“Hei, Mah...” panggil Randy saat mereka di dalam mobil menuju pulang. “Itu... kontrak-kontrakan itu maksudnya apa?”
“Kontrak nikah,” jawab Ruby.
“Antara kamu dan Papa?”
“Iya,”
“Itu perjanjian pra nikah atau kontrak nikah? Banyak bedanya loh,”
“Di dalam kontrak itu ada perjanjian pra nikah,”
“Bermaterai nggak?”
“Iya bermaterai,”
“Lah, jadi kalian nikah ilegal dong sebenarnya,”
“Secara Islam, iya itu haram. Tapi kami melakukan pernikahan secara sah di mata hukum. Ijab kabul di KUA, ada wali hakim,” Ruby mengangkat bahunya.
“Berapa lama pernikahan kontrak ini berlangsung?”
“Klausulanya sampai lo balik ke rumah, atau menyalahi aturan kontrak, maka pernikahan itu dinyatakan batal,”
“Ribet bener hidup lo, sih...” gumam Randy sambil menyetir.
“Itu juga yang kubilang waktu itu Om, ngapain sih pake nikah beneran,” seloroh Romeo yang duduk di belakang sambil mengedit video yang barusan ia ambil. “Mendingan jadi perawat pribadi atau apa kek selain istri,”
“Meo,” Ruby mengingatkan adiknya itu.
“Sampai aku nggak sengaja dengar pembicaraan Tante Victoria, Papanya Tante Victoria, dan Pak Raymond saat itu. Sejak itu aku pikir untung saja Kak Ruby mau dinikahi,”
“Gue belum denger yang ini, coba jelasin,” ujar Randy.
“Tapi Om Randy bakalan kaget sih,”
“Ya apa dulu?!”
“Mendingan kita sampe rumah dulu deh, daripada Om Randy kaget terus tabrakan,”
“Ish...”
*
*
Namun saat di rumah.
“Selamat siang, maaf kalau saya mengganggu saat hari libur seperti ini,”
Bu Guru Erica yang manis, baik hatinya, cerdas pemikirannya, lembut tutur katanya, sopan sikapnya, sudah menunggu di depan gerbang rumah Randy dan Ruby di sore hari yang cerah itu.
Sampai-sampai Romeo ternganga bagaikan rumahnya didatangi bidadari.
Randy selesai memarkir mobilnya, keluar sambil membuka kacamata hitamnya dan menjabat tangan Bu Erica. “Saya Randy, Bu,”
“Halo Pak Randy. Anaknya Pak Raymond kan ya?” tanya Bu Erica.
“Betul,” jawab Randy.
“Hey Siiiiis,” sapa Ruby sambil dengan antusias menghampiri Bu Erica dan saling cium pipi kanan kiri. “Aduh sori banget aku lama nggak dateng ke sekolah, soalnya kondisi Bapak kan kurang baik yaaa,”
“Iya aku ngerti kok Sis, Aku turut berduka cita ya, waktu itu aku datang ke pemakaman tapi nggak berani ganggu kamu soalnya kamu sibuk ngurusin tamu kan,”
“Tenang, aku liat kamu kok di barisan belakang. Makasih udah jauh-jauh datang ya,”
Mereka kembali berpelukan.
“Jadi,” desis Ruby sambil tersenyum, “Romeo bikin masalah apa lagi? Nggak ganggu kamu lagi kan ya?!”
Romeo langsung berdecak.
Randy sambil mengernyit menatap ke arah Romeo dan Bu Guru Erica dengan curiga.
Sementara Bu Erica sambil jengah menatap Randy, ragu untuk mengutarakan permasalahannya.
“Nggak papa Sis,” gumam Ruby, “Randy boleh tahu semuanya, toh dia kerabat kami,”
“Begitu ya,” Bu Erica menatap Randy dari atas ke bawah, balik lagi ke atas, lalu ke bawah, dan berhenti tepat di daerah perut.
Lalu pipinya merah.
Kulit Bu Guru Erica putih, dengan guratan urat yang terlihat samar di pipi dan dahi. Terbayang bagaimana tingkat putihnya. Ya, semacam es krim vanilla ditaburi meses pink. Manis dan malu-malu. Begitu penggambarannya.
Romeo yang menyadari hal itu langsung memicingkan matanya dengan kesal.
“Masuk dulu, Bu Erica,” Randy membuka pintu rumah dan mempersilakan Bu Guru Erica masuk.
*
*
“Ini kamu bukan?” Bu Guru Erica memperlihatkan layar ponselnya ke arah Romeo.
Romeo langsung tersenyum manis melihatnya.
Sementara Ruby dan Randy sampai-sampai mengangkat alisnya melihat layar ponsel Bu Guru Erica.
Foto Romeo di McD, bersama Tante Amora, dengan ujung jemari Romeo menyentuh tangan Tante Amora.
“Foto ini dikirimkan oleh Annisa, anak Bu Amora. Katanya dia heran melihat mobil ibunya datang ke sekolah tapi kok tidak menjemputnya dan malah Romeo yang naik ke mobilnya,” kata Bu Guru Erica.
Semua menatap Romeo.
Bu Guru Erica menghela napas panjang, “Lalu... Annisa membuntuti mobil ibunya, sampai ke restoran fast food ini,”
“McD itu,” gumam Romeo. “Jelas-jelas ada logo M,”
“Iya McD,” cibir Bu Guru Erica.
“Kalau Bu Guru mau, besok kita bisa ke sana juga-“
“Hoy! Dasar Shakespeare kesiangan!!” seru Randy sambil menoyor kepala Romeo.
“Oooh, dari sini duit belanja itu berasal,” Ruby mengelus dagunya, “Jangan bilang kamu mau mengikuti jejak kakak,”
“Nggak kok, semua terjadi begitu saja,”kilah Romeo sambil menggaruk kepalanya.
“Ruby, cukup kamu saja yang begitu,” gumam Bu Erica.
“Kalian udah kenal lama ya?” tanya Randy ke Bu Guru Erica.
“Kita dulu satu kampus, bestie banget, di fakultas Akuntansi. Tapi gue drop out gara-gara jadi Baby dan keenakan jalan ke luar negeri, dia lanjut S2 sambil kerja di sekolahan Romeo. Kita sempat heboh waktu ketemu lagi, loh,” kata Ruby.
“Makanya saya lumayan intens ke Romeo, karena dia adik dari sahabat baik saya,”
Romeo yang mendengar kata itu hanya tersenyum sumringah.
Mulai sekarang, kita panggil Bu Guru Erica dengan hanya Erica saja. Karena di sini lah konflik percintaan segi jajaran genjang ini bermula.
“Kembali lagi ke sini,” Erica mengetuk-ngetuk layar ponselnya dengan serius, “Romeo, kamu tahu kan apa artinya ini?”
“Apa? Aku selingkuh?” tukas Romeo.
Membuat Erica menarik napas panjang, menahan kesabarannya yang mulai menipis.
“Adek lo nih! Fix ada om-om hidung belang yang ngerasuk pas dia koma!” seru Randy ke Ruby. “Pas dia tahu jiwa mereka ketuker beuh! Dia mulai liar mengeluarkan berbagai jenis rayuan gombal-gambreng!”
“Apa sih Om...” gerutu Romeo sambil mencibir.
“Anak 10 tahun bisa hapal ketentuan perusahaan dan ngerayu tante-tante 30 tahun lebih tua! Masuk akal nggak sih?!” seru Randy, “Hayo! Siapa lo sebenernya sebelom gue ruqyah!!”
“Ini novel cinta, kalau horor di sebelah, Om,” kilah Romeo. “Tuh, yang judulnya Catatan Rahwana : Skandal’, nah itu tentang roh yang lepas dari tubuh,”
(kalau lagi sengang, silahkan dibaca yaaa, khihihi,)
“Kita nggak pacaran,” timpal Bu Erica.
Randy terdiam, Ruby ternganga.
“Kamu bilang kamu juga suka aku,”
“Sebagai murid, Romeo. Dan adik dari sahabat baikku,”
“Kenapa? Karena aku masih 11 tahun?”
“10 tahun,”
“11 tahun,”
“Kamu masih 10 tahun, walaupun bulan depan jadi 11,”
“Kalau dihitung dengan tahun, ya aku sudah 11 tahun,”
“Mau 11, mau 12, tetap saja judulnya ilegal!”
“Siapa yang menentukan ilegal atau tidaknya?”
“Hukum di negara ini,”
“Ya jangan sampai mereka tahu,”
“Hubungan yang diawali dengan hal ilegal sudah pasti akhirnya tidak bagus,”
“Ini hanya masalah usia, bukan pemikiranku,”
“Nanti kalau kamu seusia Kevin Cakra, baru datang lagi padaku,”
“Tapi kamu janji jangan memiliki pasangan dulu,”
“Paling-paling kamu yang melupakan aku, aku tolak sekali kamu sudah pegang-pegang jari lentik Bu Amora,” Erica mengangkat layar ponselnya.
“Itu moment saat aku menolaknya, dia terus-terusan nempel padaku,”
“Menolak wanita dengan cara begini? Apa nggak bikin slaah paham banyak pihak?!”
“Ya, aku akui aku salah, dia malah makin nempel padaku. Aku malah diberinya jajan segepok 50ribuan,”
“Romeo, jangan mempermainkan wanita. Kalau baper mereka lebih berbahaya dari Megalodon,”
“Kopi dong kopi...” desis Randy mengejar Ruby yang dari tadi melipir ke dapur karena kepalanya sudah pusing mendengar perbincangan Romeo dan Erica.
**
Malam itu,
Randy dan Ruby tiduran di ranjang Ruby sambil menonton drama korea di Prime Video.
Tapi jelas, pikiran mereka kemana-mana.
Randy berbaring dengan celana trainingnya, bertelanjang dada, dan choki-choki yang ia ambil dari kulkas -sudah pasti milik Romeo. Ruby dengan lingerie seksi yang bisa bikin kaum pria melotot saking transparantnya. Herannya Randy tidak tergoda.
Mereka kalau dilihat secara sekilas, adalah pasangan serasi. Tampan dan cantik, dengan tubuh memukau.
Tapi sekali lagi, cinta tidak bisa diukur dengan keserasian penampilan.
Tadi sore, akhirnya diputuskan, Romeo harus menghentikan masalah pubertasnya sampai dia cukup usia. Karena Randy dan Ruby juga tidak berani membahas kapan sebenarnya Romeo akil baligh, yang kalau dilihat dari tingkah anak itu sepertinya dia mengalaminya lebih dulu dibanding teman-teman seusianya, jadi diputuskan untuk menghindari adanya rumor miring, fitnah berkelanjutan dan kedatangan KPAI, maka Romeo dilarang untuk cinta-cintaan sampai dia cukup umur.
Atau Ruby akan memindahkan sekolahnya di antah berantah.
Tapi ternyata hal itu malah bikin mereka kehabisan tenaga karena Romeo saat sedang ngambek ternyata lumayan menakutkan.
Menakutkan bukan dalam artian dia tantrum dan membuat keributan. Bukan.
Dia diam saja.
Menatap semuanya satu persatu dengan tajam.
Dengan durasi yang lumayan lama, sekitar 5 menitan.
Lalu berujar, “Aku mau ke kamar, mikir, jangan ganggu aku selama 2 hari, juga nggak usah cari tahu aku udah mati atau masih hidup,”
Dan berjalan masuk kamarnya, menutup pintu dengan pelan, dan menguncinya dari dalam.
“Romeo ada jadwal live malam ini,” gumam Ruby.
“Dia batalkan acara livenya, gue udah cek,” desis Randy.
“Dia nggak sentuh makan malamnya,”
“Kita tunggu sampe besok,”
“Besok kita kerja, dia di rumah sendirian,
“Dia nggak bakalan masuk sekolah besok ya?”
“Kayaknya nggak,”
“Ini pertama kalinya dia ngambek ya?”
“Iya, ini pertama kalinya,”
Dan mereka berdua menghela napas karena capek.
“Ini baru adik, belum anak,” gumam mereka berdua hampir berbarengan.
“Ngomong-ngomong, Erica cantik juga,”
“Ngomong-ngomong, Alan ganteng juga,”
Lalu keduanya mengernyit, dan saling bertatapan.
Dan menggelengkan kepala.
“Tidur ah!” gumam Randy sambil masuk ke selimut.
“Besok gue minta duit buat beliin Alan sarapan yak!” Ruby juga masuk ke selimut.
“Iyaa Iyaaa, Tapi lo gajian ganti ya duit gue,”
“Dasar pelit lu Boss,”
Dan lampu kamar pun di matikan.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Cut SNY@"GranyCUT"
sudah baca duluan..😊
2024-09-07
0
ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞
Mungkin mereka belum ngeh, LG pusing mikirin ini itu
2024-07-05
0
ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞
Yah Bu guru erica nya cembokur🤣
2024-07-05
0