Magical Trader
BANGUNAN dua lantai yang berusia sudah tua itu seperti menggigil saat hujan deras. Belum lagi di tambah udara dingin dari AC, membuat ruangan seperti di dalam lemari es berukuran besar. Jika bukan karena pekerjaan, tiga orang yang berada di dalam sana memilih turun ke lantai satu untuk sekadar menstabilkan suhu tubuh mereka.
Tak sembarang orang diijinkan naik ke lantai atas. Di sanalah Dian Hartanto menyimpan tiga puluh unit komputer mining rig berteknologi tinggi untuk menambang koin kripto.
Tiga orang itu adalah orang-orang kepercayaan Dian Hartanto untuk mengawasi semua peralatan agar tetap stabil. Dari sepuluh orang karyawan yang ia pekerjakan, tujuh orang sisanya bekerja di lantai bawah. Mereka adalah para analis, tim IT dan keuangan.
Selain menjalankan bisnis penambangan kripto, Dian Hartanto juga harus menjalankan perannya sebagai trader. Ia perlu memiliki karyawan untuk membantunya melakukan pekerjaan teknis dan memastikan semuanya akan baik-baik saja. Bagi Dian Hartanto, semuanya perlu dilakukan demi profesionalitas. Setiap hari ia harus berjibaku memutar uang para investor yang jumlahnya miliran rupiah dan mengatur pembagian keuntungan setiap bulannya.
Dari semua tadi, ada satu orang pekerja baru yang memiliki akses untuk bisa berada di lantai 1 dan 2. Dia adalah Dennis Candra. Seorang pemuda berusia 30 tahun bertubuh kurus. Dia memiliki keahlian sebagai programer dan membuat analisa pasar perdagangan koin kripto.
Kehadirannya membuat para pekerja heran. Tak seharusnya orang baru diberikan akses sebebas itu. “Bagaimana kalau dia melakukan sabotase atau diam-diam memasang keylogger?” ucap salah seorang saat melihat bos mereka mengajak Dennis ke lantai atas.
“Paling cuma dukun dadakan modal nyolong ramalan dari telegram?” timpal seorang analis yang tak terima saat bos mereka memberitahukan Dennis pintar membuat analisa. Sebutan dukun kerap digunakan kepada orang-orang yang sok pintar menebak harga koin kripto tanpa standar yang jelas.
Dennis maklum jika ada orang yang meragukan kemampuannya. Ia tetap bekerja seperti biasa, membuat aplikasi dan hanya naik ke lantai 2 jika diminta Dian Hartanto. Sementara di lantai 1, Dennis mengisi ruang bagian belakang kantor yang masih kosong.
Ruangan itu tersekat oleh dua pintu. Satu terhubung ke bagian dalam kantor, dan satunya langsung ke halaman belakang. Di sana, ada bangunan rumah kosong berukuran kecil. Di sampingnya terdapat sumur tua yang sudah tidak difungsikan. Para karyawan hampir tak pernah menyinggahi rumah kosong itu dan hanya dijadikan gudang perangkat komputer yang sudah rusak dan barang-barang yang tak lagi digunakan.
Dian Hartanto sempat tak setuju jika Dennis ingin menempati rumah kayu itu. Kondisinya tidak layak meski jauh lebih luas ketimbang kos tempat Dennis tinggal. Namun Dennis memaksa dan menolak fasilitas rumah kontrakan dari bosnya.
Di rumah kosong itulah Dennis tinggal sampai akhirnya peristiwa mengerikan terjadi. Di luar hujan sangat deras. Beberapa kali suara petir terdengar menggelegar. Di dalam rumah, Dennis sedang sibuk memperbaiki beberapa komputer rusak. Lumayan jika bisa digunakan, pikirnya. Tak lama kemudian, Dennis berteriak sangat nyaring. Suaranya terdengar oleh orang-orang yang berada di lantai 1.
Dennis terkena sengatan aliran listrik akibat petir menyambar sumur tua di samping rumah. Tubuh Dennis terpental sejauh tiga meter membentur dinding. Tangannya tak bisa digerakkan. Kepalanya sakit akibat benturan. Ia bahkan sempat beberapa detik tak bisa menarik napas.
Salah seorang karyawan di lantai 1 langsung memeriksa bagian belakang dan menemukan Dennis sudah tergeletak pingsan. Tanpa pikir panjang, Dennis dilarikan ke rumah sakit. Dari hasil rontgen, tak ada masalah dengan tubuh Dennis. Ia hanya perlu menunggu sampai efek kejut yang mempengaruhi otot tubuhnya berangsur hilang.
Meski dokter mengijinkannya untuk pulang, Dennis tak pernah benar-benar sembuh. Sumber listrik akibat petir itu seperti bersarang di dalam tubuhnya. Setiap kali hujan datang, semua yang ia sentuh akan merasakan muatan listrik mengalir dari dalam tubuhnya.
Dian Hartanto tak percaya dengan cerita Dennis, Kelainan semacam itu hanya terjadi dalam dunia fiksi. Semua pilem-pilem seperti Avatar, Doctor Strange, Harry Potter, Lord of the Ring dan masih banyak lainnya, cuma imajinasi dalam dunia fiksi belaka.
Namun Dian Hartanto langsung tersentak saat memegang pergelangan tangan Dennis. Tubuhnya langsung kesetrum. Ia semakin bingung ketika Dennis menceritakan yang terjadi.
“Aku bisa mengetahui semua isi komputer, ponsel dan pikiranmu hanya dengan menyentuhkan jari. Semua terekam di otakku. Bahkan, aku bisa melihatnya dengan jelas,” ucap Dennis disusul dengan keanehan yang membuat mereka ketakutan. Rumah mendadak menjadi gaduh. Benda-benda di sekitar mereka seperti ada yang melemparkannya ke dinding. Obeng, sendok, baut saling beterbangan mengitari kepala mereka.
Sejak itu Dennis tidak lagi menghuni rumah di belakang kantornya. Ia menghilang. Namanya dicoret sebagai karyawan kantor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
REY ASMODEUS
wihhhhh mantap.........
2022-11-06
0
AYU
bagus ceritanya
2022-10-24
0
Nisa Deeba
nyimak
2022-10-24
0