Randy baru saja menyalakan mesin mobilnya saat Romeo menghampirinya. “Numpang sampe sekolah Om,”
“Biasanya kamu gimana ke sekolah?”
“Pake driver, tapi kan udah dipecat kak Ruby,” kata Romeo, “Aku lagi nabung buat beli sepeda,”
Randy mengangkat alisnya, tanda keheranan. “Okelah, masuk aja,”
Mereka menyusuri jalanan Jakarta dalam hening, sampai tiba-tiba saja Romeo membuka suatu perbincangan menarik.
“Pak Raymond suka sama Kak Ruby, tapi Kak Ruby bilang kontrak tidak boleh dilanggar atau kami akan pergi,”
“Hah?!” Mau tak mau Randy menoleh ke sebelahnya. Romeo mengerucutkan bibirnya dan menatap Randy dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.
“Beberapa kali aku memergoki Pak Raymond mengambil foto Kak Ruby. Terus terang aja Om, sejak tinggal di rumah itu pakaian Kak Ruby sangat tertutup, tidak seperti hari ini,”
“Lah, dia kan Baby, pasti biasanya memakai pakaian seksi kan?”
“Dulu. Tapi sejak jadi istri Pak Raymond, tidak,”
“Kata dia, Papa saya baik,”
“Om Randy percaya kalau papa Om Baik?”
“Hemm...” Randy mengernyit. Dari dulu, walaupun itu Papanya, Papa kandungnya, kata-kata ‘baik’ tidak pernah tersemat di keningnya. Karena Randy mengetahui semua tingkah Papanya pasti ada maunya di belakang, tidak pernah ikhlas.
Apalagi setelah mengetahui ‘kejahatan’ yang dilakukan papanya kali ini, sulit mengakui kalau Papanya baik, kecuali menyerahkan semua aset ke Randy sehingga Randy bisa hidup dengan sejahtera dari lahir sampai sekarang dan tidak harus hidup di jalanan.
Tapi itu semua dia lakukan karena dia tahu Randy tidak akan berkhianat. Ngambek iya, tapi dia selalu dekat dan selalu bisa dilacak. Mana ada orang kabur tapi senantiasa tetap mengelola perusahaaan Bapaknya di LA, itu sih namanya bukan kabur, tapi ‘ingin menyendiri’.
“Anaknya sendiri aja tidak percaya, aku dengar waktu Om Randy berkali-kali memastikan ke Kak Ruby kalau yang dibicarakan itu Om Raymond yang sama atau bukan,”
“Yaaah, Papa baik. Kalau ke... orang-orang tertentu. Kamu tahu sendiri lah,”
“Aku nggak tahu om, aku masih 10 tahun,” desis Romeo.
“Kalau yang beresiko tinggi baru bawa-bawa usia ya. Aku hampir aja nyangka kamu itu kayak Ester di film Orphan. Nyamar jadi anak-anak padahal psikopat,”
“Bisa jadi,” Romeo mengangguk, “Tapi mungkin aku bakalan lebih pintar membunuh, aku akan menggunakan metode mental down biar mereka bunuh diri aja, jadi tanganku bersih,”
“Hah...?” Randy sampai-sampai terpaku menatap Romeo.
“Liat jalan Om, masih banyak yang pingin kulakukan kayak naik kora-kora di Dufan atau foto-foto di depan menara Eiffel,” guman Romeo sambil menunjuk jalanan di depan mereka.
Randy menelan ludahnya sambil kembali fokus menyetir.
Gila! Nakutin banget nih anak. Pikirnya.
“Lalu... Om tahu nggak kalau Tante Victoria sempat datang sehari sebelum Om Raymond meninggal?”
“Eh?” Randy menatap Romeo dengan kaget.
Romeo menghela napas, “Pinggirin dulu deh Om mobilnya, daripada fokus teralihkan terus,”
“Ya gara-gara siapa, coba?!”
“Jadi gini Om,” Romeo merobek bungkus choki-chokinya dan menekan bagian bawah bungkus supaya coklatnya keluar, “Tante Victoria memang datang beberapa kali untuk menjenguk Om Raymond. Biasanya dia datang dengan Papanya atau beberapa orang pria yang kami duga adalah anak buahnya di kantor. Namun pas hari terakhir dia berkunjung, dia datang bersama pengacaranya. Kami tahu dia pengacara karena wajahnya sering viral di media sosial,”
“Lalu?”
“Jadi, pas dia masuk ke kamar, aku tuh habis mandiin Om Raymond. Jadi ternyata karena terburu-buru ada tamu hapeku ketinggalan di dalam. Aku kan mau ambil tuh, dan sempat mendengar dari balik gorden perbincangan mereka sedikit,”
“Dan... apa?”
“Kalau... mereka memaksa Om Raymond untuk tandatangan pengalihan sebagian saham sebagai gantinya mereka akan tutup mulut mengenai masalah korupsi proyek apaaa gitu,”
Randy diam.
Lalu kembali menegakkan duduknya di kursi driver.
Dan mengeratkan pegangannya di stir.
Sambil menghela napas berat dia pun bilang ke Romeo, “Bagi choki-chokinya,”
*
*
Di kantor, Randy memfokuskan diri pada pekerjaannya. Sebenarnya tidak sulit mencari proyek mana saja yang ada dugaan penggelapan dana, dan neraca mana saja yang memiliki angka tidak wajar.
Mudah saja.
Tapi yang harus dicari di sini, adalah sejauh mana Randy terlibat.
Dan sialnya, di semua proyek dia ternyata bisa dibilang terlibat, walau pun tidak secara langsung, tapi kalau sampai kasus ini mencuat ke publik dan diketahui KPK dkk,
“Bisa-bisa tiap hari makan nasi pake royco doang,” gerutunya. Dan yang lebih parah, dia bisa saja memakai seragam orange.
Alias masuk bui.
Tak lama dia menatap jam tangannya.
Sudah siang.
Sedari ia serius bekerja sampai-sampai tidak terasa sudah waktunya jam makan siang.
Ruangannya yang besar sepi, karena ini hari Sabtu. Ia memang memutuskan untuk lembur dan mengejar ketinggalannya selama 5 tahun sambil tetap memegang kendali pada kantor lamanya di Los Angeles.
Dan ia ingin bekerja sendirian.
Ia tidak ingin diinterupsi siapa-siapa.
Tapi ya itu menguras tenaganya.
“Laper,” katanya sambil merenggangkan tubuhnya mengatasi pegal di pinggangnya. Dan ia ambil tasnya, dia buka resletingnya dan ambil kotak bekal yang diberikan Ruby.
“Heh?!” desisnya kecewa.
Hanya dua buah potong sandwich yang entah apa isinya.
“Elah, beginian sih bisa bikin sendiri,” gerutunya. Tapi apa boleh buat, ia sangat lapar dan tubuh tingginya butuh makanan lebih dari pada orang biasa.
Ia gigit sepotong.
Lalu tertegun.
Sepotong lagi
Dan lagi
Dan lagi
Sampai ia ambil tangkupan kedua, lalu ia gigit sepotong.
Isinya berbeda dengan yang pertama.
Tidak sampai 5 menit menghabiskan 2 potong sandwich bikinan Ruby.
Tapi dia masih lapar, dan rasa sandwich tadi itu benar-benar rasa kelas atas.
Lalu di bawah sandwich kedua, di dasar kotak bekal, tertempel post it dengan tulisan rapi. Yang jelas itu tulisan ibu tirinya karena hurufnya bulat-bulat khas cewek banget.
“Kalau masih lapar, pulang. Gue masak sop buntut buat maksi,” begitu isi pesannya.
“Wooooo, asek!” sahutnya sambil membereskan semuanya dan bersiap pulang.
Sialnya... Victoria masuk ke dalam ruangan divisinya.
Membuat Randy terpaku menatap wanita itu.
Dengan keheranan Randy tetap berdiri di dalam ruangannya, yang kacanya memang dibuat tidak tembus pandang kalau dilihat dari luar, tapi Randy bisa melihat ke arah luar untuk mengawasi kerja staffnya.
Victoria dengan angkuh berjalanmasuk sambil melipat kedua lengannya dan menatap sekelilingnya.
Di belakangnya... masuk Alan, dengan pakaian casual dan langsung menuju kubikelnya sendiri. Mereka tampak mengobrol, sayup-sayup Randy bisa mendengarnya.
“Itu bisa dikerjakan Hari Senin, sayang,” kata Victoria sambil duduk di atas meja Alan.
“Aku berharap sebelum Senin sudah selesai,” kata Alan.
“Tidak usah terlalu loyal ke Randy, pacarmu ini juga konglomerat,”
“Tidak ada alasan untuk tidak bersikap loyal ke Pak Randy. Dia baik sama aku,”
“Memang aku kurang baik apa?”
“Kenapa kamu cemburu?”
“Kamu mengorbankan weekend kita untuk mengerjakan tugas kantor!”
“Ini kan kantor kamu juga, kamu juga pemegang sahamnya,”
“Ya tapi kamu bekerja untuk dia!”
“Ya untuk kamu juga lah,kalau cuan kan kamu juga yang seneng bisa beli berlian baru, mau segede bola tenis juga kebeli,” gumam Alan sambil cuek dan mengutak atik komputernya untuk mengcopy data.
“Sayaaaaang, bagiku kamu di atas ranjang lebih penting dari pada di depan komputer,” Victoria mencoba merayu Alan sambil memeluk pria itu dari belakang, dan mencium leher kekasihnya itu.
“5 menit, sabar,” gumam Alan sambil memicingkan mata menatap komputernya.
Tak lama mereka berdua keluar dari ruangan dengan Victoria memeluk lengan Alan.
Meninggalkan Randy yang ternganga tak percaya dengan apa yang ia lihat.
“Brengsek,” gumamnya kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Kustri
hahaha...ini sih buaya di kadalin
2024-05-09
0
May Keisya
wakakaka 😂😂
2024-01-24
0
Joel Fee
aseli tor...baru kali ini aku guemuesh ma peran pendukung di nupel tor
2023-04-28
0