitu, ayo kita ke kebun anak muda." Pria itu menuntunku menuju kebun yang tak jauh dari tempat kami. Tapi...
"Ri-Riel! Apa yang kau maksud?"
"Semangat Shin! Aku tidak akan membiarkan hewan-hewan liar itu mengganggu kalian memanen!" Riel berlari pergi menuju pinggiran desa sembari melambaikan tangan.
Gadis ituu.
Kenapa gadis itu benar-benar mirip dengannyaaa!!!
Aku berada di kebun, membantu Paman Bonier memanen hasil kebunnya.
Tanaman yang dia tanam cukup beragam sesuai musimnya. Kebanyakan aku membantu memanen kentang yang merupakan makanan pokok di daerah ini. Setelah itu ada beberapa sayuran dan buah-buahan yang sudah matang. Benar saja, aku melihat beberapa bekas serangan hewan liar pada sejumlah tanaman.
Tak hanya itu, melihat kami berdua sedang membantu memanen dan menjaga kebun dari hewan-hewan liar, para penduduk lain ikut memanen hasil kebun mereka juga.
Meski ada sebagian yang belum siap panen, tapi para penduduk tidak ingin menunggu lebih lama dan menjadikan hasil kebunnya sebagai santapan bagi para hama atau hewan liar. Sebagian dari mereka memutuskan ikut memanen hasil kebun pada hari yang sama.
Aku membantu mereka semua.
Hingga matahari terbenam, aku terus membantu hampir semua penduduk memanen hasil kebun mereka. Beruntung hanya hasil kebun yang tidak sebanyak hasil tani. Dengan bantuan tenagaku, aku dapat menyelesaikan semuanya begitu matahari tenggelam.
Fiuhh, benar-benar melelahkan.
Aku dibodohi oleh gadis itu dan mengerjakan bagian yang sangat melelahkan ini sendirian. Sedangkan dia hanya menjaga atau memburu para hewan liar di sekitar desa.
Aku beristirahat di salah satu gubuk milik penduduk di sekitar kebun, kemudian Riel datang tak lama kemudian. Wajahnya terlihat lesu dengan banyak kotoran di sekitar tubuhnya. Sepertinya dia juga telah cukup berusaha.
Melawan hewan-hewan liar mungkin masih terlalu berat untuknya. Apalagi mereka biasanya berkelompok. Dia telah berjuang sangat keras. Itu terlihat dari pakaiannya yang sangat kotor. Aku ingin tahu hewan liar apa yang dia temui.
"Apa kau baik-baik saja, Riel?"
"Baik," gadis itu menunjukkan jempolnya.
"Bagaimana dengan bagianmu, Riel?"
"Aku tidak dapat menemukan seekor kucing pun di sekeliling desa."
...
...
...
"Riel,"
"Ya?"
Aku bangkit, dan mengeluarkan pedangku perlahan yang diiringi dengan bunyi khas dari gesekan bilah dan sarungnya.
"He-hei, Shin? A-apa, apa yang akan kau lakukan?"
Perlahan aku menghampiri Riel dengan tatapan iblis dan hawa membunuh yang pekat.
"Shi-Shinn. A-apa yang terjadi denganmu?"
"Aku membantu hampir semua penduduk memanen hasil kebun mereka, dan kau berkeliling desa hanya untuk mencari kucing?"
"Tu-tunggu sebentar. Aku, aku sudah mengusir para... para babi hutan itu menjauh dari desa! Bukankah proses memanen kalian begitu lancar tadi?" Bohongnya dengan senyuman yang tidak punya dosa.
"Apakah kau memerlukan waktu seharian hanya untuk mengusir babi hutan? Aku lebih percaya kau menghabiskan waktu seharian hanya untuk mencari kucing."
"Oke, oke aku minta maaf. Akan aku jelaskan semuanya."
"Aku akan mendengar penjelasanmu setelah aku menghukummu semalamannn!!"
"Tidaaakk!!"
Riel kabur dengan cepat dariku. Tapi aku juga tidak kalah cepat mengejarnya meski kaki ini sudah mati rasa.
"Maafkan akuu!!"
Kami terus kejar-kejaran hingga mengelilingi desa satu atau dua kali.
Matahari sudah hilang sepenuhnya bertepatan dengan kami berdua yang terkapar di tengah-tengah desa. para penduduk membawa kami pulang dengan kereta kuda menuju kota Ciatar, hingga tiba di penginapan.
Mereka memberikan kami sejumlah uang yang jika dikumpulkan jumlahnya ternyata lumayan banyak. Totalnya sekitar 120.000 Nira. Aku sedikit tenang mendapatkan uang yang cukup banyak dari hasil jerih payah tadi. Meski masih jauh untuk membayar senjata pesanan di Kakek Chang Ku.
Sementara itu, Riel sudah cukup lama tidak keluar dari kamar mandi. Dia tahu aku akan memberinya pelajaran berat akibat ulah egoisnya tadi.
Apa-apaan itu. Mengambil permintaan rendah tapi melelahkan, hanya untuk mencari kucing liar di desa. Masih lebih baik menjelajahi Dungeon Nugul. Pendapatan tadi lebih sedikit dibanding satu hari menjelajah di dalam dungeon, bahkan itu lebih melelahkan dibanding bartarung melawan monster yang hanya sesekali ditemui di dalam dungeon.
"Apa kau masih lama di dalam sana, Riel?"
"Perutku sakit. Kau tidur saja duluan, sepertinya besok pagi baru akan sembuh."
"Kau tahu, tanganku sudah suaaaangat gatal ingin menampar sesuatu hingga suaaaangat memerah."
"J-jangannn!!"
Begitulah seterusnya.
Aku akan terus menunggu hingga dia keluar dari kamar mandi.
Meski begitu, sejak semalam hingga sekarang aroma itu masih dapat tercium olehku di ruangan ini.
Aroma malaikat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments