Belenggu Pernikahan Semu
MOHON TEKAN BINTANG LIMA ⭐⭐⭐⭐⭐ TERLEBIH DAHULU 🙏
...SELAMAT MEMBACA NOVEL RECEH INI...
Namaku Zahra. Aku baru saja lulus dari salah satu Sekolah Menengah Atas di kotaku. Aku terlahir dari kalangan biasa saja, bahkan bisa dibilang kurang mampu. Jika aku tidak mengandalkan beasiswa, mungkin aku tidak bisa mengenyam pendidikan hingga SMA karena masalah ekonomi keluarga. Sebagai anak sulung, aku juga harus membantu keuangan keluarga dengan cara berjualan kue kering secara online.
Tak pernah ku sangka jika setelah pengumuman kelulusanku, ibu mengenalkan ku pada seorang pria. Dia adalah mas Alzam. Kata ibu dia adalah calon suamiku. Ibu telah merencanakan pernikahanku dengan mas Alzam tanpa sepengetahuanku. Saat itu perasaanku sangat hancur. Aku harus menikah dengan pria asing yang baru dua Minggu ku kenal. Seberapa kuat aku menolak, aku tak bisa melawan kuasa ibu. Air mataku seakan kering untuk menangis setiap hari.
Pernikahan ini terjadi begitu saja. Bahkan aku belum siap untuk menjadi seorang istri. Setelah resmi menjadi istri mas Alzam, aku langsung dibawa ke rumah miliknya yang berada di tengah-tengah kota.
Malam hari ketika ingin ku rebahkan tubuhku di tempat tidur, mas Alzam datang dan mendekatiku. Jantungku berdesir, aku takut dan belum siap untuk memberikan apa yang seharusnya menjadi milik mas Alzam.
"Aku tahu kamu belum siap untuk melayaniku, tapi saat ini kamu telah menjadi istriku. Mau tidak mau, melayaniku adalah kewajiban mu!" ujarnya sambil membelai rambutku. Dadaku pun berdebar tak menentu ketika tangan mas Alzam mulai menyapu rambutku.
"Ibumu yang memaksaku untuk menikahimu, karena dia tidak bisa membayar hutang-hutangnya padaku. Anggap saja saat ini ibumu telah menjual mu padaku." Tangan mas Azam mulai menyentuh pipiku dengan lembut hingga menimbulkan debaran jantung yang tak beraturan.
"Bersyukurlah saat ini kamu tidak dijual ke tempat pelacuran oleh ibumu." Tangan mas Alzam perlahan mulai membuka satu-persatu kancing bajuku.
"Mas," lirihku sambil menepis tangan mas Alzam.
"Jangan menolak jika tidak ingin aku menggunakan cara kekerasan! Aku menginginkanmu malam ini!"
Aku tidak bisa berbuat apa-apa ketika mas Alzam sudah menindih tubuhku. Hanya air mata yang bisa menggantikan jerit dan tangisanku ketika mas Alzam sudah melakukan penyatuan tubuhnya denganku.
Aku merasa kesakitan, tatapi rasa itu perlahan mulai hilang dan gantikan rasa yang tak bisa dijabarkan dengan kata-kata. Mas Alzam melakukannya dengan lembut hingga membuatku terbuai dalam penyatuannya malam ini.
Mentari pagi telah menyingsing, menyadarkan ku dari alam bawah sadar. Perlahan ku coba untuk membuka mata. Sosok mas Alzam yang semalam tidur disampingku kini sudah tidak ada. Tubuhku terasa sangat pegal. Saat aku hendak melangkah ke kamar mandi ada rasa yang mengganjal diarea kewanitaan ku. Aku meringis pelan menahan rasa sakit, berharap bisa segera sampai di kamar mandi.
Setelah menyelesaikan ritual mandi, aku pun keluar kamar. Disana aku melihat wanita paruh baya sedang menata hidangan diatas meja.
"Sudah bangun, cah ayu?" tanyanya padaku.
Aku mengangguk pelan. "Iya, Buk," jawabku pelan. Aku sendiri tidak tahu siapa wanita ini karena mas Alzam tak mengatakan apapun. Bahkan saat kami baru tiba tadi malam, tak ada siapapun yang menyambut kedatangan kami.
"Jangan panggil ibu! Panggil saja mbok Inah. Saya pembantu di rumah ini," jelasnya.
"Oh, iya maaf Mbok, saya tidak tahu," ucapku sambil nyengir kearah mbok Inah. "Mas Alzam kemana ya, Mbok?" tanyaku yang celingukan mencari keberadaan mas Alzam.
"Den Al sudah berangkat kerja, Non. Tadi beliau berpesan kalau malam ini tidak bisa pulang cepat karena ada lembur," ujar mbok Inah sambil mengambilkan nasi untukku.
Satu harian berada di rumah membuatku merasa bosan, terlebih aku tidak bisa berbuat apa-apa. Mbok Inah sama sekali tidak mengizinkanku untuk membantu pekerjaannya. Aku hanya lontang-lantung seperti gelandang yang yang menyedihkan. Bahkan dihari pertama aku menjadi seorang istri, aku tidak bisa mengucapkan kata selamat pagi kepada suamiku.
"Non Ara sibuk?" tanya mbok Inah. Aku yang menonton televisi mendongak lalu menggelengkan kepala. "Gak mbok," jawabku singkat.
"Kalau begitu mari Mbok ajak Non Ara untuk melihat-lihat isi rumah ini. Mbok juga akan menunjukkan satu kamar yang tak boleh non Ara buka."
Aku pun mengangguk untuk mengikuti langkah mbok Inah. Mbok Inah membawaku mengelilingi isi setiap ruangan yang ada di rumah mas Alzam. Dia menjelaskan setiap ruangan yang ada. Dan kini tiba saatnya mbok Inah berhenti di depan sebuah kamar yang menggunakan kunci password.
"Non Ara harus ingat, jangan pernah mendekati ataupun masuk ke kamar ini, apapun alasannya. Den Alzam akan sangat marah pada siapapun yang masuk kesini, bahkan mbok sendiri juga tidak tahu ada apa didalam sana," jelas mbok Inah dengan serius.
Aku pun sebenarnya juga penasaran dengan kamar tersebut, mengapa sampai diberi sistem password. Apakah ada sebuah rahasia besar didalam? Aku tidak tahu.
Setelah puas mengelilingi isi rumah mas Alzam, mbok Inah meninggalkanku di teras karena aku suntuk berada di dalam. Pikiranku tak lepas dari pernikahan kami yang sepertinya tak berarti. Bagaimana tidak, mas Alzam hanya terpaksa menikah denganku agar hutang-piutang ibu lunas. Tak ada cinta diantara kita. Mas Alzam hanya ingin menggunakan ku untuk menyalurkan hasratnya saja. Bahkan dia sama sekali tak menganggap ku sebagai istrinya.
Lamunanku tersentak saat suara wanita menyapaku. "Kamu siapa?" tanyanya.
Wanita cantik yang memiliki kulit putih dan rambut panjang itu semakin mendekatiku.
"Kamu pembantu baru ya? Oh iya, apakah Al ada di dalam? Dari tadi malam aku mencoba untuk menghubunginya tetapi tak direspon. Apa dia baik-baik saja?" tanya wanita itu panjang lebar.
"Mas Al sudah berangkat kerja. Kamu siapa ya?" Aku memberanikan diri untuk bertanya pada wanita itu.
Dengan senyum yang terukir indah, wanita itu menjawab, "Perkenalkan aku Aira, tunangannya Al." Wanita itu mengulurkan tangannya kepadaku. Seketika jantungku berdebar dengan kuat bahkan saat menyalami Aira, tanganku terasa sangat bergementar.
"Kamu kenapa gugup seperti itu?" tanyanya lagi.
"Tidak ada, Mbak. Aku hanya grogi saja. Maklum ini adalah hari pertamaku bekerja di sini," dusta ku pada Aira.
"Oh iya? Kamu santai aja. Al itu orangnya baik. Ngomong-ngomong nama kamu siapa?"
Aku tersenyum tipis melihat senyum yang mengembang di wajah Aira dan berkata, "Namaku Zahra."
Karena Mas Alzam tidak ada di rumah, Aira pun mengatakan ingin menemuinya ke kantor. Entah mengapa tiba-tiba hatiku terasa nyeri saat mendengar jika wanita itu adalah tunangan dari suamiku. Ku buang napas kasar ku kemudian berlalu menuju ke kamar.
'Ya Tuhan, cobaan apalagi yang Engkau berikan kepadaku? Ternyata aku adalah orang ketiga di antara hubungan mas Alzam dan Aira. Sanggupkah Aku menjalani hari-hariku sebagai istri dari mas Alzam?'
Tanpa kusadari air mataku menetes begitu saja. Hatiku semakin sakit, jika membayangkan hari-hariku selanjutnya hidup tanpa cinta.
"Seharusnya pernikahan ini tidak pernah terjadi." Ku seka jejak air mata yang telah membasahi pipiku. Percuma saja jika aku menangis, karena air mata ini tidak akan berarti.
...~BERSAMBUNG~...
Tes-tes 1 2 3 ... Mana suara? Kalau Ramai aku lanjutkan. Seperti biasa cerita ini membutuhkan dukungan dari kalian. Tekan tanda hati untuk menambah ke rak buku dan beri hadiah berupa VOTE, BUNGA DAN KOPI.
Terimakasih sudah menemani teh ijo selama ini 🥰 Dan yang baru gabung, tinggalin komen-nya dong biar rame dikit gitu. Novel kok sepi amet 😞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Bety Yatmikasari
mampir lagi u yg ke 2
/Heart/
2024-03-06
0
Surati
hadir. baru mampir
2023-02-04
1
Devi Triandani
baru mampir...kayaknya ceritanya menarik
2022-12-16
1