Papa, Aku Cinta Istrimu
Juli 2017
Red Light District yang terkenal di Amsterdam adalah kawasan hiburan yang dipenuhi dengan banyak sekali club malam, dengan pekerja komersial berpakaian minim menari di etalase toko, restoran yang menyediakan tanaman terlarang yang bisa dikonsumsi, juga museum khusus dewasa yang membingungkan pikiran.
Distrik Lampu Merah di Amsterdam dibanjiri dengan cahaya neon dan pikiran kotor yang hampir tak ada habisnya.
Randy Gaspar, dalam kegundahan hati yang amat sangat, pikirannya yang kacau balau bagaikan diserang dengan berbagai informasi bertubi-tubi, menelusuri jalanan itu dengan tatapan kosong. Ia memang sengaja ke tempat ini untuk mencari pelampiasan. Pertengkarannya dengan Papanya membuatnya kesal. Juga tunangannya, Victoria, ketahuan berselingkuh dengan pria lain.
Sebenarnya sejak lama Randy tahu mengenai tingkah tunangannya itu, Namun Victoria berasal dari keluarga berpengaruh dalam dunia politik, yang mana akan digunakan sebagai modal bagi Papa Randy untuk dapat duduk di kursi legislatif. Perjodohan mereka dirancang sedemikian rupa, dan Randy perlahan mulai menerima Victoria di hatinya.
Sayang sekali Victoria selama ini hanya berpura-pura mencintai Randy. Pria selingkuhannya bahkan bukan dari keluarga berada, hanya seorang staff di minimarket. Ya memang wajahnya lumayan, tap bagaimana bisa Victoria memilihnya?!
Randy masih bungkam saat hasil penyelidikan sampai padanya. Ia hanya bisa diam. Karena ia melihat Papanya tinggal sedikit lagi menjabat sebagai wakil rakyat. Keluarga Victoria lah yang mengusahakan hal itu bisa terjadi. Kalau sampai mereka mengetahui kenyataan di balik itu, habis sudah semuanya.
Tapi setiap melihat Victoria, yang ada di hati Randy hanyalah rasa benci dan mual. Jadi ia sampaikan ke Papanya kalau ia ingin membatalkan pertunangan.
Tak ayal hal itu membuat Papanya marah besar, lalu mereka bertengkar.
Dan di sinilah kemudian, di Red Light District, Randy berada.
Wanita-wanita dengan pakaian vulgar, menari di etalase sambil melambaikan tangan padanya. Randy yang tinggi menjulang, 193 cm, dan berperawakan tampan, memang adalah mangsa menggiurkan bagi setiap wanita di sana, tidak terkecuali kaum gay yang melayangkan ciuman jarak jauh padanya. Randy tetap berekspresi dingin.
Lalu ia berhenti di salah satu toko, di papan namanya tertulis dalam Bahasa Inggris yang artinya ‘tersedia kesayangan dalam berbagai negara’, kesayangan yang dimaksud di sini mungkin artinya wanita.
Dan Randy pun masuk.
Beberapa wanita menyambutnya. Mereka dalam balutan pakaian yang sebenarnya tidak seksi. Kemeja dan rok mini biasa. Di kawasan Red Light District Pekerja Komersial semacam ini memang dilegalkan, dan bahkan mereka membayar pajak dari penghasilan mereka. Pengunjung bahkan dilarang untuk menangkap gambar etalase untuk menghormati hak mereka. Jadi penanganan terhadap tamu juga profesional. Bagian penyambut tamu, pakaiannya lebih sopan dan berbeda dengan para pekerjanya.
“Spreekt u Engels?” tanya Randy, yang artinya ‘apakah anda berbicara Bahasa Inggris?’.
“Of couse, Sir,” sahut salah satunya dengan ceria sambil menyerahkan sebuah tablet. Beberapa wanita itu kemungkinan dari Asia, terlihat dari wajah dan aksennya yang khas, beberapa lainnya dari kawasan Eropa Timur.
Sambil melihat-lihat foto, Randy berbicara dalam bahasa Inggris, “Striped?”
“Section three,” si wanita Asia menekan sebuah menu di tablet.
Tertera foto seorang gadis, cantik, bahkan menurut Randy wajahnya hampir seperti artis di Indonesia, dengan rambut di cat coklat dan bibir tebal merekah. Tertulis Namanya Indy.
“Ah, New Comer, but pretty good, Sir,” kata si wanita asia sambil mengacungkan jempolnya.
“Hm,”
“But, only Striped, No touching,”
“Heh? No Touching?”
Si Wanita Asia mengangguk, “But we provide a lot vibrators and intimate tools,” si Wanita Asia berbicara dengan bahasa Inggris dengan kosakata yang minimal. Sepengertian Randy, bahwa si wanita dengan nama Indy ini, entah itu nama aslinya atau bukan, adalah seorang penari tiang, katanya pendatang baru di club itu dan kemampuannya lumayan bagus, tapi hanya menyediakan pertunjukan tari tiang pribadi dan tidak untuk dipegang atau disentuh.
Kalau si tamu merasa bergairah, di club ini juga menyediakan alat-alat penunjang intimasi yang bisa digunakan oleh si tamu.
Menarik juga, pikir Randy.
Dan dia pun menekan tombol ‘booking’.
*
*
“Wow,” gumam Randy setelah 15 menit melihat Indy menari. Kemampuan wanita di depannya ini seakan profesional. Ia hampir setengah telanjang, namun jauh dari vulgar yang dibayangkan Randy di saat pertama. Lebih ke sebuah senam gymnastik dengan teknik tingkat tinggi.
Randy lalu menambah lagi sesi sewanya menjadi satu jam. Itu berarti ia akan kehilangan beberapa puluh Euro.
Ia begitu penasaran dengan si Indy ini.
“Hey, Indy. Can you stopped?” desis Randy. Si Wanita itu mengangkat alisnya dan menatap Randy.
“Is that not good enough?” tanya Indy.
“Where’d you come from?” Randy tidak menjawab pertanyaan Indy.
“Classified, Sir,” Indy bilang kalau negara asalnya adalah sebuah rahasia.
“Indonesia? Saya juga dari sana,” sebenarnya Randy hanya asal bicara. Dia menyebut nama negara itu karena nama Indy. Kalau disebut India, rasanya wajah wanita ini terlalu Melayu.
Indy pun menipiskan bibirnya dan berhenti menari, lalu berjalan dengan anggun dan duduk di depan Randy sambil menyilangkan kaki jenjangnya. “Apa ada yang salah?” tanyanya. Suaranya bening dan lembut.
“Tidak ada, kamu menari dengan sangat... indah,”
“Hm,” gumam Indy, “Masa?”
“Saya serius,”
“Kenapa minta berhenti?”
“Mau ngobrol aja,”
“No Touch, ya,” Indy menunjuk papan di atas pintu yang ditulis dengan lampu Neon. Don’t Touch the Dancer, Not allowed to take a picture.
Randy mengangkat kedua tangannya, “Oke,”
“Kamu membayar saya lumayan mahal untuk sekedar mengobrol. Bagaimana kalau sambil menonton saya menari?” Kata Indy.
“Hm, boleh juga,”
Indy terkekeh sambil berjalan ke arah podium lalu memanjat tiang besi dengan anggun, dan mulai berputar.
“Kenapa kamu di sini, Indy?”
“Saya butuh uang untuk pulang ke Indonesia,”
“Kamu bisa minta bantuan kedutaan,”
“Masalahnya bukan hanya itu, saya butuh membawa uang saat kembali ke sana,”
“Kenapa?”
“Saya mau menjemput adik saya, dia tinggal bersama Om dan Tante saya, dan terakhir saya dapat kabar kalau dia dipukuli di sana,” Indy meliukkan tubuhnya mengikuti alunan lagu.
“Jadi uang yang kamu bawa untuk menebusnya?”
“Betul,” gumam Indy sambil melakukan back spin.
“Kenapa kamu bisa di Belanda?”
“Saya jadi Sugar Baby di sini,”
“Hm,”
“Dan, karena saya dapat kabar mengenai adik saya, saya memaksa pulang. Pacar saya tidak setuju. Kami bertengkar dan saya bangkrut. Lalu mencari sedikit uang di club ini. Saya baru dua hari di sini, dan kamu pelanggan pertama saya,”
“Saya harus dikasih ucapan selamat dong,”
“Selamat ya Boss,” balas Indy sambil menyeringai.
“Kalau semua tahu cara kamu menari sedemikian hebatnya, rasanya uang yang kamu cari akan mudah terkumpul,”
“Yaaa, segala hal yang ada di club tidak bisa diviralkan atau dishare begitu saja. Semua diatur manajemen,” kata Indy sambil melakukan fan kick dengan sangat luwes. “Kalau kamu bagaimana? Apa yang menyebabkan kamu di sini? Pekerjaan?”
Dan Randy menceritakan mengenai Victoria, juga mengenai Papanya.
Sambil menari Indy mendengarkan Randy bercerita tanpa sekali pun ia memotong kalimat Randy.
“...Dan sekarang di sinilah saya berada,” Randy menatap Indy dengan nanar saat bercerita.
“Sudah lebih lega?” tanya Indy.
“Sudah jauh lebih baik,” kata Rndy. Terkadang berbicara dengan orang asing memang melegakan dibandingkan berbicara dengan orang yang dikenal karena takutnya gosip menyebar dengan cepat.
“Itulah gunanya saya, pelampiasan,” kata Indy.
Randy terkekeh mengakui.
“Saya mau tahu pendapat kamu,” kata Randy.
“Untuk apa?” tanya Indy. Dia kembali melakukan piroutte.
“Kamu dan Victoria sama-sama wanita. Saya hanya mau tahu kenapa dia memilih pria dengan status sosial lebih rendah padahal sudah ada saya,”
Terdengar Indy tertawa pelan, “Cinta itu buta, Boss,” katanya
“Sebuta itu?”
“Hu’um, “ Indy menghentikan tariannya dan berdiri di samping tiang. “Kekayaan sudah dinikmati tunanganmu sejak kecil, tapi kasih sayang baru di dapatkannya setelah dewasa. Kaum wanita gampang terpikat dengan sebuah perhatian, walaupun itu hanya sekedar membukakan tutup botol air mineral tanpa diminta,”
Randy tertegun mendengarkannya. Hal yang sesederhana itu dapat mengalihkan Victoria dari apa pun? Sungguh sulit dipercaya, Pikir pria itu.
“Bagaimana kalau Victoria dibohongi?” tanya Randy.
“Saya pikir dia wanita yang cukup pintar. Karena itu dia merahasiakan semuanya. Dia mungkin juga tidak memberikan semuanya ke si cowok. Agar kalau hubungan itu berakhir, setidaknya nama baiknya akan terjaga,”
“Saya membicarakan semua temuan itu ke papa saya,” kata Randy.
“Wajar, karena kamu kan merasa dikhianati,”
“Jadi, saran kamu?”
“Diam saja, lihat saja kemana skenario Tuhan berjalan,”
“Heh?”
Indy berjalan dan duduk di depan Randy, kini dia sudah tanpa pakaian sama sekali. Wanita itu mencondongkan tubuhnya.
Dalam cahaya temaram, Randy bisa melihat jelas sosok cantik di depannya.
Libidonya mulai meningkat.
“Hey,” gumam Indy, “Sambil melupakan semuanya, bagaimana kalau kamu berlibur? Berlibur yang benar-benar liburan tanpa ada bisnis yang terlibat. Seperti naik gunung sampai ke puncak dan mengagumi kebesaran Illahi?”
“Eh?”
“Itu yang sering kulakukan kalau sedang kesal,” kata Indy. “Bukannya datang ke club semacam ini,” ia tampaknya menyindir Randy.
Randy mencibir merasa tersindir.
“Bagaimana kalau kita-”
“Waktunya sudah habis,” potong Indy.
“Hah?!” seru Randy kaget. Padahal ia mulai bergairah.
“Sudah satu jam,” kekeh Indy sambil beranjak.
“Setidaknya salam perpisahan,” gumam Randy agak kesal. Kenapa waktu berjalan begitu cepat?!
“Oke, “ Dan Indy mengecup bibir Randy. Sekilas, namun terasa cukup dalam.
Wanita ini begitu pintar memfungsikan anggota tubuhnya.
“Semoga masalahmu cepat selesai, Boss,” sahutnya sambil berjalan ke arah pintu keluar.
Hal terakhir yang diingat Randy adalah seringai jahil si Indy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Cut SNY@"GranyCUT"
wow.. baru baca bab 1 saya langsung suka dengan novel ini.. novel ke 10 karya author Angspoer yang saya baca nonstop selama dua bulan ini.
terima kasih thor..
2024-09-06
0
YK
bener, cuma gara2 dibukain pintu pas keluar kelas ajaudah bikin baper. begitu gentleman, pikirku. tapi endingnya kelakuannya busuk...
2023-09-30
1
YK
benar. mereka bukan benar-benar peduli, tapi hanya kepo...
2023-09-30
0