Ruby yang cantik dan seksi sudah pasti memukau semua yang melihatnya saat ia berniat jadi cantik.
Dan saat ini ia ingin tampil seperti sediakala.
Glamor dan genit.
Seperti apa adanya dia.
Selama ini, sudah 3 tahun ia menutup diri, berpakaian lebih longgar kebanyakan warna hitam, make up tipis seadanya, rambut ia biarkan terikat yang penting rapi dan wangi.
Semua karena...
"Bokap lo memang mesum sih sebenernya," desis Ruby saat siang itu Randy membantunya berbelanja keperluan buat sebulan.
"Kenapa lo bilang bokap gue baik pas peetama kita ketemu,"
"Ya karena dia memang baik,"
"Plin plan,"
"Dia memang mencoba merayu gue, mungkin dia pikir gue bakalan goyah diiming-imingi harta. Tapi pas gue bertahan dia nyerah sendiri,"
"Mungkin karena dia lagi sakit,"
"Bisa jadi,"
Ruby memeriksa daftar belanja di ponselnya sambil memicingkan mata dan mencentrang yang sudah dimasukan ke keranjang dorong satu per satu.
"Indomie sedus," gumamnya sambil menunjuk di atas rak, meminta Randy mengambilkannya.
"Oke," Randy mengambil sedus Indomie rasa ayam bawang.
"Yang kari ayam,"
"Ayam bawang aja, rasa asli,"
"Yang kari aja, lebih berasa rempahnya,"
"Ayam bawang bisa diapa-apain tetep enak, lo tambah kuah kari pun jadi mirip,"
"Ayam bawang kadang nggak berasa bumbunya,"
"Nggak berasa gimana? Lidah lo tuh udah kebal kebanyakan micin, kayaknya,"
"Jangan ngeremehin lidah chef, ambil yang kari ayam,"
"Kuambil aja lah dua-duanya,"
"Ya jangan sedus dong! Kelamaan bisa kadaluarsa!"
"Ya udah nggak usah yang dus dusan, beda-beda rasa lah ambil dua-dua! Minta dusnya sama mas jaga toko!"
"Oke,"
"Ribet bener..." gerutu Randy sambil melambaikan tangan ke salah satu staff supermarket untuk minta kardus,"
"Lalu," Ruby meneruskan ceritanya, "Sebenarnya awal kita nikah bokap lo sehat-sehat aja sih,"
"Nah kan," tukas Randy, "Gue tuh yakin banget kita nggak ada riwayat penyakit jantung sekeluarga. Yang ada asam urat dan amandel tuh. Keujanan dikit, radang,"
"Kalo kita, anemia dan sakit lambung. Romeo tuh paling sering anemia. Apalagi kalo dia banyak mikir, udah tepar tekanan darahnya langsung drop,"
"Gimana nggak kebanyakan mikir, isi otaknya aja udah setara Professor,"
"Kebanyakan dijedotin kali pas gue tinggal ke Belanda,"
"Ohiya, itu gimana ceritanya tuh?!"
Ruby menghela napas sambil memasukkan excelso ke keranjang. Tapi Randy mengembalikan excelso dan mengambil JJ Royale.
"Excelso aja,"
"JJ royale lebih enak,"
"Excelso buatan Indonesia,"
"JJ royale roastingnya merata,"
"JJ Royale nggak cocok buat kami penderita sakit lambung,"
"Excelso boro-boro bikin melek, malah bobo nyenyak,"
"Dahlah, Kapal api aja!"
"Ya udah Kapal Api lah!"
"Lanjut ceritanya,"
"Jadi," Ruby mencontreng daftar 'kopi tubruk' di ponselnya, "alasan kenapa gue rela ninggalin Daddy gue dan butuh uang cepet, yang mana satu-satu jakan yang sesuai sama kemampuan gue dan dibayar harian adalah di club striped, adalah karena Romeo habis-habisan disiksa sama Om dan Tante gue,"
"Lo serius..." Randy bahkan sampai berhenti berjalan.
"Gue sampe histeris waktu nemuin dia di rumah sakit dalam keadaan koma. Luka pukulan terutama di kepalanya 50 lebam, ada sundutan rokok di paha dan betisnya, dia koma selama 1 minggu, rawat inap 2 bulan,"
"Ya Tuhan,"
"Iya, gue juga sempat ngeluh ke Tuhan. Dia ternyata selama ini nggak boleh tidur di dalam rumah. Dia dikasih rumah anjing di halaman depan. Makan dan minum sisa, kadang basi, dan tetangga gue nemuin waktu dia nekat ke rumah Om dan Tante karena tiba-tiba aja Romeo nggak kedengeran suara nangisnya,"
"Lalu?"
"Romeo pingsan di dalam rumah anjing,"
"Perlu gue perkarain?!"
"Udah gue tuntut, mereka lagi di penjara, vonis 5 tahun, tapi bisa mengajukan bebas bersyarat saat masa tahanan 3 tahun,"
"Dari mana lo dapet uang buat nuntut mereka?"
Ruby menatap Randy dalam-dalam, "dari Bokap lo,"
Randy menghela napas.
"Gue ketemu bokap lo di LBH waktu cari bantuan untuk persiapan tuntutan. Gue mana bisa bayar pengacara. Dan Om Raymond menawarkan bantuan gratis,"
"Dia tidak pernah menawarkan bantuan secara gratis,"
"Sekitar 2 tahun kemudian dia memang ngelamar gue sih,"
Randy menghela napas, menyesali semua yang terjadi.
"Karena itu lo bilang Bokap gue baik?!"
"Saat gue sendirian, yang ada di deket gue hanya bokap lo, Om Raymond," jelas Ruby, "terserah yang lain mau bilang dia licik, sombong, tukang korupsi, saat itu yang bersedia nolong gue cuma dia,"
Randy hanya bisa diam.
“Ah iya gue juga belum berterimakasih ke elo ya,”
“Ke gue?”
Ruby berbalik badan sambil tersenyum ke arah Randy. “Tips dari lo bisa bikin gue pulang ke Indonesia dengan cepat, itu lebih dari cukup malah untuk penyambung hidup beberapa saat,”
Randy mengingat lagi kejadian yang telah lampau. Seketika ia mengernyit karena merasa malu sendiri.
Ia begitu penasaran dengan si Indy ini, begitu terpukaunya dengan teknik menari Indy, juga kecantikannya yang berbeda dengan wanita lain yang pernah Randy lihat.
Jadi setelah waktu booked selesai, ia memberikan tips 5 kali lipat dari harga normal dengan harapan Indy terkesan dan bersedia disewa lagi olehnya di keesokan harinya.
Juga karena ada urusan hasrat yang belum selesai pastinya.
Tapi saat Randy kembali lagi ke club itu tepat keesokan harinya, Indy sudah pulang ke negaranya, kata manajemen club.
Segera setelah ia mendapat tips dari Randy, dia berberes dan meninggalkan Amsterdam.
“Gue juga nggak habis pikir tentang Daddy gue,” tambah Ruby sambil meneruskan aktifitas belanjanya, Randy berdehem untuk menyadarkan dirinya sendiri kalau mereka sudah kembali ke masa kini.
“Ya?” tanya Randy ingin tahu.
“Tiap hari dia bilang gue cantik, gue manis, gue hebat dan membuat dia melayang tinggi, gue membuat dia lupa dunia, pas gue bilang gue mau balik ke Indonesia sebentar buat nemuin adek gue, dia malah bilang kalau kontrak belum selesai dan gue nggak boleh kemana-mana atau gue harus ganti rugi,” kisahnya.
“Hah?” sampai-sampai Randy merasa perlu penjelasan lebih lanjut, “Gimana?!”
Ruby mengangguk sekilas, “Dia menuduh gue ke Indonesia bukan pulang buat nemuin adek gue, tapi untuk menemui klien lain yang lebih kaya. Gue udah tunjukin rekaman cctv dan WA dari tetangga gue, dia masih nggak percaya dan nuduh kalo itu settingan,”
Wanita itu berhenti di depan jajaran saus dan menatap Randy dengan miris, ada rasa sakit tertahan di dadanya. “Dia bilang kalo gue sampe pergi sebelum kontrak berakhir, gue harus ganti semua yang udah dia beliin ke gue, sampai biaya makan sehari-hari. Percaya nggak sih lo?!”
“Wah gila!” tukas Randy. Ini cerita paling seru yang pernah ia dengar.
“Kita makan sehari-hari tuh tiap hari mewah gila! Menu yang belum tentu lo pernah coba saking hedonnya, dan dapet cuma seiprit! Pas gue rasain gue sampai ngernyit, ini sih gue aja yang bikin bisa sambil merem. Tapi harganya bisa buat beli gado-gado segerobak!”
“Hm,” timpal Randy sambil memasukan saus sambal super pedas ke keranjang.
“Akhirnya karena gue kepikiran Romeo, gue ganti semua duitnya. Gue jual semua tas dan sepatu balikin semua barang ke dia. Di badan cuma ada baju satu stel, make up dan sandal. Tas pun gue ambil dari hotel, tas kain yang bentuknya tote bag itu loh!”
“Iya,”
“Dan waktu sampe bandara mau beli tiket, gue baru sadar kalo harganya ternyata mahal banget. Selama ini gue dibayarin jadi gue nggak perhatiin. Jelas aja duit gue kurang! Apalagi waktu itu Eropa lagi inflasi, tiket Amsterdam-Jakarta masa harganya hampir sama dengan paket Umroh!”
“Okeee,”
“Yah, dan gue mikir buat kerja di club itu ada kali seharian gue nongkrong di Bandara. Mikir mau apa kalo udah begini. Balik lagi ke Daddy gue jelas nggak mungkin,” Ruby memasukkan sekaleng pasta tomat ke keranjang.
Randy mengembalikannya lagi ke etalase.
Ruby menatapnya tajam dan mengambil saus pasta tomat kalengan itu lagi.
Randy mengembalikannya lagi, “Gue nggak suka rasanya,”
“Tapi ini praktis kalo mau bikin pasta,” kata Ruby.
“Tapi rasanya jadi aneh, lo bisa beli tomat sekilo aja lebih hemat,”
“Gue harus rebus dulu, harus gue peel dulu kulitnya, harus gue blender dulu, gue marinated dulu,”
“Ya memang begitu prosesnya,”
“Kalo yang ini gue tinggal tuang,” Ruby memasukan kembali kaleng pasta tomat ke keranjang.
Randy menatapnya lurus-lurus, tak bergeming. “Mamah,”
Ruby sampai mengernyit mendengar panggilan yang ditunjukan untuknya.
“Kalo masih pake pasta tomat kalengan, gue nggak jadi nyebut lo chef sejati, hancur udah imej lo. Chef itu musti punya rasa yang otentik ala dia, bukan pake buatan pabrik yang beli di supermarket,”
Ruby memanyunkan bibir tebal sensualnya, lalu sambil ogah-ogahan dia ambil pasta kalengan dan dia kembalikan ke etalase tanpa bicara. Lalu melanjutkan perjalanan ke depan. Randy menyeringai puas karena menang. Bukan apa-apa, harga sekaleng bisa buat beli tomat sekilo soalnya.
“Lanjutin dong ceritanya,” rayu Randy. “Sebenernya apa yang dilakukan Romeo sampai Om dan Tante keras banget sama tu anak? Memang perilaku mereka begitu dari awal atau karena ada dendam terpendam?”
Ruby menghela napas, “Di pengadilan mereka mengaku kalau Romeo nakal,”
“Romeo nakal?” Randy mengernyitkan dahinya, suatu kata-kata yang menurutnya aneh disematkan di diri Romeo.
“Kalau dikasih makan, tidak dimakan. Selalu berantakan, selalu teriak-teriak, selalu menangis,”
“Dia hanya 5 tahun waktu itu,”
“Ya, dan itu lazimnya tingkah anak 5 tahun,”
Randy dan Ruby kembali berjalan menelusuri koridor dalam diam, walau pun mereka tampak memilih barang-barang tapi pikiran mereka kemana-mana.
“Gue menyesal ninggalin Romeo,” lirih Ruby.
Randy hanya mengangguk mengerti.
“Setelah dia sadar dari koma, dia jadi jenius,”
“Eh?”
Ruby menoleh dan menyeringai, “Sisi positif dari setiap tragedi. Dia jabarkan semua yang dilakukan Om dan Tante ke majelis hakim, saat itu Romeo masih diinfus dan meminta untuk bersaksi di pengadilan. Hal itu memberatkan hukuman Om dan Tante,”
“Trauma membuatnya... jadi seperti ini?!” Randy menunjuk Romeo yang dari tadi memang sedang mengikuti mereka sambil mengulum Chupa Chups. Tapi karena dia takut mengganggu perbincangan jadi dia diam saja mendengarkan.
“Jadi dulu dia normal?” ketus Randy.
“Dulu dia normal,” jelas Ruby.
“Lo nggak cek jangan-jangan jiwanya ketuker sama Pak Einstein?”
“Sudah 5 psikiater dan beberapa ahli bakat yang kita datangi,”
“Hem,” Randy menatap Romeo sambil mengernyit.
Romeo mengeluarkan lolipop dari mulutnya dan mengacungkannya ke Randy, “Mau Om? Siapa tahu ketularan bakat jeniusku,”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞
ajib😁
2024-07-05
0
Naftali Hanania
oalah....tragis bgt nasib meo...tega nya tuh om&tante 😡
2024-06-06
0
maya ummu ihsan
jauh banget jatuhnya
2024-02-04
0