...Ya Allah, peluklah aku hingga hatiku merasa tenang dan damai. Hapuskan air mataku hingga aku merasakan sabar dan ikhlas dalam menghadapi segala ujian dan cobaan hidup ini....
...***...
Perlahan kubuka mataku. Kepalaku terasa berat. Dengan malas ku edarkan pandangan mataku, karena aku merasa asing dengan tempat ini.
Baru ku sadari jika saat ini aku sedang berada di rumah sakit. Ku putar lagi ingatanku, apa yang telah terjadi sebelumnya. Aku tak bisa mengingat apa-apa setelah pandanganku gelap. Apakah aku pingsan?
Kulihat mas Alzam duduk di sampingku yang dengan tatapan mendalam.
"Mas Alzam," lirihku.
Mas Alzam tak bergeming. Dia membisu tanpa kata, meskipun sudah melihatku sadar. Tiba-tiba saja aku menjadi takut dengan tatapan mas Alzam, apakah aku sudah melewatkan sesuatu atau telah membuat kesalahan?
Saat aku ingin bangkit, tubuhku di tahan olehnya. "Jangan banyak bergerak," ujarnya datar.
"Mengapa kamu menyembunyikannya dariku? Sebenci itukah kamu kepadaku?" cecar Mas Alzam membuatku bingung.
"Maksud mas Alzam apa?"
Mata mas Alzam menatapku tanpa ekspresi. Kali ini tatapannya sangat dingin membuat jantungku mendadak berdebar kuat.
Hening untuk sejenak dan pada akhirnya mas Alzam tersenyum tipis dengan membuang napas beratnya.
"Kamu sengaja menyembunyikan kehamilanmu padaku, 'kan?"
Aku terpana dengan ucapan mas Alzam. Jantungku hampir lepas mendengar kata hamil. Dengan mulut ternganga aku menggeleng kepala.
"Kamu ngomong apa, Mas? Aku hamil?" Aku masih tak percaya jika ucapan mas Alzam itu benar.
Dadaku terasa sesak. Ku pijat pelipis yang kian berdenyut. Saat aku ingin melepaskan diri dan pergi bebas, mengapa Allah menitipkan karunia-Nya padaku? Disaat aku ingin menyerah, aku dipaksa untuk bertahan.
"Iya. Kata dokter kandunganmu sudah menginjak usia sekitar 2 minggu," jelas mas Alzam yang semakin membuat tubuhku bergemetar.
"Aku tidak tahu jika aku hamil. Tapi kamu tenang saja, Mas. Aku tidak akan memintamu untuk bertanggung jawab atas janin ini. Jadi kamu tidak usah merasa terbebani akan kehamilanku," tegas ku dengan segala kekuatan yang ku miliki.
"Meskipun aku pria brengsek yang pernah kamu temui, aku tidak akan pernah membiarkan calon penerusku hidup terlunta-lunta, apalagi sampai dikasihani oleh orang lain. Kamu tidak aku izinkan pergi lagi."
Ingin ku berteriak keras di telinganya mas Alzam, jika aku sudah lelah dengan permainan konyol ini. Aku tidak akan mampu untuk bertahan jika batinku terus tersiksa dalam hubungan yang tidak jelas.
"Bukankah mbak Aira sedang melakukan program kehamilan. Kamu bisa mendapatkan penerusmu melalui dia. Aku sudah mengikhlaskan takdir ini, Mas. Aku lelah dengan hubungan kita yang tidak jelas. Kamu tidak mencintaiku. Kamu hanya membutuhkanku untuk melampiaskan hasratmu. Sekarang kamu sudah mempunyai mbak Aira. Kamu seharusnya bisa melepaskan ku untuk pergi. Tolong jangan kamu kurung aku dalam pernikahan semu ini," kataku dengan mengiba, berharap mas Alzam mau melepaskan ku.
Keheningan kami harus terpecah manakala suara ponsel mas Alzam berdering. Mas Alzam segera mengangkat panggilan teleponnya. Sudah bisa ku tebak jika yang meneleponnya adalah mbak Aira.
"Sayang, maaf aku lupa memberitahu kepadamu jika hari ini aku sedang melakukan perjalanan di luar kota."
Aku tersenyum kecut mendengar alasan mas Alzam. Ternyata lidahnya juga pandai berkilah. Lalu apakah aku juga harus percaya padanya. Bisa saja apa yang dia katakan kepadaku adalah bualan yang saja.
"Kamu istirahat saja. Kalau ada apa-apa segera hubungi aku." Mas Alzam pun segera menutup teleponnya.
"Kenapa Mas Alzam harus membohongi Mbak Aira?" tanyaku cepat.
"Tak perlu kujelaskan padamu, Kamu sudah tahu apa alasanku. Aku berada di sini karena kamu dan juga calon anak kita."
Lagi-lagi Aku hanya bisa tersenyum getir. Ingin sekali aku tertawa saat mendengar kata anak kita. Aku saja tidak diakui sebagai seorang istri, lalu dengan mudah mas Alzam mengakui ini adalah anak kita? Aku rasa mas Alzam memang memiliki kekurangan 1 ons di dalam otaknya, sehingga dia tidak bisa tegas dalam mengambil sebuah keputusan.
Karena kondisiku sudah membaik, aku sudah bisa dibawa pulang. Saat kulihat ponselku, ternyata sudah pukul 10 malam. Aku mendengus kasar.
"Aku akan mengantarmu pulang," kata Mas Alzam yang masih menatapku tanpa ekspresi.
"Tidak perlu, Mas. Aku bisa sendiri," tolakku.
"Kamu mau jalan sendiri atau aku bopong?"
Mataku langsung membulat. Mas Alzam memanglah orang pemaksa. Semua keinginan tak boleh sedikitpun terbantahkan. Aku mendengus kesal pada pria yang ada di depanku.
"Aku bisa jalan sendiri," ketusku.
Aku terpaksa harus pasrah saat mas Alzam memaksakan diri untuk mengantarku pulang. Sebenarnya aku merasa bersyukur, karena aku sendiri juga takut jika harus pulang sendiri menggunakan taksi online. Terlebih dalam keadaan malam seperti ini.
Sepanjang perjalanan tak ada kata-kata pun yang keluar mulut kami berdua. Mas Alzam fokus dengan setir kemudinya, sementara aku hanya menyandarkan kepalaku pada sandaran mobil. Namun, aku merasa aneh dengan jalan yang sedang dilewati saat ini. Bagiku ini adalah jalan yang asing dan bukan jalan menuju ke kontrakanku.
"Mas, kamu mau bawa aku ke mana?" tanyaku heran. Padahal tadi sebelum naik ke mobil, mas Alzam sudah ku berikan alamat kontrakanku.
"Pulang," jawabnya singkat.
"Tapi ini bukan jalan ke kontrakanku, Mas."
"Sudahlah kamu beristirahat saja. Nanti aku akan membangunkannya jika sudah sampai."
Aku melotot mendengar jawaban dari mas Alzam. "Jangan bilang kamu mau menyulik dan mengungsikanku, Mas? Turunkan aku Aku tidak mau!"
Tak ada tanggapan dari mas Alzam, membuatku semakin yakin jika saat ini Mas Alzam sedang merencanakan sesuatu untuk menahanku.
Jika aku tahu akan berakhir seperti ini, aku tidak akan pernah mau untuk bertemu lagi dengannya. Kesempatan dan kepercayaan yang aku berikan, ternyata hanya untuk mengambil celah agar aku menyerahkan diri.
.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Surati
ya ampun naduk perangkap lagi Ara,. .......nasib.... nasib...
2023-02-04
1
ipit
masih mendingan 1 ons zahra.dari pada 1kg.mungkin azam nya gak konek lagi... 😌🤣
2022-10-22
1
Nani kusmiati
di saat Zahra pengen lepas dari Alzam eh malah Alzam Junior hadir di antara mereka, lanjut author 👍🏻👍🏻👍🏻
2022-09-25
0