02 | Dinginnya Suamiku

Malam semakin larut. Pikiranku masih tertuju pada mas Alzam yang belum juga pulang. Meskipun dia sudah menitipkan pesan pada mbok Inah akan pulang larut, tetapi aku masih tetap menunggunya. Hatiku semakin kalut saat mengingat sosok Aira yang ternyata adalah tunangan mas Alzam.

"Non Ara, masih menunggu den Al?" tanya mbok Inah yang melihatku masih termenung di ruang tengah.

Aku mendongak. Meskipun sudah tahu jika mas Alzam akan pulang larut, tapi aku masih bersikeras untuk menunggu mas Alzam.

"Iya Mbok," jawabku singkat.

Mbok Inah berjalan pelan dan duduk di sampingku. "Non Ara tidur saja. Tadi pagi 'kan udah Mbok bilang kalau beliau akan pulang larut."

"Tapi aku ingin menunggunya, Mbok," jawabku penuh harap.

"Non Ara jangan memaksakan diri. Sekarang tidurlah!"

Meskipun berat, aku tetap mengikuti saran mbok Inah. Didalam kamar, hatiku gelisah tak menentu. Bayangan mas Alzam dan Aira terus memenuhi kepalaku hingga akhirnya aku mendengar suara mobil masuk ke garasi.

Ku pandangi jarum jam yang menggantung di dinding, ternyata sudah pukul 11 malam. Tiba-tiba detak jantung ini semakin bergerumuh saat suara pintu dibuka. Aku mencoba untuk memejamkan mata, berpura-pura untuk tidur.

Tak berselang lama, aku merasakan ada sentuhan lembut di tubuhku. Jelas itu adalah tangan mas Alzam.

"Aku tahu kamu hanya berpura-pura tidur saja," bisik mas Alzam di telingaku sambil digigitnya pelan.

Perlahan kubuka mataku. Dengan sigap Mas Alzam mengunci tanganku. Garis tegas di wajahnya terlihat sedikit sayu. Aku mencoba untuk memberontak, tapi lagi-lagi kekuatan Mas Alzam lebih kuat.

"Mas, kamu mau ngapain?" Aku bertanya meskipun aku tahu apa yang sedang diinginkan oleh mas Alzam.

"Kamu jangan pernah lupa dengan tugas dan kewajiban mu! Aku sudah membeli mu, Ra!" kata mas Alzam dengan tatapan tajam.

"Tapi Mas .... "

Tak bisa terelakkan lagi. Ini adalah malam kedua mas Alzam menjamah ku. Meskipun dengan perlakuan yang lembut, tatap saja tindakan mas Alzam sangat menyakiti hatiku. Percuma saja jika air mata ini terus mengalir, karena mas Alzam takkan pernah sedikitpun peduli. Dia hanya menginginkan hasratnya terpenuhi.

Setelah melakukan penyatuan, mas Alzam langsung bergegas untuk membersihkan tubuhnya. Sedangkan aku masih terisak dalam tangisku.

"Lain kali tidak usah menungguku pulang, karena aku pasti akan pulang larut," kata mas Alzam yang sudah merebahkan tubuhnya disampingku.

"Jangan menangis! Karena aku tidak menyukai air mata!" ujarnya lagi.

Ku usap jejak air mataku dan ku beranikan diri untuk menatap pria yang berstatus sebagai suamiku. Setelah seharian aku menunggu kedatangannya, tetapi apa yang dia lakukan padaku?

"Mas, aku tahu kamu hanya terpaksa menikahiku. Jika memang tidak ada cinta diantara kita, tolong lepaskan aku."

"Kamu pikir mudah untuk melepaskan mu begitu saja? Tidak, Ra! 100 juta bukanlah uang yang sedikit. Kamu pikir jika kamu dijual ke tempat pelacuran bisa tembus 100 juta meskipun kamu masih perawan? Tidak, Ra!"

Kata-kata mas Alzam begitu menusuk hatiku. Aku hanya bisa menahan air mata agar tak berjatuhan. Saat bibirku menganga hendak membahas Aira, ternyata mas Alzam sudah beranjak dengan sebuah bantal yang berada ditangannya.

"Kamu mau kemana, Mas?" tanyaku bingung.

"Sebaiknya kamu tidur. Aku akan tidur di kamar sebelah."

Ku tatap punggung kekar itu hingga tenggelam. Tak bisa lagi ku tahan air mata yang sudah mulai merembes jatuh begitu saja.

"Aku harus kuat, meskipun menyakitkan," lirihku sambil meremas selimut yang membungkus tubuhku.

****

Alarm telah membangunkan tidurku. Aku tak ingin mengulang kesalahan yang sama, dimana aku tidak bisa menyambut mas Alzam pagi ini. Meskipun sikap mas Alzam terlalu dingin kepadaku, tetapi aku ingin berusaha mencairkannya. Bukankah batu karang di laut akan terkikis oleh deburan ombak yang setiap hari menerjangnya? Lalu mengapa hati manusia tidak bisa? Semua akan bisa jika ada udah yang kuat dibelakangnya.

"Lho, kok udah bangun, Non?" tanya mbok Inah yang melihatku menghampirinya.

"Iya Mbok, habis sholat subuh kan gak baik kalau tidur lagi," jawabku dengan memberikan sebuah senyuman kepada Mbok Inah.

"Aku bantuin ya, Mbok," tawar ku padanya.

"Gak usah, Non. Nanti den Al marah."

Aku tak menghiraukan lagi larangan mbok Inah untuk menyiapkan sarapan pagi. Karena hanya untuk sarapan kami berdua, mbok Inah tidak masak banyak yang penting ada sayur hijaunya.

"Mbok, kira-kira makanan yang disukai oleh mas Alzam itu apa ya?" tanyaku di tengah kegiatan memasak.

"Semua jenis makanan disukai sama den Al, kecuali terong, Non," jelas mbok Inah. "Masa terong makan terong," kelekar mbok Inah.

Aku pun ikut tertawa. Ternyata mbok Inah bisa diajak bergurau. Aku pikir dia adalah orang yang selalu serius. Namun nyatanya dia bisa membuatku tertawa.

"Oh iya mbok, orang tua mas Alzam tinggal dimana ya? Soalnya aku tidak melihat kehadiran orang tua mas Alzam saat hari pernikahan. Dan mas Alzam juga tidak memberitahu kami tentang keberadaan orang tuanya.

Tiba-tiba mbok Inah membeku untuk beberapa saat. Bahkan gorengan yang ada di teplon pun hampir saja Gosong. Aku tidak tahu apakah ada yang salah dengan pertanyaanku.

"Mbok, tempenya mau gosong!" ujarku sambil menyenggol bahunya. Ketika wanita tengah baya itu tersadar dari diamnya.

"Mbok, kenapa?" tanyaku heran saat melihat perubahan wajah Inah yang tertekuk.

"Berjanjilah kepada Mbok, kalau Non Ara tidak akan pernah menanyakan pertanyaan seperti ini kepada den Al. Mbok berjanji akan memberitahu Non Ara, tapi tidak untuk sekarang."

Aku mengerti dengan ucapan mbok Inah yang sepertinya sedang menyimpan sesuatu mengenai orang tua mas Alzam.

Tak berapa lama mas Alzam sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Jika dilihat dari dekat, wajah mas Alzam terlihat tampan den berwibawa. Namun, sikapnya tidak bisa ditebak.

"Sepertinya ada masakan baru. Apakah ini kamu yang memasaknya?" tanya mas Alzam padaku.

Aku mengangguk pelan. "Iya Mas. Cobain ya," tawarku sedikit ragu.

Tak ada penolakan dari mas Alzam. Jelas saja aku menarik kedua garis bibirku dengan penuh bahagia.

Namun, senyumku harus pudar manakala mas Alzam mengangkat sebuah panggilan telepon dengan wajah yang berbinar.

"Kamu tunggu saja, setelah sarapan aku jemput kamu."

Aku sudah bisa memastikan jika yang menelepon adalah Aira. "Siapa Mas?" tanyaku pura-pura.

Sorot mata tajam itu seakan menusuk mataku. "Jangan melewati batas! Meskipun kamu adalah istriku, tapi aku tidak mencintaimu. Kedepannya jangan pernah mencampuri urusan pribadiku!"

Setelah mengucapkan kata-kata itu, mas Alzam berlalu tanpa berpamitan kepadaku. Aku hanya bisa mengelus dadaku dengan pelan seraya berdoa agar Tuhan tetap menguatkan hati ini.

Mbok Inah yang melihat segera mengelus lenganku. "Yang sabar ya, Non. Teruslah berdoa kepada Gusti Allah, semoga den Al bisa luluh kepada non Ara."

Ku anggukan kepalaku dan mencoba untuk biasa saja. Ternyata pernikahan yang baru berjalan dua hari ini terasa amat menyakitkan.

"Iya Mbok, aku gak papa, kok."

...~BERSAMBUNG~...

TERIMA KASIH ATAS KEHADIRAN KALIAN UNTUK MERAMAIKAN NOVEL INI 🙏

Terpopuler

Comments

Surati

Surati

sungguh kejam mulutmu mas Al....ntar awas kalo bucin😬😬😬

2023-02-04

0

Bidan Simba

Bidan Simba

dijual ibu sebagai penebus hutang🤦 eh sbntr dipoligami akan sakit hati Krn hanya sebagai pemuas dan istri penebus hutan..

2022-10-20

1

Nelly Katanya

Nelly Katanya

mas Al abis makan abon cabe level brapa sih. pedas amat tu mulut

2022-10-16

0

lihat semua
Episodes
1 01 | Istri Yang Tak Dianggap
2 02 | Dinginnya Suamiku
3 03 | Apakah Aku Kuat?
4 04 | Ingin Menikahi Aira
5 05 | Ibu Pindah
6 06 | Kepulangan Mas Alzam
7 07 | Kedatangan Aira
8 08 | Tawaran Aira
9 09 | Mas Alzam Pulang
10 10 | Keputusan Mas Alzam
11 11 | Aku Yang Menyerah
12 12 | Bertemu dengan Arkanna
13 13 | Pergi Bersama Kanna
14 14 | Bertemu Dengan Mas Alzam
15 15 | Permintaan Mas Alzam
16 16 | Aku Hamil
17 17 | Rumah Baru
18 18 | Simpanan Suamiku
19 19 | Memanfaatkan Zahra
20 20 | Kedatangan Pak RT
21 21 | Sebuah Alasan
22 22 | Terbongkar
23 23 | Menunggu Mas Alzam
24 24 | Pengakuan Mas Alzam
25 25 | Keputusanku
26 26 | Rencanaku
27 27 | Kepergianku
28 28 | Keadaan Aira
29 29 | Apakah Aku Egois?
30 30 | Dikerjai Deena
31 31 | Akhirnya Kembali
32 32 | Tidur Bersama
33 33 | Meminta Jatah
34 34 | Bertemu Alzam
35 35 | Sesal
36 36 | Bisikan Kanna
37 37 | Zahra Yang Penasaran
38 38 | Pertemuan Tak Sengaja
39 39 | Dia Bukan Hantu!
40 40 | Adik Untuk Deena
41 41 | Salah Masuk
42 42 | Rencana Alzam
43 43 | Kekhawatiran Zahra
44 44 | Sebuah Kecelakaan
45 45 | Pria Asing
46 46 | Kedatangan Alzam
47 47 | Dia Lagi
48 48 | Merebut Deena
49 49 | Belum Juga menemukan Deena
50 50 | Telat
51 51 | Titik Terang
52 52 | Prasangka
53 53 | Kembalikan Deena!
54 54 | Saran Dokter
55 55 | Dibawa Ke Gudang
56 56 | Berita Buruk
57 57 | Kejamnya Takdir
58 58 | Liburan
59 59 | Kejutan
60 60 | Pilihan Berat
61 61 | Jangan Sentuh Aku!
62 62 | Alzam Yang Pamaksa
63 63 | Apakah Ini Kenyataan?
64 64 | Calon Istri
65 65 | Rencana Selanjutnya
66 66 | Menghajar Alzam
67 67 | Membawa Ke Neraka
68 68 | Menagih Janji
69 69 | Menara Eiffel
70 70 | Menyadari
71 71 | Mandi Lagi
72 72 | Sebuah Firasat
73 73 | Kritis
74 74 | Pulang ke Indonesia
75 75 | Berita Duka
76 76 | Gila Harta
77 77 | Mempercayai Deena.
78 78 | Deena Diculik
79 79 | Kemarahan Kanna
80 80 | Luka Sayatan
81 81 | Menghilang
82 82 | USG
83 83 | Kejutan
84 84 | Penjelasan Dokter
85 85 | Hadiah Alzam
86 86 | Kembalinya Alzam
87 87 | Kritis
88 88 | Penjelasan Alzam
89 89 | Hancur
90 90 | Mimpi Buruk
91 91 | Hari Yang Baru
92 92 | Prasangka
93 93 | Salah Paham
94 Promo Novel Baru
95 94 | Luluh
96 95 | Merindukan Deena
97 96 | Deena Pulang
98 Promo Novel : Belenggu Masa Lalu
99 97 | Bertemu Dengan Melani
100 98 | Mogok
101 99 | Pertemuan
102 100 | Masuk Rumah Sakit
103 101 | Patah Hati
104 102 | Permintaan Deena
105 103 | Sebuah Penjelasan
106 104 | Gagal Lagi
107 105 | Deena Yang Berubah
108 106 | Memberi Pengertian
109 107 | Fitnah
110 108 | Terpaksa Menikah
111 109 | Terluka
112 110 | Sedikit Usaha
113 111 | Kedatangan Deena
114 112 | Perubahan Alzam
115 113 | Sebuah Kesepakatan
116 114 | Memberikan Pengertian
117 115 | Hilang
118 116 | Mencari Deena
119 117 | Membawa Pulang
120 Promo : Hasrat Tuan Majikan
121 118 | Sedikit Rasa
122 119 | Diakui
123 120 | DiHempaskan
124 121 | Bertepuk Sebelah Tangan
125 122 | Melepaskan Alzam
126 123 | Bimbang
127 124 | Bertemu Dengan Om Arya
128 125 | Menyerah
129 126 | Sisa Rasa
130 127 | Apakah Hanya Halusinasi?
131 128 | Sebuah Ungkapan
132 129 | Melani Hilang
133 130 | Malam Bersejarah
134 131 | Akhirnya ....
135 132 | Sebuah Kekhawatiran
136 133 | Kenyataan
137 134 | Menginginkan Anak
138 135 | Kritis Lagi
139 136 | Menggoda Suami
140 137 | Keajaiban
141 138 | Sebuah Kejutan
142 139 | Menjenguk Alzam
143 140 | Hamil?
144 141 | Penolakan Naura
145 142 | Positif
146 143 | Rujak
147 144 | Kedatangan Arya
148 155 | Penyesalan Arya
149 Pengumuman
150 156 | Kepulangan Alzam
151 157 | Akhir Cerita
152 Promo Novel Baru
153 Promo Novel HIDDEN BABY 2
154 Wanita Milik CEO Arogan
Episodes

Updated 154 Episodes

1
01 | Istri Yang Tak Dianggap
2
02 | Dinginnya Suamiku
3
03 | Apakah Aku Kuat?
4
04 | Ingin Menikahi Aira
5
05 | Ibu Pindah
6
06 | Kepulangan Mas Alzam
7
07 | Kedatangan Aira
8
08 | Tawaran Aira
9
09 | Mas Alzam Pulang
10
10 | Keputusan Mas Alzam
11
11 | Aku Yang Menyerah
12
12 | Bertemu dengan Arkanna
13
13 | Pergi Bersama Kanna
14
14 | Bertemu Dengan Mas Alzam
15
15 | Permintaan Mas Alzam
16
16 | Aku Hamil
17
17 | Rumah Baru
18
18 | Simpanan Suamiku
19
19 | Memanfaatkan Zahra
20
20 | Kedatangan Pak RT
21
21 | Sebuah Alasan
22
22 | Terbongkar
23
23 | Menunggu Mas Alzam
24
24 | Pengakuan Mas Alzam
25
25 | Keputusanku
26
26 | Rencanaku
27
27 | Kepergianku
28
28 | Keadaan Aira
29
29 | Apakah Aku Egois?
30
30 | Dikerjai Deena
31
31 | Akhirnya Kembali
32
32 | Tidur Bersama
33
33 | Meminta Jatah
34
34 | Bertemu Alzam
35
35 | Sesal
36
36 | Bisikan Kanna
37
37 | Zahra Yang Penasaran
38
38 | Pertemuan Tak Sengaja
39
39 | Dia Bukan Hantu!
40
40 | Adik Untuk Deena
41
41 | Salah Masuk
42
42 | Rencana Alzam
43
43 | Kekhawatiran Zahra
44
44 | Sebuah Kecelakaan
45
45 | Pria Asing
46
46 | Kedatangan Alzam
47
47 | Dia Lagi
48
48 | Merebut Deena
49
49 | Belum Juga menemukan Deena
50
50 | Telat
51
51 | Titik Terang
52
52 | Prasangka
53
53 | Kembalikan Deena!
54
54 | Saran Dokter
55
55 | Dibawa Ke Gudang
56
56 | Berita Buruk
57
57 | Kejamnya Takdir
58
58 | Liburan
59
59 | Kejutan
60
60 | Pilihan Berat
61
61 | Jangan Sentuh Aku!
62
62 | Alzam Yang Pamaksa
63
63 | Apakah Ini Kenyataan?
64
64 | Calon Istri
65
65 | Rencana Selanjutnya
66
66 | Menghajar Alzam
67
67 | Membawa Ke Neraka
68
68 | Menagih Janji
69
69 | Menara Eiffel
70
70 | Menyadari
71
71 | Mandi Lagi
72
72 | Sebuah Firasat
73
73 | Kritis
74
74 | Pulang ke Indonesia
75
75 | Berita Duka
76
76 | Gila Harta
77
77 | Mempercayai Deena.
78
78 | Deena Diculik
79
79 | Kemarahan Kanna
80
80 | Luka Sayatan
81
81 | Menghilang
82
82 | USG
83
83 | Kejutan
84
84 | Penjelasan Dokter
85
85 | Hadiah Alzam
86
86 | Kembalinya Alzam
87
87 | Kritis
88
88 | Penjelasan Alzam
89
89 | Hancur
90
90 | Mimpi Buruk
91
91 | Hari Yang Baru
92
92 | Prasangka
93
93 | Salah Paham
94
Promo Novel Baru
95
94 | Luluh
96
95 | Merindukan Deena
97
96 | Deena Pulang
98
Promo Novel : Belenggu Masa Lalu
99
97 | Bertemu Dengan Melani
100
98 | Mogok
101
99 | Pertemuan
102
100 | Masuk Rumah Sakit
103
101 | Patah Hati
104
102 | Permintaan Deena
105
103 | Sebuah Penjelasan
106
104 | Gagal Lagi
107
105 | Deena Yang Berubah
108
106 | Memberi Pengertian
109
107 | Fitnah
110
108 | Terpaksa Menikah
111
109 | Terluka
112
110 | Sedikit Usaha
113
111 | Kedatangan Deena
114
112 | Perubahan Alzam
115
113 | Sebuah Kesepakatan
116
114 | Memberikan Pengertian
117
115 | Hilang
118
116 | Mencari Deena
119
117 | Membawa Pulang
120
Promo : Hasrat Tuan Majikan
121
118 | Sedikit Rasa
122
119 | Diakui
123
120 | DiHempaskan
124
121 | Bertepuk Sebelah Tangan
125
122 | Melepaskan Alzam
126
123 | Bimbang
127
124 | Bertemu Dengan Om Arya
128
125 | Menyerah
129
126 | Sisa Rasa
130
127 | Apakah Hanya Halusinasi?
131
128 | Sebuah Ungkapan
132
129 | Melani Hilang
133
130 | Malam Bersejarah
134
131 | Akhirnya ....
135
132 | Sebuah Kekhawatiran
136
133 | Kenyataan
137
134 | Menginginkan Anak
138
135 | Kritis Lagi
139
136 | Menggoda Suami
140
137 | Keajaiban
141
138 | Sebuah Kejutan
142
139 | Menjenguk Alzam
143
140 | Hamil?
144
141 | Penolakan Naura
145
142 | Positif
146
143 | Rujak
147
144 | Kedatangan Arya
148
155 | Penyesalan Arya
149
Pengumuman
150
156 | Kepulangan Alzam
151
157 | Akhir Cerita
152
Promo Novel Baru
153
Promo Novel HIDDEN BABY 2
154
Wanita Milik CEO Arogan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!