03 | Apakah Aku Kuat?

Tak terasa pernikahanku sudah berjalan tiga bulan. Tak ada yang berbeda dengan sikap mas Alzam padaku. Malah semakin hari hubungan mas Alzam dengan Aira semakin dekat. Bahkan tak ragu-ragu mas Alzam sering membawa Aira pulang ke rumah. Dan yang lebih parahnya, di depan Aira aku hanya dianggap sebagai pembantu oleh mas Alzam.

"Pagi Zahra, mas Al masih di rumah 'kan?"

Aku mendongak menatap Aira yang baru saja datang. Ku sambut kedatangannya dengan seuntai senyum yang mengembang di bibirku. "Mas Al baru saja berangkat," jawabku dengan sopan.

Aira mengangguk pelan lalu mengajakku untuk masuk. Tangannya yang menenteng beberapa papar bag langsung diserahkan kepadaku. Aku hanya bisa tersenyum tipis. Sampai kapan Aira menganggap ku pembantu. Namun, aku tak bisa berbuat apa-apa karena peringatan mas Alzam yang melarang ku untuk tak ikut campur dalam urusan pribadinya.

"Mbok Inah mana, Ra?" tanya Aira saat matanya mengedar tak menemukan sosok mbok Inah.

"Oh, mbok Inah lagi ke pasar," jawabku santai.

"Ra, lusa aku sama mas Al ada reunian ke Bandung, gimana kalau kamu bantuin aku nyari baju. Rencananya aku mau pakai yang senada dengan bajunya mas Al."

Aku tersenyum getir. Mungkin bibirku bisa tersenyum, tapi tidak dengan hatiku yang sedang remuk redam. Istri mana yang sanggup merelakan kepergian suaminya bersama dengan wanita lain.

"Tapi aku sibuk, Mbak," tolak ku pelan.

"Kamu tenang aja, kan ada mbok Inah. Nanti kalau mas Al marah biar aku yang menghadapinya." Aira tetap memaksaku meskipun aku sudah menolaknya.

Di dalam sebuah Mall, Aira membawaku ke toko baju. Tangannya lihai dalam pilih-memilih. Sedangkan aku, hanya sekedar menyentuh saja tanganku sudah bergemetar saat melihat bandrol yang menggantung. Berulang kali Aira menanyakan padaku apakah baju ini cocok dengan dirinya apa tidak.

Semua pilihan Aira aku anggukan, karena semua memang bagus dan cocok ditubuhnya.

"Ra, kamu gak terpikirkan ingin melanjutkan kuliah? Kalau kamu ada tamatan kuliah kan setidaknya kamu bisa kerja di kantoran. Gajinya pun juga lumayan besar. Kamu masih muda lho, Ra. Masa depan kamu itu masih panjang. Masa iya perempuan cantik sepertimu menjadi ART," kata Aira dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah apa yang dipikirkan oleh Aira. Apakah dia merasa tidak suka dengan keberadaan ku di rumah mas Alzam atau memang Aira sedang menasehati ku.

"Biaya kuliah mahal, Mbak."

Bukan aku tidak mau untuk melanjutkan ke jenjang kuliah. Saat ini keadaan ku sudah berbeda. Bahkan sampai saat ini tak sepeser pun aku diberi uang oleh mas Alzam untuk biaya kebutuhanku.

"Kan kamu bisa mencari beasiswa, Ra. Kalau kamu mau, aku punya kenalan disalah satu Universitas. Kalau kamu mau, aku bisa membantu mu," tawar Aira. Kali ini aku bisa melihat keseriusan dari wajah Aira.

"Kamu bisa kerja paruh waktu. Jika mas Al marah, kamu bisa panggil aku untuk menjinakkan serigala buas itu."

Aku belum bisa memberikan jawaban. Ada baiknya jika aku berdiskusi terlebih dahulu dengan mas Alzam. Biar bagaimanapun dia adalah suamiku, meskipun sikapnya tak mencerminkan sebagai seorang suami.

Cukup lama aku menemani Aira berbelanja. Kini beberapa papar bag telah ku tenteng. Miris rasanya saat Aira benar-benar percaya jika aku adalah seorang pembantu.

"Ra, makasih ya udah menemaniku berbelanja hari ini." Aira melambaikan tangan setelah menurunkan ku di depan rumah mas Alzam. Aku hanya bisa mengangguk pelan dengan membalas lambaian tangan Aira.

Sesampainya aku di dalam rumah, ku lihat mas Alzam sudah duduk di ruang tamu. Dengan mata yang tajam, mas Alzam bertanya, "Dari mana?" ketusnya.

"Aku mengantar mbak Aira berbelanja, Mas," jawabku gugup karena sorot mata mas Alzam terlihat menyeramkan.

"Apa tujuanmu mendekati Aira? Apakah kamu ingin memberitahu jika kamu adalah istriku agar Aira meninggalkan ku?" tanya mas Alzam dengan sorot mata yang menyala.

"Astaghfirullah, Mas. Meskipun aku tahu jika mbak Aira adalah tunangan mu, tapi aku tak seburuk yang kamu tuduhkan, Mas!" Dadaku yang sesak memilih meninggalkan mas Alzam yang masih menegang.

Ini adalah kali pertama aku memberanikan diri untuk berbicara dengan nada tinggi. Setelah setengah hari aku menemani tunangannya, kini aku malah mendapatkan tuduhan dari suamiku. Seharusnya aku yang marah karena dengan jelas suamiku menjalin hubungan dengan perempuan lain di depan mataku.

"Sudah ku katakan, jangan menangis! Aku benci dengan air mata!" ucap mas Alzam yang sudah berada di belakangku.

Segera ku usap jejak air mata yang baru saja tumpah. Sungguh aku tidak mengerti dengan sikap mas Alzam. Dia tidak memiliki rasa cinta, tetapi hampir setiap malam dia menjamah ku.

"Kamu harus tahu jika Aira adalah satu-satunya perempuan yang aku cintai. Jangan sedikitpun berpikir untuk mencelakai dia jika tidak ingin berurusan denganku!" tekan mas Alzam tepat ditelinga ku.

Aku tidak peduli dengan ancaman mas Alzam karena niatku tulus, meskipun hatiku perih. Selamanya aku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Aira. Bahkan dari segi keluarga, Aira-lah yang lebih unggul.

***

Hari yang telah nantikan oleh Aira pun telah tiba. Pagi ini dia sudah tiba di rumah mas Alzam dengan koper yang telah dia seret. Setelah mengucapkan salam, Aira langsung masuk dan segera memeluk tubuh mas Alzam dari belakang.

"Mas, aku rindu," ujarnya dengan mengeratkan pelukannya.

Aku dan mbok Inah segera membuang muka saat dua sejoli sedang dimabuk asmara. Tanpa memiliki rasa malu, Alzam pun segera membalikkan badan dan membalas pelukan Aira. "Aku juga sangat merindukanmu. Bagaimana, kamu sudah siap?" tanya mas Alzam pada Aira yang berada dalam dekapannya.

"Sudah dong," jawab Aira.

"Mbok Inah jaga rumah ya. Aku sama Aira hanya pergi 2 hari saja," kata mas Alzam sambil melirik kearahku.

"Tenang saja Den, pasti aman selagi ada Mbok."

Aku sama sekali tak berarti di mata mas Alzam. Percuma saja jika aku berharap bisa mengikis batu karang, jika nyatanya tenagaku tak sekuat deburan ombak di lautan.

"Ra, kami pergi dulu ya." Aira memberikan sebuah pelukan singkat kepadaku. "Kami hanya sebentar, jadi kalian tidak usah merindukan kami," ucap Aira dengan candanya.

Ku anggukan kepalaku dengan pelan sambil berkata, "Hati-hati di jalan," ucapku sambil melirik kearah mas Alzam.

Sepeninggal mereka berdua, mbok Inah langsung mendekatiku. "Non Ara yang sabar ya. Mbok tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu Non Ara. Teruslah berdoa pada Gusti Allah, semoga pintu hati den Al bisa terbuka lebar," ucap mbok Inah yang berusaha untuk menguatkan hatiku.

"Iya Mbok, aku pasti bisa melewati semua ini," jawabku dengan berat. Padahal aku sendiri tidak yakin apakah aku bisa melewati semua ini dengan kuat.

...~BERSAMBUNG~...

MON MAAF JIKA MASIH BANYAK TYPO BELUM SEMPAT EDIT. HUJAN DERAS, SINYAL ILANG-ILANG TIMBUL.

Terpopuler

Comments

Surati

Surati

mas Al egois.... kok gk ngasih yang nafkah, biar uang tersebut dipake Ara utk menebus utang ibunya ka kamu

2023-02-04

0

Santi Liana

Santi Liana

berharap alzam nyesel😭😭

2022-11-04

2

Bidan Simba

Bidan Simba

Sebagai org mencegah kebawa mungkin Pasrah jalan yg tepat tp harus juga optimis... semoga Kamu bisa setelah Ini kamu bujuk ayra untuk bisa kuliah dan kerja harus mandiri... menebung dan jika waktunya kamu pergi saja .. bhgiakan diri itu juga kewajiban...

2022-10-20

1

lihat semua
Episodes
1 01 | Istri Yang Tak Dianggap
2 02 | Dinginnya Suamiku
3 03 | Apakah Aku Kuat?
4 04 | Ingin Menikahi Aira
5 05 | Ibu Pindah
6 06 | Kepulangan Mas Alzam
7 07 | Kedatangan Aira
8 08 | Tawaran Aira
9 09 | Mas Alzam Pulang
10 10 | Keputusan Mas Alzam
11 11 | Aku Yang Menyerah
12 12 | Bertemu dengan Arkanna
13 13 | Pergi Bersama Kanna
14 14 | Bertemu Dengan Mas Alzam
15 15 | Permintaan Mas Alzam
16 16 | Aku Hamil
17 17 | Rumah Baru
18 18 | Simpanan Suamiku
19 19 | Memanfaatkan Zahra
20 20 | Kedatangan Pak RT
21 21 | Sebuah Alasan
22 22 | Terbongkar
23 23 | Menunggu Mas Alzam
24 24 | Pengakuan Mas Alzam
25 25 | Keputusanku
26 26 | Rencanaku
27 27 | Kepergianku
28 28 | Keadaan Aira
29 29 | Apakah Aku Egois?
30 30 | Dikerjai Deena
31 31 | Akhirnya Kembali
32 32 | Tidur Bersama
33 33 | Meminta Jatah
34 34 | Bertemu Alzam
35 35 | Sesal
36 36 | Bisikan Kanna
37 37 | Zahra Yang Penasaran
38 38 | Pertemuan Tak Sengaja
39 39 | Dia Bukan Hantu!
40 40 | Adik Untuk Deena
41 41 | Salah Masuk
42 42 | Rencana Alzam
43 43 | Kekhawatiran Zahra
44 44 | Sebuah Kecelakaan
45 45 | Pria Asing
46 46 | Kedatangan Alzam
47 47 | Dia Lagi
48 48 | Merebut Deena
49 49 | Belum Juga menemukan Deena
50 50 | Telat
51 51 | Titik Terang
52 52 | Prasangka
53 53 | Kembalikan Deena!
54 54 | Saran Dokter
55 55 | Dibawa Ke Gudang
56 56 | Berita Buruk
57 57 | Kejamnya Takdir
58 58 | Liburan
59 59 | Kejutan
60 60 | Pilihan Berat
61 61 | Jangan Sentuh Aku!
62 62 | Alzam Yang Pamaksa
63 63 | Apakah Ini Kenyataan?
64 64 | Calon Istri
65 65 | Rencana Selanjutnya
66 66 | Menghajar Alzam
67 67 | Membawa Ke Neraka
68 68 | Menagih Janji
69 69 | Menara Eiffel
70 70 | Menyadari
71 71 | Mandi Lagi
72 72 | Sebuah Firasat
73 73 | Kritis
74 74 | Pulang ke Indonesia
75 75 | Berita Duka
76 76 | Gila Harta
77 77 | Mempercayai Deena.
78 78 | Deena Diculik
79 79 | Kemarahan Kanna
80 80 | Luka Sayatan
81 81 | Menghilang
82 82 | USG
83 83 | Kejutan
84 84 | Penjelasan Dokter
85 85 | Hadiah Alzam
86 86 | Kembalinya Alzam
87 87 | Kritis
88 88 | Penjelasan Alzam
89 89 | Hancur
90 90 | Mimpi Buruk
91 91 | Hari Yang Baru
92 92 | Prasangka
93 93 | Salah Paham
94 Promo Novel Baru
95 94 | Luluh
96 95 | Merindukan Deena
97 96 | Deena Pulang
98 Promo Novel : Belenggu Masa Lalu
99 97 | Bertemu Dengan Melani
100 98 | Mogok
101 99 | Pertemuan
102 100 | Masuk Rumah Sakit
103 101 | Patah Hati
104 102 | Permintaan Deena
105 103 | Sebuah Penjelasan
106 104 | Gagal Lagi
107 105 | Deena Yang Berubah
108 106 | Memberi Pengertian
109 107 | Fitnah
110 108 | Terpaksa Menikah
111 109 | Terluka
112 110 | Sedikit Usaha
113 111 | Kedatangan Deena
114 112 | Perubahan Alzam
115 113 | Sebuah Kesepakatan
116 114 | Memberikan Pengertian
117 115 | Hilang
118 116 | Mencari Deena
119 117 | Membawa Pulang
120 Promo : Hasrat Tuan Majikan
121 118 | Sedikit Rasa
122 119 | Diakui
123 120 | DiHempaskan
124 121 | Bertepuk Sebelah Tangan
125 122 | Melepaskan Alzam
126 123 | Bimbang
127 124 | Bertemu Dengan Om Arya
128 125 | Menyerah
129 126 | Sisa Rasa
130 127 | Apakah Hanya Halusinasi?
131 128 | Sebuah Ungkapan
132 129 | Melani Hilang
133 130 | Malam Bersejarah
134 131 | Akhirnya ....
135 132 | Sebuah Kekhawatiran
136 133 | Kenyataan
137 134 | Menginginkan Anak
138 135 | Kritis Lagi
139 136 | Menggoda Suami
140 137 | Keajaiban
141 138 | Sebuah Kejutan
142 139 | Menjenguk Alzam
143 140 | Hamil?
144 141 | Penolakan Naura
145 142 | Positif
146 143 | Rujak
147 144 | Kedatangan Arya
148 155 | Penyesalan Arya
149 Pengumuman
150 156 | Kepulangan Alzam
151 157 | Akhir Cerita
152 Promo Novel Baru
153 Promo Novel HIDDEN BABY 2
154 Wanita Milik CEO Arogan
Episodes

Updated 154 Episodes

1
01 | Istri Yang Tak Dianggap
2
02 | Dinginnya Suamiku
3
03 | Apakah Aku Kuat?
4
04 | Ingin Menikahi Aira
5
05 | Ibu Pindah
6
06 | Kepulangan Mas Alzam
7
07 | Kedatangan Aira
8
08 | Tawaran Aira
9
09 | Mas Alzam Pulang
10
10 | Keputusan Mas Alzam
11
11 | Aku Yang Menyerah
12
12 | Bertemu dengan Arkanna
13
13 | Pergi Bersama Kanna
14
14 | Bertemu Dengan Mas Alzam
15
15 | Permintaan Mas Alzam
16
16 | Aku Hamil
17
17 | Rumah Baru
18
18 | Simpanan Suamiku
19
19 | Memanfaatkan Zahra
20
20 | Kedatangan Pak RT
21
21 | Sebuah Alasan
22
22 | Terbongkar
23
23 | Menunggu Mas Alzam
24
24 | Pengakuan Mas Alzam
25
25 | Keputusanku
26
26 | Rencanaku
27
27 | Kepergianku
28
28 | Keadaan Aira
29
29 | Apakah Aku Egois?
30
30 | Dikerjai Deena
31
31 | Akhirnya Kembali
32
32 | Tidur Bersama
33
33 | Meminta Jatah
34
34 | Bertemu Alzam
35
35 | Sesal
36
36 | Bisikan Kanna
37
37 | Zahra Yang Penasaran
38
38 | Pertemuan Tak Sengaja
39
39 | Dia Bukan Hantu!
40
40 | Adik Untuk Deena
41
41 | Salah Masuk
42
42 | Rencana Alzam
43
43 | Kekhawatiran Zahra
44
44 | Sebuah Kecelakaan
45
45 | Pria Asing
46
46 | Kedatangan Alzam
47
47 | Dia Lagi
48
48 | Merebut Deena
49
49 | Belum Juga menemukan Deena
50
50 | Telat
51
51 | Titik Terang
52
52 | Prasangka
53
53 | Kembalikan Deena!
54
54 | Saran Dokter
55
55 | Dibawa Ke Gudang
56
56 | Berita Buruk
57
57 | Kejamnya Takdir
58
58 | Liburan
59
59 | Kejutan
60
60 | Pilihan Berat
61
61 | Jangan Sentuh Aku!
62
62 | Alzam Yang Pamaksa
63
63 | Apakah Ini Kenyataan?
64
64 | Calon Istri
65
65 | Rencana Selanjutnya
66
66 | Menghajar Alzam
67
67 | Membawa Ke Neraka
68
68 | Menagih Janji
69
69 | Menara Eiffel
70
70 | Menyadari
71
71 | Mandi Lagi
72
72 | Sebuah Firasat
73
73 | Kritis
74
74 | Pulang ke Indonesia
75
75 | Berita Duka
76
76 | Gila Harta
77
77 | Mempercayai Deena.
78
78 | Deena Diculik
79
79 | Kemarahan Kanna
80
80 | Luka Sayatan
81
81 | Menghilang
82
82 | USG
83
83 | Kejutan
84
84 | Penjelasan Dokter
85
85 | Hadiah Alzam
86
86 | Kembalinya Alzam
87
87 | Kritis
88
88 | Penjelasan Alzam
89
89 | Hancur
90
90 | Mimpi Buruk
91
91 | Hari Yang Baru
92
92 | Prasangka
93
93 | Salah Paham
94
Promo Novel Baru
95
94 | Luluh
96
95 | Merindukan Deena
97
96 | Deena Pulang
98
Promo Novel : Belenggu Masa Lalu
99
97 | Bertemu Dengan Melani
100
98 | Mogok
101
99 | Pertemuan
102
100 | Masuk Rumah Sakit
103
101 | Patah Hati
104
102 | Permintaan Deena
105
103 | Sebuah Penjelasan
106
104 | Gagal Lagi
107
105 | Deena Yang Berubah
108
106 | Memberi Pengertian
109
107 | Fitnah
110
108 | Terpaksa Menikah
111
109 | Terluka
112
110 | Sedikit Usaha
113
111 | Kedatangan Deena
114
112 | Perubahan Alzam
115
113 | Sebuah Kesepakatan
116
114 | Memberikan Pengertian
117
115 | Hilang
118
116 | Mencari Deena
119
117 | Membawa Pulang
120
Promo : Hasrat Tuan Majikan
121
118 | Sedikit Rasa
122
119 | Diakui
123
120 | DiHempaskan
124
121 | Bertepuk Sebelah Tangan
125
122 | Melepaskan Alzam
126
123 | Bimbang
127
124 | Bertemu Dengan Om Arya
128
125 | Menyerah
129
126 | Sisa Rasa
130
127 | Apakah Hanya Halusinasi?
131
128 | Sebuah Ungkapan
132
129 | Melani Hilang
133
130 | Malam Bersejarah
134
131 | Akhirnya ....
135
132 | Sebuah Kekhawatiran
136
133 | Kenyataan
137
134 | Menginginkan Anak
138
135 | Kritis Lagi
139
136 | Menggoda Suami
140
137 | Keajaiban
141
138 | Sebuah Kejutan
142
139 | Menjenguk Alzam
143
140 | Hamil?
144
141 | Penolakan Naura
145
142 | Positif
146
143 | Rujak
147
144 | Kedatangan Arya
148
155 | Penyesalan Arya
149
Pengumuman
150
156 | Kepulangan Alzam
151
157 | Akhir Cerita
152
Promo Novel Baru
153
Promo Novel HIDDEN BABY 2
154
Wanita Milik CEO Arogan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!