10 | Keputusan Mas Alzam

Malam ini setelah mandi, mas Alzam mengajakku untuk berbicara sebentar. Aku tidak tahu apa yang akan dibicarakan oleh Mas Alzam dengan tatapan dinginnya.

"Aku harap kamu bisa menerima keputusanku ini," katanya dengan membuang beratnya. Ku tatap wajah tegas dan sorot mata tajamnya.

"Apa itu?" tanyaku penasaran.

Mas Alzam menarik dalam napasnya sebelum mengeluarkan kata-katanya.

"Mulai besok Aira akan tinggal disini," ucapannya.

Aku masih mendongak tak percaya dengan ucapan yang keluar dari bibir mas Alzam. Bagaimana mungkin mbak Aira akan tinggal satu atap dengan kami. Lalu apakah aku yang harus mengalah untuk keluar dari rumah ini? Jika seperti ini mengapa mas Alzam tak melepaskan ku saja. Ku gelengan kepalaku pelan dan bertanya, "Maksud kamu apa, Mas?"

"Saat ini Aira juga istriku, Ra. Tolong kamu mengerti! Aku tidak akan tega untuk membiarkannya tinggal sendirian disana. Aku akan terlihat egois jika sampai itu terjadi. Apa yang akan aku katakan kepada orang tuanya jika mengetahui anak semata wayangnya aku abaikan?"

Dadaku terasa sangat nyeri bahkan mataku pun sudah berkaca-kaca. Apakah ini adil untukku? Tentu tidak. Apakah mas Alzam memikirkan perasaanku? Tidak sama sekali!

"Kamu tenang saja, aku tidak akan mengusir mu. Kamu tidak akan pergi dari rumah ini. Kebetulan di kamar sebelah kosong. Mulai besok kamu bisa menempatinya."

Aku tak bisa berkata-kata lagi. Tubuhku seketika menjadi lemas tak berdaya dengan dada yang semakin sesak. Sungguh aku tidak tahu pola pikir mas Alzam bagaimana. Bagiku ini tidak adil!

Hening untuk beberapa saat karena aku harus menghirup oksigen yang dalam-dalam. Setelah merasa cukup, ku beranikan untuk menatap pria yang status sebagai suamiku.

"Mas, aku tahu kamu tak memiliki rasa sedikitpun kepadaku, tapi bukan seperti ini caramu memperlakukanku! Aku punya perasaan, tapi aku tak memintamu untuk mengasihinya. Namun, setidaknya kamu juga harus berpikir apakah ini benar-benar adil untukku? Aku tahu pernikahan ini hanya pernikahan semu untuk kita, tapi ku mohon jika kamu tidak menginginkanku, tolong lepaskan aku!" Aku mengiba dengan kesungguhan hatiku, karena pasti aku tidak akan pernah sanggup untuk melihat suamiku tidur satu ranjang dengan maduku di depan mataku.

"Jika kamu masih bersikeras tak ingin melepaskan ku, aku yang akan memberontak! Bagiku pernikahan kita adalah pernikahan yang sah di mata Agama dan Negara, bahkan di mata sang pencipta pencipta sekaligus. Meskipun aku tidak mencintaimu, tapi aku mencoba menerima kenyataan dan mencoba untuk mencintaimu, Mas. Aku bisa menerimamu menikahi mbak Aira, tapi aku tidak akan terima jika aku harus tinggal satu atap dengannya. Aku tidak akan sanggup, Mas. Maaf jika ucapan ku terlalu lancang. Aku sadar siapa aku di matamu," ucapku panjang lebar. Baru kali ini aku bisa mengeluarkan segala unek-unek dalam hatiku dengan tubuh yang masih bergemetar.

Mas Alzam menatapku tak bergeming. Aku sudah siap jika dia akan mencaci diriku atas ucapan ku yang panjang lebar.

"Aku tidak perduli dan aku tetap tak akan melepaskan mu sampai usia pernikahan kita beranjak satu tahun."

Aku semakin geram dengan ucapan mas Alzam. "Kamu keterlaluan, Mas!" Tanpa aku sadari aku telah membentaknya. Hatiku benar-benar sakit.

"Aku tidak peduli!" balasnya dengan dingin.

Aku yang merasa kesal dengan perlakuan mas Alzam langsung berdiri. Tanganku segera menyambar sebuah bantal dan selimut. Untuk apa menunggu hari esok jika detik ini saja bisa kulakukan untuk tidur di kamar sebelah. Namun, dengan cepat mas Alzam segera mengunci pintu dan menyimpan di saku celana.

"Mas Alzam," kataku dengan rasa geram.

"Aku tidak mengizinkanmu untuk beranjak dari sini, karena kamu harus melayaniku!"

Tak ku sangka ternyata mas Alzam tak seperti yang aku bayangkan. Dia mempunyai dua kepribadian yang sulit untuk ditebak dan nanti mengerti.

Dibawah temaram lampu kamar, mas Alzam kembali menjamahku lagi. Aku tak berdaya, hanya air mata yabg bisa mewakili perasaanku saat ini.

***

Sebelum sang fajar menampakkan diri, aku telah bangun untuk menjalankan kewajibanku sebagai seorang muslim. Saat ini satu-satunya tempatku mengadu hanyalah kepada sang pencipta. Dimana aku bisa leluasa mengeluarkan keluh kesahku. Tak pernah hentinya ku panjatkan doa untuk nasib pernikahanku. Pernikahan tanpa cinta yang semakin lama semakin membuatku menderita.

Pagi ini mataku terlihat sembab akibat tangisan tak berarti malam tadi. Setelah mas Alzam mendapatkan kepuasannya, aku tak langsung memejamkan mata. Sakit dalam dada masih terasa nyeri, air mataku pun tak hentinya membasahi pipi.

"Non Ara sakit?" tanya mbok Inah saat melihatku di dapur.

"Aku gak sakit, Mbok. Memangnya kenapa?" tanyaku heran.

"Mbok lihat wajah non Ara pucat," kata mbok Inah yang begitu jeli dengan penglihatannya.

"Mungkin aku hanya kelelahan, Mbok. Tadi malam aku mencari resep untuk percobaan kue baru. Aku ingin menciptakan sesuatu yang berbeda," kilahku dengan mahir. Selama tinggal di rumah ini lidahku sudah terbiasa untuk berbohong, jadi tidaklah sulit bagiku untuk mencari alasan demi alasan karena sudah terbiasa.

"Oh, Mbok kirain sakit."

Setelah berkutat di dapur bersama dengan mbok Inah, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Aku yakin sebentar lagi mas Alzam pasti akan keluar dari kamarnya.

"Mbok!" panggil mas Alzam pada mbok Inah. "Tolong nanti bersihkan kamar di sebelahku!"

"Apakah akan ada tamu, Den?" tanya mbok Inah.

"Tidak ada. Kamar itu akan digunakan Zahra. Aku sudah berpikir dengan matang bahwa mulai hari ini Aira akan tinggal disini."

Mbok Inah yang mendengarkan penuturan mas Alzam hanya bisa ternganga dengan keterkejutannya. Namun, tidak denganku yang biasa saja.

"Apa? Neng Aira akan tinggal disini?"

"Sekarang Aira adalah istriku juga. Tidak mungkin aku membiarkan dia tinggal sendirian di rumahnya. Apa kata orang tuanya nanti, Mbok." Mas Alzam memberikan penjelasan.

"Jadi neng Aira juga sudah mengetahui siapa non Ara sebenarnya?"

Mas Alzam menggelengkan kepalanya. "Dia tidak akan pernah tahu kebenaran ini jika tidak ada yang memberitahunya," ucap mas Alzam sambil melirik kearah ku.

"Tenang saja, aku tidak akan pernah menceritakan dengan istrimu." Sengaja ku tekan kata istri agar mas Alzam puas.

"Baguslah. Sekarang aku akan menjemput Aira. Ku harap mbok Inah bisa menyelesaikan tepat waktu. Aku akan juga akan mengulur waktunya, jadi mbok Inah bisa memanfaatkan waktu itu dengan baik."

Aku dan Mbok Inah saling berpandangan saat mas Alzam telah berlalu. Sampai detik ini mbok Inah masih ternganga dengan keputusan mas Alzam yang sangat konyol.

"Non," lirihnya.

"Aku gak papa, Mbok," dusta ku yang berusaha menahan air mata agar tak meleleh.

"Ya Allah, Non. Mbok tak sanggup jika harus melihat non Ara seperti ini. Non Ara adalah istri sah tapi harus diperlakukan seperti pembantu. Mbok gak terima itu!"

"Percuma saja Mbok menentang keputusan mas Alzam, itu semua tidak akan mengubah pendiriannya."

.

.

Air mata akan berbicara ketika mulut tak sanggup lagi untuk menjelaskan akan rasa sakit hati ini.

Terpopuler

Comments

Marlyne Lia Lyne

Marlyne Lia Lyne

pergi sj diamdiam.. kan gk di anggap istri untuk. apa bertahan zahra.. jgn jd orng bodoh bersabar untuk hal yg gk jelas

2023-05-06

2

Surati

Surati

sungguh teganya kau Alzam😠💪

2023-02-04

0

Nur Ain

Nur Ain

ha 0arah 1 rumah

2022-12-16

0

lihat semua
Episodes
1 01 | Istri Yang Tak Dianggap
2 02 | Dinginnya Suamiku
3 03 | Apakah Aku Kuat?
4 04 | Ingin Menikahi Aira
5 05 | Ibu Pindah
6 06 | Kepulangan Mas Alzam
7 07 | Kedatangan Aira
8 08 | Tawaran Aira
9 09 | Mas Alzam Pulang
10 10 | Keputusan Mas Alzam
11 11 | Aku Yang Menyerah
12 12 | Bertemu dengan Arkanna
13 13 | Pergi Bersama Kanna
14 14 | Bertemu Dengan Mas Alzam
15 15 | Permintaan Mas Alzam
16 16 | Aku Hamil
17 17 | Rumah Baru
18 18 | Simpanan Suamiku
19 19 | Memanfaatkan Zahra
20 20 | Kedatangan Pak RT
21 21 | Sebuah Alasan
22 22 | Terbongkar
23 23 | Menunggu Mas Alzam
24 24 | Pengakuan Mas Alzam
25 25 | Keputusanku
26 26 | Rencanaku
27 27 | Kepergianku
28 28 | Keadaan Aira
29 29 | Apakah Aku Egois?
30 30 | Dikerjai Deena
31 31 | Akhirnya Kembali
32 32 | Tidur Bersama
33 33 | Meminta Jatah
34 34 | Bertemu Alzam
35 35 | Sesal
36 36 | Bisikan Kanna
37 37 | Zahra Yang Penasaran
38 38 | Pertemuan Tak Sengaja
39 39 | Dia Bukan Hantu!
40 40 | Adik Untuk Deena
41 41 | Salah Masuk
42 42 | Rencana Alzam
43 43 | Kekhawatiran Zahra
44 44 | Sebuah Kecelakaan
45 45 | Pria Asing
46 46 | Kedatangan Alzam
47 47 | Dia Lagi
48 48 | Merebut Deena
49 49 | Belum Juga menemukan Deena
50 50 | Telat
51 51 | Titik Terang
52 52 | Prasangka
53 53 | Kembalikan Deena!
54 54 | Saran Dokter
55 55 | Dibawa Ke Gudang
56 56 | Berita Buruk
57 57 | Kejamnya Takdir
58 58 | Liburan
59 59 | Kejutan
60 60 | Pilihan Berat
61 61 | Jangan Sentuh Aku!
62 62 | Alzam Yang Pamaksa
63 63 | Apakah Ini Kenyataan?
64 64 | Calon Istri
65 65 | Rencana Selanjutnya
66 66 | Menghajar Alzam
67 67 | Membawa Ke Neraka
68 68 | Menagih Janji
69 69 | Menara Eiffel
70 70 | Menyadari
71 71 | Mandi Lagi
72 72 | Sebuah Firasat
73 73 | Kritis
74 74 | Pulang ke Indonesia
75 75 | Berita Duka
76 76 | Gila Harta
77 77 | Mempercayai Deena.
78 78 | Deena Diculik
79 79 | Kemarahan Kanna
80 80 | Luka Sayatan
81 81 | Menghilang
82 82 | USG
83 83 | Kejutan
84 84 | Penjelasan Dokter
85 85 | Hadiah Alzam
86 86 | Kembalinya Alzam
87 87 | Kritis
88 88 | Penjelasan Alzam
89 89 | Hancur
90 90 | Mimpi Buruk
91 91 | Hari Yang Baru
92 92 | Prasangka
93 93 | Salah Paham
94 Promo Novel Baru
95 94 | Luluh
96 95 | Merindukan Deena
97 96 | Deena Pulang
98 Promo Novel : Belenggu Masa Lalu
99 97 | Bertemu Dengan Melani
100 98 | Mogok
101 99 | Pertemuan
102 100 | Masuk Rumah Sakit
103 101 | Patah Hati
104 102 | Permintaan Deena
105 103 | Sebuah Penjelasan
106 104 | Gagal Lagi
107 105 | Deena Yang Berubah
108 106 | Memberi Pengertian
109 107 | Fitnah
110 108 | Terpaksa Menikah
111 109 | Terluka
112 110 | Sedikit Usaha
113 111 | Kedatangan Deena
114 112 | Perubahan Alzam
115 113 | Sebuah Kesepakatan
116 114 | Memberikan Pengertian
117 115 | Hilang
118 116 | Mencari Deena
119 117 | Membawa Pulang
120 Promo : Hasrat Tuan Majikan
121 118 | Sedikit Rasa
122 119 | Diakui
123 120 | DiHempaskan
124 121 | Bertepuk Sebelah Tangan
125 122 | Melepaskan Alzam
126 123 | Bimbang
127 124 | Bertemu Dengan Om Arya
128 125 | Menyerah
129 126 | Sisa Rasa
130 127 | Apakah Hanya Halusinasi?
131 128 | Sebuah Ungkapan
132 129 | Melani Hilang
133 130 | Malam Bersejarah
134 131 | Akhirnya ....
135 132 | Sebuah Kekhawatiran
136 133 | Kenyataan
137 134 | Menginginkan Anak
138 135 | Kritis Lagi
139 136 | Menggoda Suami
140 137 | Keajaiban
141 138 | Sebuah Kejutan
142 139 | Menjenguk Alzam
143 140 | Hamil?
144 141 | Penolakan Naura
145 142 | Positif
146 143 | Rujak
147 144 | Kedatangan Arya
148 155 | Penyesalan Arya
149 Pengumuman
150 156 | Kepulangan Alzam
151 157 | Akhir Cerita
152 Promo Novel Baru
153 Promo Novel HIDDEN BABY 2
154 Wanita Milik CEO Arogan
Episodes

Updated 154 Episodes

1
01 | Istri Yang Tak Dianggap
2
02 | Dinginnya Suamiku
3
03 | Apakah Aku Kuat?
4
04 | Ingin Menikahi Aira
5
05 | Ibu Pindah
6
06 | Kepulangan Mas Alzam
7
07 | Kedatangan Aira
8
08 | Tawaran Aira
9
09 | Mas Alzam Pulang
10
10 | Keputusan Mas Alzam
11
11 | Aku Yang Menyerah
12
12 | Bertemu dengan Arkanna
13
13 | Pergi Bersama Kanna
14
14 | Bertemu Dengan Mas Alzam
15
15 | Permintaan Mas Alzam
16
16 | Aku Hamil
17
17 | Rumah Baru
18
18 | Simpanan Suamiku
19
19 | Memanfaatkan Zahra
20
20 | Kedatangan Pak RT
21
21 | Sebuah Alasan
22
22 | Terbongkar
23
23 | Menunggu Mas Alzam
24
24 | Pengakuan Mas Alzam
25
25 | Keputusanku
26
26 | Rencanaku
27
27 | Kepergianku
28
28 | Keadaan Aira
29
29 | Apakah Aku Egois?
30
30 | Dikerjai Deena
31
31 | Akhirnya Kembali
32
32 | Tidur Bersama
33
33 | Meminta Jatah
34
34 | Bertemu Alzam
35
35 | Sesal
36
36 | Bisikan Kanna
37
37 | Zahra Yang Penasaran
38
38 | Pertemuan Tak Sengaja
39
39 | Dia Bukan Hantu!
40
40 | Adik Untuk Deena
41
41 | Salah Masuk
42
42 | Rencana Alzam
43
43 | Kekhawatiran Zahra
44
44 | Sebuah Kecelakaan
45
45 | Pria Asing
46
46 | Kedatangan Alzam
47
47 | Dia Lagi
48
48 | Merebut Deena
49
49 | Belum Juga menemukan Deena
50
50 | Telat
51
51 | Titik Terang
52
52 | Prasangka
53
53 | Kembalikan Deena!
54
54 | Saran Dokter
55
55 | Dibawa Ke Gudang
56
56 | Berita Buruk
57
57 | Kejamnya Takdir
58
58 | Liburan
59
59 | Kejutan
60
60 | Pilihan Berat
61
61 | Jangan Sentuh Aku!
62
62 | Alzam Yang Pamaksa
63
63 | Apakah Ini Kenyataan?
64
64 | Calon Istri
65
65 | Rencana Selanjutnya
66
66 | Menghajar Alzam
67
67 | Membawa Ke Neraka
68
68 | Menagih Janji
69
69 | Menara Eiffel
70
70 | Menyadari
71
71 | Mandi Lagi
72
72 | Sebuah Firasat
73
73 | Kritis
74
74 | Pulang ke Indonesia
75
75 | Berita Duka
76
76 | Gila Harta
77
77 | Mempercayai Deena.
78
78 | Deena Diculik
79
79 | Kemarahan Kanna
80
80 | Luka Sayatan
81
81 | Menghilang
82
82 | USG
83
83 | Kejutan
84
84 | Penjelasan Dokter
85
85 | Hadiah Alzam
86
86 | Kembalinya Alzam
87
87 | Kritis
88
88 | Penjelasan Alzam
89
89 | Hancur
90
90 | Mimpi Buruk
91
91 | Hari Yang Baru
92
92 | Prasangka
93
93 | Salah Paham
94
Promo Novel Baru
95
94 | Luluh
96
95 | Merindukan Deena
97
96 | Deena Pulang
98
Promo Novel : Belenggu Masa Lalu
99
97 | Bertemu Dengan Melani
100
98 | Mogok
101
99 | Pertemuan
102
100 | Masuk Rumah Sakit
103
101 | Patah Hati
104
102 | Permintaan Deena
105
103 | Sebuah Penjelasan
106
104 | Gagal Lagi
107
105 | Deena Yang Berubah
108
106 | Memberi Pengertian
109
107 | Fitnah
110
108 | Terpaksa Menikah
111
109 | Terluka
112
110 | Sedikit Usaha
113
111 | Kedatangan Deena
114
112 | Perubahan Alzam
115
113 | Sebuah Kesepakatan
116
114 | Memberikan Pengertian
117
115 | Hilang
118
116 | Mencari Deena
119
117 | Membawa Pulang
120
Promo : Hasrat Tuan Majikan
121
118 | Sedikit Rasa
122
119 | Diakui
123
120 | DiHempaskan
124
121 | Bertepuk Sebelah Tangan
125
122 | Melepaskan Alzam
126
123 | Bimbang
127
124 | Bertemu Dengan Om Arya
128
125 | Menyerah
129
126 | Sisa Rasa
130
127 | Apakah Hanya Halusinasi?
131
128 | Sebuah Ungkapan
132
129 | Melani Hilang
133
130 | Malam Bersejarah
134
131 | Akhirnya ....
135
132 | Sebuah Kekhawatiran
136
133 | Kenyataan
137
134 | Menginginkan Anak
138
135 | Kritis Lagi
139
136 | Menggoda Suami
140
137 | Keajaiban
141
138 | Sebuah Kejutan
142
139 | Menjenguk Alzam
143
140 | Hamil?
144
141 | Penolakan Naura
145
142 | Positif
146
143 | Rujak
147
144 | Kedatangan Arya
148
155 | Penyesalan Arya
149
Pengumuman
150
156 | Kepulangan Alzam
151
157 | Akhir Cerita
152
Promo Novel Baru
153
Promo Novel HIDDEN BABY 2
154
Wanita Milik CEO Arogan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!