12 | Bertemu dengan Arkanna

...Menangislah jika memang itu perlu. Karena tangisan bukan jaminan kelemahan seseorang. Terkadang tangisan bisa menjadi sahabatmu dalam kesusahan. Memendam rasa sakit hanya akan membuatmu tersiksa...

...***...

Sudah cukup Air mata ini aku keluarkan, karena hanya sia-sia saja. Nyatanya mas Alzam tak bisa menghentikan langkahku untuk meninggalkan rumahnya.

Pagi ini setelah ku tunaikan kewajiban sholat subuh, aku segera meninggalkan kamar yang baru aku tempati malam tadi. Tak lupa ku tinggalkan sepucuk surat diatas nakas, berharap jika mas Alzam yang menemukan surat ini. Aku sengaja tak memberitahukan kepergian ku secara langsung, tetapi seharusnya mas Alzam peka dengan penjelasan ku tadi malam.

Lebih baik pergi daripada batinku semakin tersiksa.

Saat ini belum terbesit dalam hati akan kemana kaki ini melangkah. Aku tak punya tujuan. Apalagi berada di tengah-tengah kota metropolitan seperti ini. Bahkan satu orang pun tak ada yang aku kenali.

Karena masih begitu pagi aku pergi, aku belum sempat sarapan. Perutku sudah melilit untuk meminta jatahnya. Beruntung masih ada sisa uang dari hasil jualan kue beberapa hari yang lalu. Saat ini aku harus bisa bertahan dengan sisa uang yang kumiliki. Kartu ATM yang pernah diberikan mas Alzam pun ku tinggalkan di samping surat.

"Mau kemana, Neng," tanya supir taksi yang sekilas melirik kearah ku. Aku tak bisa memberikan jawaban cepat kepada Pak sopir, karena aku sendiri juga tidak tahu akan pergi kemana.

"Neng," panggil Pak sopir lagi.

"Sebenarnya saya tidak punya tujuan mau ke mana Pak. Saya hanya sedang ingin menenangkan diri," ujar ku.

Sekilas, Pak sopir melirik ku dari kaca spionnya. "Neng lagi kabur?" tanyanya lagi.

Aku hanya bisa tersenyum getir karena aku juga tidak tahu apakah perbuatan ku ini bisa dibilang kabur. "Yah, namanya juga orang hidup pasti akan ada masalah yang datang, kecuali kalau udah meninggal," katanya lagi.

Aku tidak tahu akan dibawa ke mana. Pak sopir itu terus mengemudikan mobilnya meskipun aku tidak mempunyai tujuan.

"Lagi ada masalah sama keluarga ya?"

Lagi-lagi aku hanya menarik tipis garis bibirku.

"Kalau Neng mau, Neng bisa tinggal di rumah bapak. Kebetulan istri bapak sedang butuh tenaga untuk membantunya berjualan di kantin. Gimana, Neng?"

Mataku membulat lebar. Tak ku sangka jika akan ada orang baik yang mau menolongku, padahal kami tidak saling mengenal. Dengan anggukan cepat, aku menyetujui tawaran dari Pak sopir.

"Iya, Pak. Saya mau," ucapku dengan penuh kegirangan.

"Ya sudah kalau begitu kita putar balik. Kontrakan bapak ada di dekat sebuah kampus. Ngomong-ngomong, nama Neng siapa?"

"Saya Zahra, Pak. Tapi sering dipanggil Ara," jelas ku.

Pak sabar itu mengangguk pelan. "Panggil saja aku pak Aji," timpal Pak sopir itu.

Tidak membutuhkan waktu lama kini, Pak Aji telah membawaku ke rumah kontrakannya. Aku sangat terkejut karena ternyata kontrakan rumah Pak Aji berdekatan dengan salah satu Universitas terbaik di kota ini. Bahkan itu adalah salah satu Universitas impianku sejak aku duduk di bangku SMP.

"Istri Pak Aji berjualan di kantin kampus itu Pak," tanya aku dengan jari telunjuk yang mengarah ke kampus yang ada di depan.

"Iya, Neng. Istri bapak sudah lama berjualan di sana. Bahkan anak bapak juga kuliah di sana, tapi sekarang dia melanjutkan S2 nya ke luar Negeri," jelasnya.

Hatiku sedikit terhibur dengan penjelasan Pak Aji. Mungkin dengan cara seperti ini aku bisa mencari beasiswa untuk bisa masuk ke Universitas ini. Dalam hati aku berjanji tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang sudah ada di depan mata aku.

Pov Author

Alzam terkejut setelah membaca sebuah surat yang ditinggalkan oleh Zahra. Tatapan matanya kosong saat mengingat kata-kata Zahra malam tadi jika. Tak disangka jika Zahra bisa senekat itu.

"Mas Al. Aku cariin ternyata di sini," kata Aira yang melihat Alzam tengah duduk di tepian ranjang. Dengan cepat Alzam menyembunyikan sebuah kertas yang baru saja dia baca. Dia tidak ingin Aira mengetahui apa yang sedang terjadi.

"Zahra ke mana ya? Pergi kok nggak bilang-bilang," kata Aira yang merasa putus asa untuk mencari Zahra.

"Aku baru dapat pesan, ternyata Zahra pulang ke kampung. Keluarganya sedang sakit keras makanya dia tidak sempat untuk membangunkan kita dari pagi," kilah Alzam.

"Ya ampun Mas, kasihan banget Zahra. Kalau tahu kan aku bisa titipkan biaya pengobatan untuk keluarganya," kata Aira dengan ketulusannya.

Alzam tak bergeming menatap istrinya yang begitu sangat khawatirkan keadaan Zahra. Sedangkan dirinya sebagai seorang suami tega membiarkan sejarah pergi begitu saja.

Dua pilihan yang sulit untuk dipertahankan. Antara cinta dan tanggung jawab. Alzam tak bisa melepaskan cintanya pada Aira dan juga tak bisa melepaskan tanggung jawabnya pada Zahra yang sudah dia ambil dari ibunya.

Memang tak seharusnya Alzam melampiaskan kekecewaannya pada ibu Zahra. Yang mempunyai sangkut-pahut adalah dia dengan ibunya, bukan dengan Zahra.

"Kok masih bengong disini sih, Mas? Ayo hubungi Zahra!"

"Kamu yang tenang nanti jatuh sakit lagi. Sekarang aku yang akan mengurus Zahra." Alzam kemudian membawa tubuh Aira untuk keluar dari kamar Zahra. Kali ini hatinya benar-benar kalut. Dia tidak tahu kemana perginya Zahra di tengah-tengah kota metropolitan seperti ini.

Kembali Pov Zahra

Kedatanganku disambut ramah oleh istrinya pak Aji yang bernama Bu Endang. Dia sangat baik dan ramah. Bahkan untuk sementara waktu aku diizinkan untuk tinggal bersama dengan mereka. Sungguh sebuah anugerah tak terduga, padahal kami baru saja mengenalnya.

"Neng Ara udah siap?" tanya buk Endang yang melihatku sudah siap. Hari ini adalah hari pertamaku untuk membantu Bu Endang berjualan di kampus.

"Udah dong, Bu," jawabku mantap yang kemudian mengikuti langkah Bu Endang meninggalkan rumah kontrakannya.

Tak berselang lama, kami berdua pun telah sampai di gedung kampus. Karena hari masih terlalu pagi, belum ada mahasiswa yang datang dan ini adalah kesempatan kami untuk menyiapkan dagangan kami. Aku tak menyangka jika bisa menginjakkan kaki di sebuah kampus impian, meskipun hanya sebagai pelayan di kantin.

"Neng, biasanya kalau jam 9 itu puncaknya keramaian kantin ini. Jadi sebelum jam 9, semua harus sudah ditata dan disiapkan ya!" jelas Bu Endang.

"Siap, Bu," jawabku antusias.

Ku lakukan apa yang menjadi tugas, mulai dari menyapu, mengelap meja dan kursi serta menata perlengkapan lainnya. Tak ku sangka, satu, dua orang mahasiswa telah mengunjungi kantin.

"Pesan apa, Mas?" tanyaku ramah kepada seorang mahasiswa yang sudah duduk di sebuah meja. Namun, tubuhku harus membeku saat ku lihat wajah yang sedang menatapku tanpa berkedip.

"Mas Kanna." Ku ucapkan nama Mas Kanna, anak Bu Yeni yang sempat mengantarkanku beberapa waktu yang lalu. Mas Kanna pun tak kalah terkejut saat melihatku dengan celemek yang ku kenakan.

"Ara," lirihnya.

Terpopuler

Comments

Surati

Surati

yeaayyyy lepas dari kandang buaya.....senangat Ara menjemput masa depanmu. yuhuiiiiii

2023-02-04

0

Benazier Jasmine

Benazier Jasmine

semoga zahra bs berjodoh dg arkana, g rela zahra balik alzam sdh sangat menyakiti zahra

2022-11-05

0

Santi Liana

Santi Liana

semoga Kana TDK membocor kn keberadaan ara

2022-11-04

1

lihat semua
Episodes
1 01 | Istri Yang Tak Dianggap
2 02 | Dinginnya Suamiku
3 03 | Apakah Aku Kuat?
4 04 | Ingin Menikahi Aira
5 05 | Ibu Pindah
6 06 | Kepulangan Mas Alzam
7 07 | Kedatangan Aira
8 08 | Tawaran Aira
9 09 | Mas Alzam Pulang
10 10 | Keputusan Mas Alzam
11 11 | Aku Yang Menyerah
12 12 | Bertemu dengan Arkanna
13 13 | Pergi Bersama Kanna
14 14 | Bertemu Dengan Mas Alzam
15 15 | Permintaan Mas Alzam
16 16 | Aku Hamil
17 17 | Rumah Baru
18 18 | Simpanan Suamiku
19 19 | Memanfaatkan Zahra
20 20 | Kedatangan Pak RT
21 21 | Sebuah Alasan
22 22 | Terbongkar
23 23 | Menunggu Mas Alzam
24 24 | Pengakuan Mas Alzam
25 25 | Keputusanku
26 26 | Rencanaku
27 27 | Kepergianku
28 28 | Keadaan Aira
29 29 | Apakah Aku Egois?
30 30 | Dikerjai Deena
31 31 | Akhirnya Kembali
32 32 | Tidur Bersama
33 33 | Meminta Jatah
34 34 | Bertemu Alzam
35 35 | Sesal
36 36 | Bisikan Kanna
37 37 | Zahra Yang Penasaran
38 38 | Pertemuan Tak Sengaja
39 39 | Dia Bukan Hantu!
40 40 | Adik Untuk Deena
41 41 | Salah Masuk
42 42 | Rencana Alzam
43 43 | Kekhawatiran Zahra
44 44 | Sebuah Kecelakaan
45 45 | Pria Asing
46 46 | Kedatangan Alzam
47 47 | Dia Lagi
48 48 | Merebut Deena
49 49 | Belum Juga menemukan Deena
50 50 | Telat
51 51 | Titik Terang
52 52 | Prasangka
53 53 | Kembalikan Deena!
54 54 | Saran Dokter
55 55 | Dibawa Ke Gudang
56 56 | Berita Buruk
57 57 | Kejamnya Takdir
58 58 | Liburan
59 59 | Kejutan
60 60 | Pilihan Berat
61 61 | Jangan Sentuh Aku!
62 62 | Alzam Yang Pamaksa
63 63 | Apakah Ini Kenyataan?
64 64 | Calon Istri
65 65 | Rencana Selanjutnya
66 66 | Menghajar Alzam
67 67 | Membawa Ke Neraka
68 68 | Menagih Janji
69 69 | Menara Eiffel
70 70 | Menyadari
71 71 | Mandi Lagi
72 72 | Sebuah Firasat
73 73 | Kritis
74 74 | Pulang ke Indonesia
75 75 | Berita Duka
76 76 | Gila Harta
77 77 | Mempercayai Deena.
78 78 | Deena Diculik
79 79 | Kemarahan Kanna
80 80 | Luka Sayatan
81 81 | Menghilang
82 82 | USG
83 83 | Kejutan
84 84 | Penjelasan Dokter
85 85 | Hadiah Alzam
86 86 | Kembalinya Alzam
87 87 | Kritis
88 88 | Penjelasan Alzam
89 89 | Hancur
90 90 | Mimpi Buruk
91 91 | Hari Yang Baru
92 92 | Prasangka
93 93 | Salah Paham
94 Promo Novel Baru
95 94 | Luluh
96 95 | Merindukan Deena
97 96 | Deena Pulang
98 Promo Novel : Belenggu Masa Lalu
99 97 | Bertemu Dengan Melani
100 98 | Mogok
101 99 | Pertemuan
102 100 | Masuk Rumah Sakit
103 101 | Patah Hati
104 102 | Permintaan Deena
105 103 | Sebuah Penjelasan
106 104 | Gagal Lagi
107 105 | Deena Yang Berubah
108 106 | Memberi Pengertian
109 107 | Fitnah
110 108 | Terpaksa Menikah
111 109 | Terluka
112 110 | Sedikit Usaha
113 111 | Kedatangan Deena
114 112 | Perubahan Alzam
115 113 | Sebuah Kesepakatan
116 114 | Memberikan Pengertian
117 115 | Hilang
118 116 | Mencari Deena
119 117 | Membawa Pulang
120 Promo : Hasrat Tuan Majikan
121 118 | Sedikit Rasa
122 119 | Diakui
123 120 | DiHempaskan
124 121 | Bertepuk Sebelah Tangan
125 122 | Melepaskan Alzam
126 123 | Bimbang
127 124 | Bertemu Dengan Om Arya
128 125 | Menyerah
129 126 | Sisa Rasa
130 127 | Apakah Hanya Halusinasi?
131 128 | Sebuah Ungkapan
132 129 | Melani Hilang
133 130 | Malam Bersejarah
134 131 | Akhirnya ....
135 132 | Sebuah Kekhawatiran
136 133 | Kenyataan
137 134 | Menginginkan Anak
138 135 | Kritis Lagi
139 136 | Menggoda Suami
140 137 | Keajaiban
141 138 | Sebuah Kejutan
142 139 | Menjenguk Alzam
143 140 | Hamil?
144 141 | Penolakan Naura
145 142 | Positif
146 143 | Rujak
147 144 | Kedatangan Arya
148 155 | Penyesalan Arya
149 Pengumuman
150 156 | Kepulangan Alzam
151 157 | Akhir Cerita
152 Promo Novel Baru
153 Promo Novel HIDDEN BABY 2
154 Wanita Milik CEO Arogan
Episodes

Updated 154 Episodes

1
01 | Istri Yang Tak Dianggap
2
02 | Dinginnya Suamiku
3
03 | Apakah Aku Kuat?
4
04 | Ingin Menikahi Aira
5
05 | Ibu Pindah
6
06 | Kepulangan Mas Alzam
7
07 | Kedatangan Aira
8
08 | Tawaran Aira
9
09 | Mas Alzam Pulang
10
10 | Keputusan Mas Alzam
11
11 | Aku Yang Menyerah
12
12 | Bertemu dengan Arkanna
13
13 | Pergi Bersama Kanna
14
14 | Bertemu Dengan Mas Alzam
15
15 | Permintaan Mas Alzam
16
16 | Aku Hamil
17
17 | Rumah Baru
18
18 | Simpanan Suamiku
19
19 | Memanfaatkan Zahra
20
20 | Kedatangan Pak RT
21
21 | Sebuah Alasan
22
22 | Terbongkar
23
23 | Menunggu Mas Alzam
24
24 | Pengakuan Mas Alzam
25
25 | Keputusanku
26
26 | Rencanaku
27
27 | Kepergianku
28
28 | Keadaan Aira
29
29 | Apakah Aku Egois?
30
30 | Dikerjai Deena
31
31 | Akhirnya Kembali
32
32 | Tidur Bersama
33
33 | Meminta Jatah
34
34 | Bertemu Alzam
35
35 | Sesal
36
36 | Bisikan Kanna
37
37 | Zahra Yang Penasaran
38
38 | Pertemuan Tak Sengaja
39
39 | Dia Bukan Hantu!
40
40 | Adik Untuk Deena
41
41 | Salah Masuk
42
42 | Rencana Alzam
43
43 | Kekhawatiran Zahra
44
44 | Sebuah Kecelakaan
45
45 | Pria Asing
46
46 | Kedatangan Alzam
47
47 | Dia Lagi
48
48 | Merebut Deena
49
49 | Belum Juga menemukan Deena
50
50 | Telat
51
51 | Titik Terang
52
52 | Prasangka
53
53 | Kembalikan Deena!
54
54 | Saran Dokter
55
55 | Dibawa Ke Gudang
56
56 | Berita Buruk
57
57 | Kejamnya Takdir
58
58 | Liburan
59
59 | Kejutan
60
60 | Pilihan Berat
61
61 | Jangan Sentuh Aku!
62
62 | Alzam Yang Pamaksa
63
63 | Apakah Ini Kenyataan?
64
64 | Calon Istri
65
65 | Rencana Selanjutnya
66
66 | Menghajar Alzam
67
67 | Membawa Ke Neraka
68
68 | Menagih Janji
69
69 | Menara Eiffel
70
70 | Menyadari
71
71 | Mandi Lagi
72
72 | Sebuah Firasat
73
73 | Kritis
74
74 | Pulang ke Indonesia
75
75 | Berita Duka
76
76 | Gila Harta
77
77 | Mempercayai Deena.
78
78 | Deena Diculik
79
79 | Kemarahan Kanna
80
80 | Luka Sayatan
81
81 | Menghilang
82
82 | USG
83
83 | Kejutan
84
84 | Penjelasan Dokter
85
85 | Hadiah Alzam
86
86 | Kembalinya Alzam
87
87 | Kritis
88
88 | Penjelasan Alzam
89
89 | Hancur
90
90 | Mimpi Buruk
91
91 | Hari Yang Baru
92
92 | Prasangka
93
93 | Salah Paham
94
Promo Novel Baru
95
94 | Luluh
96
95 | Merindukan Deena
97
96 | Deena Pulang
98
Promo Novel : Belenggu Masa Lalu
99
97 | Bertemu Dengan Melani
100
98 | Mogok
101
99 | Pertemuan
102
100 | Masuk Rumah Sakit
103
101 | Patah Hati
104
102 | Permintaan Deena
105
103 | Sebuah Penjelasan
106
104 | Gagal Lagi
107
105 | Deena Yang Berubah
108
106 | Memberi Pengertian
109
107 | Fitnah
110
108 | Terpaksa Menikah
111
109 | Terluka
112
110 | Sedikit Usaha
113
111 | Kedatangan Deena
114
112 | Perubahan Alzam
115
113 | Sebuah Kesepakatan
116
114 | Memberikan Pengertian
117
115 | Hilang
118
116 | Mencari Deena
119
117 | Membawa Pulang
120
Promo : Hasrat Tuan Majikan
121
118 | Sedikit Rasa
122
119 | Diakui
123
120 | DiHempaskan
124
121 | Bertepuk Sebelah Tangan
125
122 | Melepaskan Alzam
126
123 | Bimbang
127
124 | Bertemu Dengan Om Arya
128
125 | Menyerah
129
126 | Sisa Rasa
130
127 | Apakah Hanya Halusinasi?
131
128 | Sebuah Ungkapan
132
129 | Melani Hilang
133
130 | Malam Bersejarah
134
131 | Akhirnya ....
135
132 | Sebuah Kekhawatiran
136
133 | Kenyataan
137
134 | Menginginkan Anak
138
135 | Kritis Lagi
139
136 | Menggoda Suami
140
137 | Keajaiban
141
138 | Sebuah Kejutan
142
139 | Menjenguk Alzam
143
140 | Hamil?
144
141 | Penolakan Naura
145
142 | Positif
146
143 | Rujak
147
144 | Kedatangan Arya
148
155 | Penyesalan Arya
149
Pengumuman
150
156 | Kepulangan Alzam
151
157 | Akhir Cerita
152
Promo Novel Baru
153
Promo Novel HIDDEN BABY 2
154
Wanita Milik CEO Arogan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!