Bocil Charming

Eits! Nanti dulu.

Cerita mengenai Romeo si Cassanova tidak berhenti sampai di sini.

Karena di saat Randy berdebat dengan Ruby di rumah dan berakhir dengan kesepakatan absurd, Romeo mengutak-atik ponselnya dengan niat untuk memesan ojek online.

Dan saat itu...

“Romeo,” panggil seorang wanita dari arah seberang jalan.

Mercedes Benz E-Class Saloons warna hitam, yang ia sangat kenal pemiliknya.

Romeo berjalan menyebrangi jalan setapak dan menunduk sedikit agar wajahnya sejajar dengan seorang wanita di belakang kemudi, “Mama Annisa, apa kabar? Sehat?” tanyanya ramah.

“Jangan panggil Mama Annisa dong ah! Kayak orang lain aja!” bisik Mama Annisa sambil berlagak cemberut.

Romeo diam sebentar sambil menatap wanita di depannya ini, lalu ia tersenyum semanis mungkin. “Tante Amora,” ia mengulangi sapaannya dengan nada suara yang lebih dalam. “Annisa hari ini bukannya lanjut Les piano di kelas Bu Lusy?”

Tante Amora hanya memandang Romeo dengan pandangan penuh arti, ”Romeo laper nggak? Udah makan siang?”

“Tadi makan bekal dari kak Ruby,” namun ia terdiam beberapa saat setelah melihat raut wajah Tante Amora berubah, “Tapi masih laper kok Tante, isinya cuma sandwich,” begitu tambahnya mencoba agar Tante Amora tidak tersinggung.

“Ya Ampun kamu kan lagi masa pertumbuhan! Gimana sih Ruby, kok bekalnya cuma sandwich!”

“...sandwich isi sirloin steak dan saus demiglace,” gumam Romeo pelan.

Raut wajah Tante Amora berubah menjadi cibiran, “Ya tapi kan belum makan buah dan sayur kaaaaan?!”

Hampir saja Romeo bilang kalau ia kurang suka sayur, tapi untung saja ia urungkan. Karena berikutnya lagi-lagi rejeki nomplok datang, “Ikut tante ke McD yuk, tante traktir deh,” kata Tante Amora.

Tentu saja wajah Romeo langsung berbinar. Siapa sih anak SD yang nggak suka McD?! Lagipula memang di sana ada buah dan sayur? Bodo amat lah yang penting fast food, pikir anak itu.

Dan dengan langkah ringan ia pun masuk ke dalam mobil Tante Amora.

Dari kejauhan ia melihat Supir Annisa menunggu di parkiran.

Lalu tersenyum penuh arti sambil melirik Tante Amora yang menyetir di sebelahnya.

**

“Kamu suka eskrim ya?” tanya Tante Amora sambil memperhatikan Romeo dengan seksama.

Romeo hanya tersenyum tipis-tipis sambil mengulum sendok plastiknya. Es krim di cupnya sudah habis dalam beberapa kali telan, tapi saat ditawari dia nggak mau minta tambah karena pandangan Tante Amora membuatnya risih.

“Aku suka coklat, dan ini mengandung coklat,” gumam Romeo.

“Duh, seandainya aku punya anak semanis kamu,” ujar Tante Amora. Tapi Romeo jelas tidak percaya kalau Tante Amora menganggapnya anak, apalagi Romeo sadar betul kalau ia bukan anak manis. “...Pasti aku beliin coklat setiap hari,” kata Tante Amora lagi.

“Serius?” tanya Romeo sambil mengangkat sebelah alisnya. “Bukan itu kan yang mau terucap,”

“Eh?” Perubahan wajah Romeo yang kini lebih dewasa dan tidak berbinar-binar seperti anak kecil membuat bulu kuduk Tante Amora langsung merinding. Ia pun menegakkan posisi duduknya.

“Jawab aja yang jujur sekali-kali kenapa sih?” gumam Romeo sambil terkekeh pelan.

Tante Amora pun tertegun menatap Romeo, lalu wajahnya memerah dan ia mengalihkan pandangannya ke samping.

“Tante...” panggil Romeo sambil telunjuknya sengaja ia sentuhkan sedikit ke jemari Tante Amora, lalu ia belai perlahan, “Tunggu aku dewasa sedikit, nanti kita bicarakan lagi ya,” bisiknya sambil memandang Tante Amora dengan sendu.

Wanita di depannya itu terkesima sambil memandangi wajah tampan Romeo, ia sedikit menggigit bibirnya tanda kegugupannya.

“Sekarang, hubungan kita cukup segini saja, soalnya aku takut Tante terlibat pidana kesusilaan,”dan Romeo pun menarik tangannya. “Kayaknya aku harus pulang, sudah agak sore,”

“Oh! O-o-oh iya benar juga! Hehe,” Tante Amora benar-benar salah tingkah.

“Kalau mau nyulik aku juga nggak papa sih,” bisik Romeo saat berdiri. Lalu mendahului Tante Amora ke arah pintu keluar.

Lalu dengan sikap seorang gentleman ia membukakan pintu agar Tante Amora bisa keluar restoran tanpa hambatan.

Saat mereka di mobil, mereka selama beberapa saat tidak saling mengobrol. Namun Romeo sangat merasakan kalau Tante Amora berkali-kali meliriknya.

“Mau nanya apa Tante?” tanyanya sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Tante Amora.

“Eh? Ih kamu nih! Hahahaha! Kaget saya,” Tante Amora sambil salah tingkah mencoba mencairkan suasana dan memukul bahu Romeo dengan pelan dan... agak genit, tentunya.

Bukan sifatnya Tante Amora bercentil-centil ria, namun sejak ia mengenal Romeo sekitar beberapa bulan yang lalu, saat Pak Raymond masih hidup, tatapan mata anak itu ke orang lain memang berbeda. Dan entah bagaimana bermulanya, Romeo mendapat tempat sendiri di hatinya.

Sering ia berusaha menguasai dirinya sendiri dengan bilang, Anak itu masih 10 tahun, seusia anakmu! Tapi apa daya saat bertemu Romeo, tingkah laku anak itu begitu mempesona sampai-sampai tidak seperti anak normal.

“Anuuu, kamu sekarang ditinggal Papa kamu, gimana?” tanya Tante Amora agak segan.

“Biasa aja, soalnya ada Om Randy,”

“Siapa Om Randy?”

“Anak kandung Papa,”

“Tinggal di rumah situ juga?”

“Iya, sekarang dia tinggal di sana. Orangnya baik banget kok sama kita,”

“Euhm, kalau kamu di-apa-apain, bilang Tante ya, simpan nomor Tante kan?’

“Nggak,” gumam Romeo. Ia dulu memang diberikan nomor Tante Amora tapi ia sengaja tidak simpan karena tak ingin dicap ‘gampangan’. Lagipula, nomer wanita yang ia simpan selain nomor Kakaknya adalah nomor Bu Guru Erica. Dua wanita yang berarti baginya.

Lagipula... apa maksudnya dengan ‘di-apa-apain’ ya? Daripada Randy yang ‘ngapa-ngapain’ Romeo, lebih bahaya Tante Amora, kali.

“ini Tante miskol nomor kamu ya,” Tante Amora menghubungi ponsel Romeo, “di save ya,”

“Iya Tante,” iya aja biar cepat selesai. Pikir Romeo.

“Pasti nggak ada Pak Raymond hidup kalian berdua lebih sulit ya?” Tante Amora menyimpulkan sendiri.

“Eh? Biasa aja sih Tante,”

“Mungkin karena kamu dan Ruby terbiasa hidup susah jadi yang begini bagi kamu biasa saja. Tapi sampai kamu nggak lagi pakai supir kalau ke sekolah, makan siang bekalnya hanya sandwich, duh rasanya Tante dengernya gimanaaaa gitu. Sesak rasanya,”

Romeo melirik Tante Amora sambil mengernyit. Ingin rasanya bilang ‘tante sok tau kaleeee’ tapi demi norma kesopanan ia diam saja dari pada runyam.

Tak lama mereka sampai di rumah Randy.

Pria itu sedang berdiri di depan pintu karena sedang memikirkan enaknya renovasi pagar depan atau tidak, tepat saat mobil Tante Amora sampai di pagar.

“Aduh, sudah ditunggu ya kamu. Ih lihat tuh mukanya seram sekali sih!” keluh Tante Amora sambil mengernyit memperhatikan Randy yang memang sedang berpikir keras untuk menekan budget renovasi rumah karena dananya pas-pasan, jadi ya tampangnya ‘begitulah’.

Romeo sampai-sampai menaikkan alisnya sambil menatap Tante Amora.

“Ini, sayang, kalau-kalau kamu butuh pakai saja jajan, jangan bilang siapa-siapa ya,” Tante Amora merogoh tas dengan logo Chanel dan memberikan segepok uang warna biru, yang masih ada ban-banan dari BI. Mulus halus dan pinggiran tajam, setajam lidah Pak Jamal.

Si Tante menyelipkan gepokan ke ransel Romeo.

Romeo langsung menaikan sebelah sudut bibirnya sambil melancarkan rayuan mautnya, “Tante kok baik banget sama aku? Serasa punya...”

Simpanan atau selingkuhan?

“Ibu baru, ehem!” tambah Romeo. “Ibu baru yang cantik dan...” ia menatap rok Tante Amora, “Seksi,”

“Ah!” Tante Amora memukul lembut bahu Romeo merasa terbang karena pujian. “Bisa aja kamu deh ih!”

“Aku pamit ya Tante,” dan Romeo mencium tangan Tante Amora, sekaligus mencondongkan tubuhnya untuk mencium pipi wanita itu.

Sampai-sampai Tante Amora kehabisan kata-kata karena tingkah si bocil Don Juan itu.

*

*

“Kamu diantar pulang sama siapa?” tanya Randy saat Mercedes Benz E-Class Saloons hitam itu berlalu dari depan gerbang rumah.

“Sama Mamanya Annisa,” kata Romeo sambil berjalan masuk menelusuri halaman rumah.

“Cieeee, Annisa pacar kamu ya? Kok nggak dikenalin ke aku? Masih bocil pacar-pacaran!”

“Annisanya masih di sekolah ada Les Piano,”

Randy menghentikan langkahnya sambil mengernyit.

“Annisanya masih di sekolah?” ulang Randy.

“Iya,” jawab Romeo.

“Terus kenapa ibunya nggak nunggu di sekolah malah nganterin kamu ke rumah?”

Romeo tidak menjawab, hanya menoleh sekilas sambil tersenyum sinis. “Nanti bantuin aku bersihin torent di atap ya Om,”

“Hoy, jawab dulu dong!”

“Single mana ngerti...” gumam Romeo pelan sambil cuek masuk ke dalam.

Terpopuler

Comments

Kustri

Kustri

mgkin hanya ada di novel sj

2024-05-09

0

alifa zhafira

alifa zhafira

mantap bocilnya haha

2024-04-25

0

May Keisya

May Keisya

si bocil ini bikin gregetan🤣🤣🤣

2024-01-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!