11 | Aku Yang Menyerah

...Kadang ada saat dimana aku harus menghadapi semua ini sendiri. Meski hati menangis, tak ada pilihan lain selain berusaha untuk TEGAR. Keadaan memaksaku harus KUAT, meskipun sebenarnya aku tak MAMPU....

...***...

Mas Alzam dan mbak Aira sudah tiba di rumah. Aku hanya bisa melihat senyum indah dari bibir mbak Aira saat mas Alzam menggandeng tangannya untuk menuju ke kamar. Kerapuhan hatiku kian mendalam. Ini tak adil untukku!

"Ra!" panggilan mas Alzam membuatku terkejut.

"Ada apa, Mas?" tanyaku datar.

"Aira sedang tidak enak badan, tolong kamu perhatikan dia. Satu lagi .... " Mas Alzam menjeda ucapannya. Kulihat dia sangat berat untuk mengatakan sesuatu padaku.

"Bersiaplah, nanti malam aku akan menjemputmu untuk menemaniku ke acara salah satu rekan kerjaku."

Aku mendongak. Dalam hati apakah tidak salah saat mas Alzam memilih untuk mengajakku pergi?

"Semua ini atas permintaan Aira," lanjutnya lagi yang memutuskan tingkat khayalanku.

Setelah berbicara seperti itu, mas Alzam segera berangkat ke kantor. Aku hanya bisa menatap punggung pria itu dengan tatapan layu. Seakan bunga yang ku sirami setiap hari telah bermekaran, tapi sayangnya duri disalah satu batangnya menusuk jariku. Meskipun terlalu indah untuk ku miliki, akan tetapi sangat menyakitkan.

"Mbok," panggilku dengan mencari keberadaan mbok Inah. Sejak kedatangan pengantin baru itu, belum kulihat sosok mbok Inah yang biasanya ada di dapur dengan segala kegiatannya.

"Mbok," ulang ku lagi. Namun, tak ada satu jawaban yang membalas panggilan ku. Aku semakin bertanya-tanya kemana perginya mbok Inah yang tak seperti biasanya.

"Mbok Inah kenapa?" tanyaku pada wanita paruh baya itu yang sedang menangis di dalam kamarnya.

"Non Ara." Isaknya, yang kemudian menghambur dalam pelukanku. Tangisannya malah kian menjadi dan pelukannya semakin erat. "Mbok kenapa?" tanyaku heran.

Mbok Inah langsung melepaskan pelukannya dan menunjukkan sebuah foto yang ada di layar ponselnya. "Astaghfirullahaladzim, ini siapa Mbok," tanyaku terkejut saat melihat foto seseorang yang sedang terbaring lemah dengan bantuan alat pernapasan dari rumah sakit.

"Dia anak mbok, Non. Mbok barusan dapat telepon dari kampung kalau anak mbok mengalami kecelakaan," isak mbok Inah dengan sesenggukan. Segera ku raih kembali tubuhnya dan ku bisikan kata sabar untuknya

"Semua cobaan datangnya dari sang pencipta, maka dalam keadaan seperti ini kita harus mendekatkan diri kepada-Nya dan memohon untuk kesembuhannya. Tidak ada yang tidak mungkin jika Allah sudah berkehendak," bisik ku lembut kepada mbok Inah.

Kenyataan ini bukan hanya memukul mbok Inah saja, tetapi juga memukulku. Bagaimana tidak, saat ini juga mbok Inah meminta izin pada mas Alzam melalui sambungan telepon untuk pulang. Mbok Inah menjelaskan apa yang sedang terjadi. Dan mas Alzam juga mengerti akan keadaan mbok Inah.

"Non Ara harus bisa jaga diri dengan baik selama mbok masih di kampung," pesan wanita paruh baya yang sudah ku anggap seperti ibuku sendiri.

"Harus kuat dan sabar. Mungkin ini adalah titik menyakitkan untuk Non Ara, tapi percayalah bahwa akan ada hari cerah setelah hujan pergi."

Ku ukir senyum di bibirku untuk mengantarkan kepergian mbok Inah. Aku yang tak bisa mengendarai mobil ataupun sepeda motor hanya bisa mengantar mbok Inah sampai di depan rumah.

"Ingat pesan mbok ya, Non. Jika memang sudah tidak sanggup, menyerahlah dari pada harus tersiksa." Ku anggukan kepalaku saat mbok Inah sudah naik kedalam mobil. Tak lupa ku lambaikan tanganku untuk mengiringi kepergiannya.

Seketika senyumku luntur saat aku mulai masuk kembali ke dalam rumah. Saat ini tak akan ada lagi orang yang akan memberikan ku kekuatan, terlebih saat ini aku satu atap dengan istrinya suamiku.

***

Mbak Aira terkejut saat ku katakan jika mbok Inah sudah pulang kampung. Bahkan dia kecewa mengapa sampai tak diberi tahu saat mbok Inah akan pulang.

"Mbok Inah tidak ingin membuat mbak Aira mengkhawatirkannya, karena saat ini mbak Aira sedang tidak fit," ujar ku saat mbak Aira bertanya tentang mbok Inah.

Mbak Aria pun memahami keadaannya karena saat ini dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Tubuhnya masih lemas meskipun satu harian berada di dalam kamar. Namun, untuk suhu tubuhnya sudah normal.

"Mas Al udah kasih tahu ke kamu 'kan, Ra?" tanya mbak Aira saat aku ingin keluar dari kamarnya.

Aku hanya bisa mengangguk pelan.

"Aku minta maaf ya, sudah merepotkan mu. Kata dokter aku memang tak boleh terlalu banyak beraktivitas karena saat ini aku sedang menjalankan program kehamilan. Aku memang sedang menjalani proses ini agar mas Al tak melirik wanita lain. Dengan hadirnya malaikat kecil, aku yakin bisa mengunci hatinya mas Al," ucap mbak Aira padaku. Aku hanya bisa tersenyum tipis.

Sesuai dengan janji mas Alzam, tepat pukul 7 malam dia pulang. Mbak Aira segara menyambut kedatangannya dengan menghambur kedalam pelukannya. "Akhirnya kamu pulang juga, aku kangen," rengek mbak Aira. Satu kecupan mendarat di pipi mbak Aira. "Aku juga kangen, tapi sepertinya aku juga harus berangkat. Kamu gak papa 'kan di rumah sendirian. Nanti begitu acara telah usai, aku akan segera pulang. Kamu beristirahat saja," kata mas Alzam dengan penuh kasih sayang.

Lagi-lagi aku hanya bisa tersenyum getir dan menertawakan kebodohanku. Sudah jelas-jelas aku tak akan pernah dianggap, tetapi masih bersikeras untuk tetap bertahan. Apa yang ingin aku pertahanan?

"Ra, malam ini jagain suami aku ya! Langsung lapor jika dia ketahuan menggoda wanita lain," ujar mbak Aira dengan penuh semangat.

"Apakah kamu masih merasa curiga jika aku menjalin hubungan dengan wanita lain? Kamu berlebihan, Sayang. Aku tidak akan pernah memberikan hatiku kepada orang lain, karena hati ini telah ku serahkan semuanya padamu."

"Kamu bisa aja, Mas."

Akhirnya setelah puas dengan drama yang luar biasa, mas Alzam langsung membawaku menujukan tempat acara berlangsung. Ternyata malam ini adalah acara pernikahan salah satu rekan kerjanya. Mbak Aira hanya mengunakan ku untuk mengawasi gerak-gerik mas Alzam selagi berada disana.

"Jika bukan karena Aira yang meminta, aku tidak akan mau untuk membawamu kesana," ujar mas Alzam tanpa ekspresi.

"Aku pun juga sama," balasku datar. "Mungkin ini adalah malam terakhir kita untuk bersama, karena mulai besok aku akan meninggalkan rumahmu, Mas," kata ku dengan pandangan lurus ke depan.

Mas Alzam menginjakkan rem dan menatap tajam kearah ku." Apa maksudmu?" tanyanya.

Kuberikan diri untuk menatap pria yang ada di sampingku dan berkata, "Sudah pernah ku katakan padamu,.aku bisa terima jika kamu menikah dengan Aira, tapi aku tidak akan bisa jika harus tinggal satu atap dengannya. Dan saat ini kamu sudah membawanya pulang, maka dengan berat hati aku yang akan melangkah pergi," kataku dengan menahan air mata.

"Aku tidak akan pernah sanggup jika satu atap dengan orang yang tidak bisa menghargai ku, terlebih hanya menganggap ku sebagai seorang pembantu. Jika kamu ingin marah silahkan! Jika kamu ingin menurunkan ku disini silahkan! Aku tidak tahu dengan caramu berpikir, Mas! Kamu tidak mencintaiku tapi kamu masih menggauliku layaknya istrimu, tapi sisi lain kamu juga tak ingin melepaskanku. Sebenarnya mau kamu apa Mas? Jangan menambah luka di hatiku, sebelum luka itu kian membesar!"

Tak bisa lagi ku tahan emosi yang sudah menggebu. Meskipun ibuku yang salah, tapi tak seharusnya mas Alzam melampiaskan semua kesalahan ibu padaku. Saat ini, cukup sudah aku menahan rasa sakit yang bertubi-tubi. Mungkin dengan cara pergi menghilang adalah keputusan yang lebih baik.

.

.

.

.

.

...Satu sayatan akan meninggalkan jejak, meskipun seribu tahun telah berlalu....

Terpopuler

Comments

Surati

Surati

good Ara , kudukung keputusanmu

2023-02-04

0

Santi Liana

Santi Liana

bagus Zahra mg km ga cm ngomong aja,aq mohon pergi lh tinggalin alzam

2022-11-04

1

ipit

ipit

nah gitu dong zahra.... jangan mau kalah mentang kita perempuan se enak jidat nya aja gak mikirin perasaan orang...

2022-10-21

1

lihat semua
Episodes
1 01 | Istri Yang Tak Dianggap
2 02 | Dinginnya Suamiku
3 03 | Apakah Aku Kuat?
4 04 | Ingin Menikahi Aira
5 05 | Ibu Pindah
6 06 | Kepulangan Mas Alzam
7 07 | Kedatangan Aira
8 08 | Tawaran Aira
9 09 | Mas Alzam Pulang
10 10 | Keputusan Mas Alzam
11 11 | Aku Yang Menyerah
12 12 | Bertemu dengan Arkanna
13 13 | Pergi Bersama Kanna
14 14 | Bertemu Dengan Mas Alzam
15 15 | Permintaan Mas Alzam
16 16 | Aku Hamil
17 17 | Rumah Baru
18 18 | Simpanan Suamiku
19 19 | Memanfaatkan Zahra
20 20 | Kedatangan Pak RT
21 21 | Sebuah Alasan
22 22 | Terbongkar
23 23 | Menunggu Mas Alzam
24 24 | Pengakuan Mas Alzam
25 25 | Keputusanku
26 26 | Rencanaku
27 27 | Kepergianku
28 28 | Keadaan Aira
29 29 | Apakah Aku Egois?
30 30 | Dikerjai Deena
31 31 | Akhirnya Kembali
32 32 | Tidur Bersama
33 33 | Meminta Jatah
34 34 | Bertemu Alzam
35 35 | Sesal
36 36 | Bisikan Kanna
37 37 | Zahra Yang Penasaran
38 38 | Pertemuan Tak Sengaja
39 39 | Dia Bukan Hantu!
40 40 | Adik Untuk Deena
41 41 | Salah Masuk
42 42 | Rencana Alzam
43 43 | Kekhawatiran Zahra
44 44 | Sebuah Kecelakaan
45 45 | Pria Asing
46 46 | Kedatangan Alzam
47 47 | Dia Lagi
48 48 | Merebut Deena
49 49 | Belum Juga menemukan Deena
50 50 | Telat
51 51 | Titik Terang
52 52 | Prasangka
53 53 | Kembalikan Deena!
54 54 | Saran Dokter
55 55 | Dibawa Ke Gudang
56 56 | Berita Buruk
57 57 | Kejamnya Takdir
58 58 | Liburan
59 59 | Kejutan
60 60 | Pilihan Berat
61 61 | Jangan Sentuh Aku!
62 62 | Alzam Yang Pamaksa
63 63 | Apakah Ini Kenyataan?
64 64 | Calon Istri
65 65 | Rencana Selanjutnya
66 66 | Menghajar Alzam
67 67 | Membawa Ke Neraka
68 68 | Menagih Janji
69 69 | Menara Eiffel
70 70 | Menyadari
71 71 | Mandi Lagi
72 72 | Sebuah Firasat
73 73 | Kritis
74 74 | Pulang ke Indonesia
75 75 | Berita Duka
76 76 | Gila Harta
77 77 | Mempercayai Deena.
78 78 | Deena Diculik
79 79 | Kemarahan Kanna
80 80 | Luka Sayatan
81 81 | Menghilang
82 82 | USG
83 83 | Kejutan
84 84 | Penjelasan Dokter
85 85 | Hadiah Alzam
86 86 | Kembalinya Alzam
87 87 | Kritis
88 88 | Penjelasan Alzam
89 89 | Hancur
90 90 | Mimpi Buruk
91 91 | Hari Yang Baru
92 92 | Prasangka
93 93 | Salah Paham
94 Promo Novel Baru
95 94 | Luluh
96 95 | Merindukan Deena
97 96 | Deena Pulang
98 Promo Novel : Belenggu Masa Lalu
99 97 | Bertemu Dengan Melani
100 98 | Mogok
101 99 | Pertemuan
102 100 | Masuk Rumah Sakit
103 101 | Patah Hati
104 102 | Permintaan Deena
105 103 | Sebuah Penjelasan
106 104 | Gagal Lagi
107 105 | Deena Yang Berubah
108 106 | Memberi Pengertian
109 107 | Fitnah
110 108 | Terpaksa Menikah
111 109 | Terluka
112 110 | Sedikit Usaha
113 111 | Kedatangan Deena
114 112 | Perubahan Alzam
115 113 | Sebuah Kesepakatan
116 114 | Memberikan Pengertian
117 115 | Hilang
118 116 | Mencari Deena
119 117 | Membawa Pulang
120 Promo : Hasrat Tuan Majikan
121 118 | Sedikit Rasa
122 119 | Diakui
123 120 | DiHempaskan
124 121 | Bertepuk Sebelah Tangan
125 122 | Melepaskan Alzam
126 123 | Bimbang
127 124 | Bertemu Dengan Om Arya
128 125 | Menyerah
129 126 | Sisa Rasa
130 127 | Apakah Hanya Halusinasi?
131 128 | Sebuah Ungkapan
132 129 | Melani Hilang
133 130 | Malam Bersejarah
134 131 | Akhirnya ....
135 132 | Sebuah Kekhawatiran
136 133 | Kenyataan
137 134 | Menginginkan Anak
138 135 | Kritis Lagi
139 136 | Menggoda Suami
140 137 | Keajaiban
141 138 | Sebuah Kejutan
142 139 | Menjenguk Alzam
143 140 | Hamil?
144 141 | Penolakan Naura
145 142 | Positif
146 143 | Rujak
147 144 | Kedatangan Arya
148 155 | Penyesalan Arya
149 Pengumuman
150 156 | Kepulangan Alzam
151 157 | Akhir Cerita
152 Promo Novel Baru
153 Promo Novel HIDDEN BABY 2
154 Wanita Milik CEO Arogan
Episodes

Updated 154 Episodes

1
01 | Istri Yang Tak Dianggap
2
02 | Dinginnya Suamiku
3
03 | Apakah Aku Kuat?
4
04 | Ingin Menikahi Aira
5
05 | Ibu Pindah
6
06 | Kepulangan Mas Alzam
7
07 | Kedatangan Aira
8
08 | Tawaran Aira
9
09 | Mas Alzam Pulang
10
10 | Keputusan Mas Alzam
11
11 | Aku Yang Menyerah
12
12 | Bertemu dengan Arkanna
13
13 | Pergi Bersama Kanna
14
14 | Bertemu Dengan Mas Alzam
15
15 | Permintaan Mas Alzam
16
16 | Aku Hamil
17
17 | Rumah Baru
18
18 | Simpanan Suamiku
19
19 | Memanfaatkan Zahra
20
20 | Kedatangan Pak RT
21
21 | Sebuah Alasan
22
22 | Terbongkar
23
23 | Menunggu Mas Alzam
24
24 | Pengakuan Mas Alzam
25
25 | Keputusanku
26
26 | Rencanaku
27
27 | Kepergianku
28
28 | Keadaan Aira
29
29 | Apakah Aku Egois?
30
30 | Dikerjai Deena
31
31 | Akhirnya Kembali
32
32 | Tidur Bersama
33
33 | Meminta Jatah
34
34 | Bertemu Alzam
35
35 | Sesal
36
36 | Bisikan Kanna
37
37 | Zahra Yang Penasaran
38
38 | Pertemuan Tak Sengaja
39
39 | Dia Bukan Hantu!
40
40 | Adik Untuk Deena
41
41 | Salah Masuk
42
42 | Rencana Alzam
43
43 | Kekhawatiran Zahra
44
44 | Sebuah Kecelakaan
45
45 | Pria Asing
46
46 | Kedatangan Alzam
47
47 | Dia Lagi
48
48 | Merebut Deena
49
49 | Belum Juga menemukan Deena
50
50 | Telat
51
51 | Titik Terang
52
52 | Prasangka
53
53 | Kembalikan Deena!
54
54 | Saran Dokter
55
55 | Dibawa Ke Gudang
56
56 | Berita Buruk
57
57 | Kejamnya Takdir
58
58 | Liburan
59
59 | Kejutan
60
60 | Pilihan Berat
61
61 | Jangan Sentuh Aku!
62
62 | Alzam Yang Pamaksa
63
63 | Apakah Ini Kenyataan?
64
64 | Calon Istri
65
65 | Rencana Selanjutnya
66
66 | Menghajar Alzam
67
67 | Membawa Ke Neraka
68
68 | Menagih Janji
69
69 | Menara Eiffel
70
70 | Menyadari
71
71 | Mandi Lagi
72
72 | Sebuah Firasat
73
73 | Kritis
74
74 | Pulang ke Indonesia
75
75 | Berita Duka
76
76 | Gila Harta
77
77 | Mempercayai Deena.
78
78 | Deena Diculik
79
79 | Kemarahan Kanna
80
80 | Luka Sayatan
81
81 | Menghilang
82
82 | USG
83
83 | Kejutan
84
84 | Penjelasan Dokter
85
85 | Hadiah Alzam
86
86 | Kembalinya Alzam
87
87 | Kritis
88
88 | Penjelasan Alzam
89
89 | Hancur
90
90 | Mimpi Buruk
91
91 | Hari Yang Baru
92
92 | Prasangka
93
93 | Salah Paham
94
Promo Novel Baru
95
94 | Luluh
96
95 | Merindukan Deena
97
96 | Deena Pulang
98
Promo Novel : Belenggu Masa Lalu
99
97 | Bertemu Dengan Melani
100
98 | Mogok
101
99 | Pertemuan
102
100 | Masuk Rumah Sakit
103
101 | Patah Hati
104
102 | Permintaan Deena
105
103 | Sebuah Penjelasan
106
104 | Gagal Lagi
107
105 | Deena Yang Berubah
108
106 | Memberi Pengertian
109
107 | Fitnah
110
108 | Terpaksa Menikah
111
109 | Terluka
112
110 | Sedikit Usaha
113
111 | Kedatangan Deena
114
112 | Perubahan Alzam
115
113 | Sebuah Kesepakatan
116
114 | Memberikan Pengertian
117
115 | Hilang
118
116 | Mencari Deena
119
117 | Membawa Pulang
120
Promo : Hasrat Tuan Majikan
121
118 | Sedikit Rasa
122
119 | Diakui
123
120 | DiHempaskan
124
121 | Bertepuk Sebelah Tangan
125
122 | Melepaskan Alzam
126
123 | Bimbang
127
124 | Bertemu Dengan Om Arya
128
125 | Menyerah
129
126 | Sisa Rasa
130
127 | Apakah Hanya Halusinasi?
131
128 | Sebuah Ungkapan
132
129 | Melani Hilang
133
130 | Malam Bersejarah
134
131 | Akhirnya ....
135
132 | Sebuah Kekhawatiran
136
133 | Kenyataan
137
134 | Menginginkan Anak
138
135 | Kritis Lagi
139
136 | Menggoda Suami
140
137 | Keajaiban
141
138 | Sebuah Kejutan
142
139 | Menjenguk Alzam
143
140 | Hamil?
144
141 | Penolakan Naura
145
142 | Positif
146
143 | Rujak
147
144 | Kedatangan Arya
148
155 | Penyesalan Arya
149
Pengumuman
150
156 | Kepulangan Alzam
151
157 | Akhir Cerita
152
Promo Novel Baru
153
Promo Novel HIDDEN BABY 2
154
Wanita Milik CEO Arogan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!