07 | Kedatangan Aira

Ku pandangi wajahku di kaca rias sebelum mengoleskan skine care yang baru saja ku beli mengunakan uangku sendiri. Semenjak mas Alzam pulang, tak ada kata yang terucap dari bibir ku maupun bibir mas Alzam. Kami sama-sama saling menjaga jarak.

"Ra, di dalam sini ada cukup uang untuk keperluan mu, jadi berhentilah kamu untuk berjualan online," kata mas Alzam yang mengedarkan sebuah kartu ATM kepadaku.

Aku hanya bisa tersenyum tipis. "Terimakasih, Mas. Tanpa kamu berikan uang kepadaku, aku masih bisa mencarinya sendiri."

"Aku ini suamimu, Ra!" Mas Alzam mengeluarkan nada tinggi.

"Kamu memang suamiku, Mas! Tapi itu hanya sebuah status saja. Karena nyatanya tidak ada cinta diantara kita dan kamu juga telah menikah dengan orang yang kamu cintai. Lalu untuk apa kamu pedulikan aku? Apa hanya karena perjanjian mu dengan ibuku sehingga kamu tidak bisa melepaskan ku? Baiklah jika kamu tidak bisa untuk melepaskan ku, maka aku akan melepaskan mu. Aku akan berusaha untuk mencari dana untuk membayar jumlah uang yang telah dipinjam oleh ibuku agar kamu bisa melepaskan ku," ucapku panjang lebar.

Masih bisa ku lihat dengan jelas wajah mas Alzam yang masih tertunduk dari kaca rias.

"Selamat atas pernikahan kalian," ucapku yang kemudian beranjak ke tempat tidur. Kucoba untuk tak mengeluarkan air mata didepan mas Alzam. Aku tidak ingin terlihat lemah dihadapannya.

"Ra, aku minta maaf jika aku telah membawamu masuk kedalam masalah ini. Bencilah aku semau mu karena aku saat ini aku belum bisa untuk melepaskan mu."

Aku tersenyum getir. Sampai saat ini aku tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran mas Alzam. Apakah dia adalah pria serahkan yang ingin memiliki dua istri yang bisa dinikmati kapan saja? Aku menggeleng pelan.

"Kamu kenapa, Ra? Oke, aku kesana sekarang juga."

Kupikir mas Alzam sedang berbicara denganku, ternyata dia berbicara dengan Aira dari balik telepon.

"Tidurlah! Malam ini aku akan tidur di rumah Aira."

Baru saja pulang, kini harus pergi lagi. Cinta mas Alzam memang hanya untuk Aira seorang.

Ya Allah, sesakit inikah hatiku saat mas Alzam lebih mengutamakan keadaan ketimbang perasaanku? Segera ku seka air mata yang sudah membasahi pipiku, karena aku sudah berjanji akan menjadi wanita kuat.

Mentari pagi begitu cepat menyapa. Aku yang baru beberapa jam tertidur, kini sudah harus bangun. Setelah melaksanakan sholat subuh, aku segera menuju dapur lagi untuk mempersiapkan pekerjaan baruku. Mbok Inah yang baru saja keluar dari kamar menatapku

dengan heran.

"Lho ... masih lagi kok udah disini," kata dengan gelengan kepala.

"Ah iya, Mbok. Alhamdulillah orderan kue hari ini," jawabku dengan antusias.

"Alhamdulillah Non. Mbok bahagia mendengarnya. Tapi mbok belum bisa bantuin non Ara karena harus mempersiapkan sarapannya den Al."

Ku tatap mbok Inah dengan senyum tipis dibibirku. "Mas Alzam gak bakalan sarapan disini mbok, karena dia tidur di rumah mbak Aira," jawabku singkat.

"Astaghfirullahaladzim." Mbok Inah menutup mulutnya. "Jadi den Al pergi ke rumah neng Aira?" Mbok Inah sangat terkejut dengan ucapanku.

"Non Ara harus kuat dan sabar ya. Mbok yakin akan ada hikmah dibalik semua ini. Sakit memang Non rasanya diduakan, apalagi sampai di madu. Karena yang manis itu hanya madu lebah," ujar mbok Inah yang masih bisa menyelipkan candaannya.

"Aku pasti kuat selagi ada mbok Inah disampingku. Karena mbok Inah adalah ibu pengganti untukku."

Cukup lama kami berkutat di dapur dan tak menyadari jika mas Alzam dan juga mbak Aira sudah berada di belakang kami. Aira segera mendekat dengan wajah yang berbinar, sementara mas Alzam segera pergi ke kamar.

"Wah ... ternyata kamu pintar buat kue ya, Ra."

"Eh mbak Aira," kataku yang berpura-pura baru menyadarinya.

"Maaf kedatanganku terlalu pagi. Mas Al yang mengajakku kesini."

"Oh iya, mbak Aira udah sarapan belum? Kalau belum aku buatkan ya," tawar ku pada perempuan yang saat ini telah menjadi maduku tanpa sepengetahuan darinya.

"Boleh deh. Kebetulan aku juga belum sarapan. Em ... aku nyusul mas Al dulu ya."

Aku hanya bisa mengangguk pelan. Setelah menyingkirkan adonan kue, aku segera meracik sayuran yang akan aku masak untuk maduku. Mbok Inah yang berada disampingku mengambil alih paksa kegiatanku.

"Biar mbok yang memasak. Non Ara lanjutkan lagi buat adonannya, mbok tidak mahir," ucap mbok Inah. Meskipun ditutupi, tapi aku tahu jika mbok Inah sedang tidak tega melihatku.

"Aku hanya ingin memasak untuk ... "

"Sudah, biar mbok saja!" potong mbok Inah dengan cepat.

"Makasih, mbok." Hanya kata itu yang bisa kuberikan pada mbok Inah atas kebaikannya.

Hampir lima belas menit sarapan telah tersaji diatas meja. Aku melihat mas Alzam dan Aira juga menuruni anak tangga dengan sangat mesra, bak dunia hanya milik berdua.

Saat melihat aku yang sedang menata sarapan, tangan mas Alzam dengan pelan melepaskan tangan Aira dan berpura-pura untuk membenarkan dasinya.

"Wah ... wangi sekali," ujar saat hidungnya menangkap aroma masakan yang baru saja ku sajikan.

"Ternyata kamu juga pandai masak ya, Ra. Jadi iri aku padamu," kata Aira yang sudah tak sabar untuk mencicipi masakan Zahra. "Pantas saja setelah kamu bekerja disini, mas Alzam membawa bekal untuk ke kantor. Ternyata di rumahnya ada seorang chef," puji Aira dengan wajah yang berbunga-bunga.

"Mas, kalau Zahra pintar masak aku tak perlu khawatir dengan kandungan gizi yang harus aku konsumsi setiap harinya. Aku akan tinggal disini agar Aira bisa membuat masakan yang sehat dan bergizi. Bukankah kita juga sedang melakukan program kehamilanku," celoteh Aira panjang lebar yang membuat dadaku semakin sesak.

Mas Alzam yang mendengarkan celotehan istri mudanya langsung tersedak ludahnya sendiri.

"Minum, Mas." Siapa yang menyangka jika tanganku dan tangan mbak Aira sama-sama menyodorkan gelas kearah mas Alzam.

Sadar akan sikapku yang bisa dikatakan lancar, aku segera menarik kembali gelas yang berada di tanganku. "Maaf, aku tinggal kebelakang dulu, ya."

Telingaku masih bisa mendengar ucapan kekhawatiran dari mbak Aira. "Kamu ini gimana si, Mas!"

Tidak butuh waktu lama, sepasang pengantin baru itu sudah menghabiskan sarapannya. Hatiku kembali tersayat saat melihat mas Alzam memperlakukan mbak Aira dengan penuh cinta. Bahkan aku bisa melihat jika mas Alzam memberikan sebuah ke.cu.pan di kening mbak Aira.

"Hati-hati Mas," ucap Aira dengan lambaian tangan pada mobil mas Alzam yang sudah mulai meninggalkan pekarangan rumah.

.

.

.

.

.

.

.

...~BERSAMBUNG~...

Terpopuler

Comments

Surati

Surati

semangat dalm mengais rejeki Ara supaya secepatnya kau bisa meninggalkan Al

2023-02-04

0

Santi Liana

Santi Liana

ga sbr rasany pengen CPT Aira ninggalin azlam

2022-11-04

1

ipit

ipit

nyesek abiiis😭

2022-10-21

1

lihat semua
Episodes
1 01 | Istri Yang Tak Dianggap
2 02 | Dinginnya Suamiku
3 03 | Apakah Aku Kuat?
4 04 | Ingin Menikahi Aira
5 05 | Ibu Pindah
6 06 | Kepulangan Mas Alzam
7 07 | Kedatangan Aira
8 08 | Tawaran Aira
9 09 | Mas Alzam Pulang
10 10 | Keputusan Mas Alzam
11 11 | Aku Yang Menyerah
12 12 | Bertemu dengan Arkanna
13 13 | Pergi Bersama Kanna
14 14 | Bertemu Dengan Mas Alzam
15 15 | Permintaan Mas Alzam
16 16 | Aku Hamil
17 17 | Rumah Baru
18 18 | Simpanan Suamiku
19 19 | Memanfaatkan Zahra
20 20 | Kedatangan Pak RT
21 21 | Sebuah Alasan
22 22 | Terbongkar
23 23 | Menunggu Mas Alzam
24 24 | Pengakuan Mas Alzam
25 25 | Keputusanku
26 26 | Rencanaku
27 27 | Kepergianku
28 28 | Keadaan Aira
29 29 | Apakah Aku Egois?
30 30 | Dikerjai Deena
31 31 | Akhirnya Kembali
32 32 | Tidur Bersama
33 33 | Meminta Jatah
34 34 | Bertemu Alzam
35 35 | Sesal
36 36 | Bisikan Kanna
37 37 | Zahra Yang Penasaran
38 38 | Pertemuan Tak Sengaja
39 39 | Dia Bukan Hantu!
40 40 | Adik Untuk Deena
41 41 | Salah Masuk
42 42 | Rencana Alzam
43 43 | Kekhawatiran Zahra
44 44 | Sebuah Kecelakaan
45 45 | Pria Asing
46 46 | Kedatangan Alzam
47 47 | Dia Lagi
48 48 | Merebut Deena
49 49 | Belum Juga menemukan Deena
50 50 | Telat
51 51 | Titik Terang
52 52 | Prasangka
53 53 | Kembalikan Deena!
54 54 | Saran Dokter
55 55 | Dibawa Ke Gudang
56 56 | Berita Buruk
57 57 | Kejamnya Takdir
58 58 | Liburan
59 59 | Kejutan
60 60 | Pilihan Berat
61 61 | Jangan Sentuh Aku!
62 62 | Alzam Yang Pamaksa
63 63 | Apakah Ini Kenyataan?
64 64 | Calon Istri
65 65 | Rencana Selanjutnya
66 66 | Menghajar Alzam
67 67 | Membawa Ke Neraka
68 68 | Menagih Janji
69 69 | Menara Eiffel
70 70 | Menyadari
71 71 | Mandi Lagi
72 72 | Sebuah Firasat
73 73 | Kritis
74 74 | Pulang ke Indonesia
75 75 | Berita Duka
76 76 | Gila Harta
77 77 | Mempercayai Deena.
78 78 | Deena Diculik
79 79 | Kemarahan Kanna
80 80 | Luka Sayatan
81 81 | Menghilang
82 82 | USG
83 83 | Kejutan
84 84 | Penjelasan Dokter
85 85 | Hadiah Alzam
86 86 | Kembalinya Alzam
87 87 | Kritis
88 88 | Penjelasan Alzam
89 89 | Hancur
90 90 | Mimpi Buruk
91 91 | Hari Yang Baru
92 92 | Prasangka
93 93 | Salah Paham
94 Promo Novel Baru
95 94 | Luluh
96 95 | Merindukan Deena
97 96 | Deena Pulang
98 Promo Novel : Belenggu Masa Lalu
99 97 | Bertemu Dengan Melani
100 98 | Mogok
101 99 | Pertemuan
102 100 | Masuk Rumah Sakit
103 101 | Patah Hati
104 102 | Permintaan Deena
105 103 | Sebuah Penjelasan
106 104 | Gagal Lagi
107 105 | Deena Yang Berubah
108 106 | Memberi Pengertian
109 107 | Fitnah
110 108 | Terpaksa Menikah
111 109 | Terluka
112 110 | Sedikit Usaha
113 111 | Kedatangan Deena
114 112 | Perubahan Alzam
115 113 | Sebuah Kesepakatan
116 114 | Memberikan Pengertian
117 115 | Hilang
118 116 | Mencari Deena
119 117 | Membawa Pulang
120 Promo : Hasrat Tuan Majikan
121 118 | Sedikit Rasa
122 119 | Diakui
123 120 | DiHempaskan
124 121 | Bertepuk Sebelah Tangan
125 122 | Melepaskan Alzam
126 123 | Bimbang
127 124 | Bertemu Dengan Om Arya
128 125 | Menyerah
129 126 | Sisa Rasa
130 127 | Apakah Hanya Halusinasi?
131 128 | Sebuah Ungkapan
132 129 | Melani Hilang
133 130 | Malam Bersejarah
134 131 | Akhirnya ....
135 132 | Sebuah Kekhawatiran
136 133 | Kenyataan
137 134 | Menginginkan Anak
138 135 | Kritis Lagi
139 136 | Menggoda Suami
140 137 | Keajaiban
141 138 | Sebuah Kejutan
142 139 | Menjenguk Alzam
143 140 | Hamil?
144 141 | Penolakan Naura
145 142 | Positif
146 143 | Rujak
147 144 | Kedatangan Arya
148 155 | Penyesalan Arya
149 Pengumuman
150 156 | Kepulangan Alzam
151 157 | Akhir Cerita
152 Promo Novel Baru
153 Promo Novel HIDDEN BABY 2
154 Wanita Milik CEO Arogan
Episodes

Updated 154 Episodes

1
01 | Istri Yang Tak Dianggap
2
02 | Dinginnya Suamiku
3
03 | Apakah Aku Kuat?
4
04 | Ingin Menikahi Aira
5
05 | Ibu Pindah
6
06 | Kepulangan Mas Alzam
7
07 | Kedatangan Aira
8
08 | Tawaran Aira
9
09 | Mas Alzam Pulang
10
10 | Keputusan Mas Alzam
11
11 | Aku Yang Menyerah
12
12 | Bertemu dengan Arkanna
13
13 | Pergi Bersama Kanna
14
14 | Bertemu Dengan Mas Alzam
15
15 | Permintaan Mas Alzam
16
16 | Aku Hamil
17
17 | Rumah Baru
18
18 | Simpanan Suamiku
19
19 | Memanfaatkan Zahra
20
20 | Kedatangan Pak RT
21
21 | Sebuah Alasan
22
22 | Terbongkar
23
23 | Menunggu Mas Alzam
24
24 | Pengakuan Mas Alzam
25
25 | Keputusanku
26
26 | Rencanaku
27
27 | Kepergianku
28
28 | Keadaan Aira
29
29 | Apakah Aku Egois?
30
30 | Dikerjai Deena
31
31 | Akhirnya Kembali
32
32 | Tidur Bersama
33
33 | Meminta Jatah
34
34 | Bertemu Alzam
35
35 | Sesal
36
36 | Bisikan Kanna
37
37 | Zahra Yang Penasaran
38
38 | Pertemuan Tak Sengaja
39
39 | Dia Bukan Hantu!
40
40 | Adik Untuk Deena
41
41 | Salah Masuk
42
42 | Rencana Alzam
43
43 | Kekhawatiran Zahra
44
44 | Sebuah Kecelakaan
45
45 | Pria Asing
46
46 | Kedatangan Alzam
47
47 | Dia Lagi
48
48 | Merebut Deena
49
49 | Belum Juga menemukan Deena
50
50 | Telat
51
51 | Titik Terang
52
52 | Prasangka
53
53 | Kembalikan Deena!
54
54 | Saran Dokter
55
55 | Dibawa Ke Gudang
56
56 | Berita Buruk
57
57 | Kejamnya Takdir
58
58 | Liburan
59
59 | Kejutan
60
60 | Pilihan Berat
61
61 | Jangan Sentuh Aku!
62
62 | Alzam Yang Pamaksa
63
63 | Apakah Ini Kenyataan?
64
64 | Calon Istri
65
65 | Rencana Selanjutnya
66
66 | Menghajar Alzam
67
67 | Membawa Ke Neraka
68
68 | Menagih Janji
69
69 | Menara Eiffel
70
70 | Menyadari
71
71 | Mandi Lagi
72
72 | Sebuah Firasat
73
73 | Kritis
74
74 | Pulang ke Indonesia
75
75 | Berita Duka
76
76 | Gila Harta
77
77 | Mempercayai Deena.
78
78 | Deena Diculik
79
79 | Kemarahan Kanna
80
80 | Luka Sayatan
81
81 | Menghilang
82
82 | USG
83
83 | Kejutan
84
84 | Penjelasan Dokter
85
85 | Hadiah Alzam
86
86 | Kembalinya Alzam
87
87 | Kritis
88
88 | Penjelasan Alzam
89
89 | Hancur
90
90 | Mimpi Buruk
91
91 | Hari Yang Baru
92
92 | Prasangka
93
93 | Salah Paham
94
Promo Novel Baru
95
94 | Luluh
96
95 | Merindukan Deena
97
96 | Deena Pulang
98
Promo Novel : Belenggu Masa Lalu
99
97 | Bertemu Dengan Melani
100
98 | Mogok
101
99 | Pertemuan
102
100 | Masuk Rumah Sakit
103
101 | Patah Hati
104
102 | Permintaan Deena
105
103 | Sebuah Penjelasan
106
104 | Gagal Lagi
107
105 | Deena Yang Berubah
108
106 | Memberi Pengertian
109
107 | Fitnah
110
108 | Terpaksa Menikah
111
109 | Terluka
112
110 | Sedikit Usaha
113
111 | Kedatangan Deena
114
112 | Perubahan Alzam
115
113 | Sebuah Kesepakatan
116
114 | Memberikan Pengertian
117
115 | Hilang
118
116 | Mencari Deena
119
117 | Membawa Pulang
120
Promo : Hasrat Tuan Majikan
121
118 | Sedikit Rasa
122
119 | Diakui
123
120 | DiHempaskan
124
121 | Bertepuk Sebelah Tangan
125
122 | Melepaskan Alzam
126
123 | Bimbang
127
124 | Bertemu Dengan Om Arya
128
125 | Menyerah
129
126 | Sisa Rasa
130
127 | Apakah Hanya Halusinasi?
131
128 | Sebuah Ungkapan
132
129 | Melani Hilang
133
130 | Malam Bersejarah
134
131 | Akhirnya ....
135
132 | Sebuah Kekhawatiran
136
133 | Kenyataan
137
134 | Menginginkan Anak
138
135 | Kritis Lagi
139
136 | Menggoda Suami
140
137 | Keajaiban
141
138 | Sebuah Kejutan
142
139 | Menjenguk Alzam
143
140 | Hamil?
144
141 | Penolakan Naura
145
142 | Positif
146
143 | Rujak
147
144 | Kedatangan Arya
148
155 | Penyesalan Arya
149
Pengumuman
150
156 | Kepulangan Alzam
151
157 | Akhir Cerita
152
Promo Novel Baru
153
Promo Novel HIDDEN BABY 2
154
Wanita Milik CEO Arogan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!