NovelToon NovelToon

Magical Trader

BAB 1

BANGUNAN dua lantai yang berusia sudah tua itu seperti menggigil saat hujan deras. Belum lagi di tambah udara dingin dari AC, membuat ruangan seperti di dalam lemari es berukuran besar. Jika bukan karena pekerjaan, tiga orang yang berada di dalam sana memilih turun ke lantai satu untuk sekadar menstabilkan suhu tubuh mereka.

Tak sembarang orang diijinkan naik ke lantai atas. Di sanalah Dian Hartanto menyimpan tiga puluh unit komputer mining rig berteknologi tinggi untuk menambang koin kripto.

Tiga orang itu adalah orang-orang kepercayaan Dian Hartanto untuk mengawasi semua peralatan agar tetap stabil. Dari sepuluh orang karyawan yang ia pekerjakan, tujuh orang sisanya bekerja di lantai bawah. Mereka adalah para analis, tim IT dan keuangan.

Selain menjalankan bisnis penambangan kripto, Dian Hartanto juga harus menjalankan perannya sebagai trader. Ia perlu memiliki karyawan untuk membantunya melakukan pekerjaan teknis dan memastikan semuanya akan baik-baik saja. Bagi Dian Hartanto, semuanya perlu dilakukan demi profesionalitas. Setiap hari ia harus berjibaku memutar uang para investor yang jumlahnya miliran rupiah dan mengatur pembagian keuntungan setiap bulannya.

Dari semua tadi, ada satu orang pekerja baru yang memiliki akses untuk bisa berada di lantai 1 dan 2. Dia adalah Dennis Candra. Seorang pemuda berusia 30 tahun bertubuh kurus. Dia memiliki keahlian sebagai programer dan membuat analisa pasar perdagangan koin kripto.

Kehadirannya membuat para pekerja heran. Tak seharusnya orang baru diberikan akses sebebas itu. “Bagaimana kalau dia melakukan sabotase atau diam-diam memasang keylogger?” ucap salah seorang saat melihat bos mereka mengajak Dennis ke lantai atas.

“Paling cuma dukun dadakan modal nyolong ramalan dari telegram?” timpal seorang analis yang tak terima saat bos mereka memberitahukan Dennis pintar membuat analisa. Sebutan dukun kerap digunakan kepada orang-orang yang sok pintar menebak harga koin kripto tanpa standar yang jelas.

Dennis maklum jika ada orang yang meragukan kemampuannya. Ia tetap bekerja seperti biasa, membuat aplikasi dan hanya naik ke lantai 2 jika diminta Dian Hartanto. Sementara di lantai 1, Dennis mengisi ruang bagian belakang kantor yang masih kosong.

Ruangan itu tersekat oleh dua pintu. Satu terhubung ke bagian dalam kantor, dan satunya langsung ke halaman belakang. Di sana, ada bangunan rumah kosong berukuran kecil. Di sampingnya terdapat sumur tua yang sudah tidak difungsikan. Para karyawan hampir tak pernah menyinggahi rumah kosong itu dan hanya dijadikan gudang perangkat komputer yang sudah rusak dan barang-barang yang tak lagi digunakan.

Dian Hartanto sempat tak setuju jika Dennis ingin menempati rumah kayu itu. Kondisinya tidak layak meski jauh lebih luas ketimbang kos tempat Dennis tinggal. Namun Dennis memaksa dan menolak fasilitas rumah kontrakan dari bosnya.

Di rumah kosong itulah Dennis tinggal sampai akhirnya peristiwa mengerikan terjadi. Di luar hujan sangat deras. Beberapa kali suara petir terdengar menggelegar. Di dalam rumah, Dennis sedang sibuk memperbaiki beberapa komputer rusak. Lumayan jika bisa digunakan, pikirnya. Tak lama kemudian, Dennis berteriak sangat nyaring. Suaranya terdengar oleh orang-orang yang berada di lantai 1.

Dennis terkena sengatan aliran listrik akibat petir menyambar sumur tua di samping rumah. Tubuh Dennis terpental sejauh tiga meter membentur dinding. Tangannya tak bisa digerakkan. Kepalanya sakit akibat benturan. Ia bahkan sempat beberapa detik tak bisa menarik napas.

Salah seorang karyawan di lantai 1 langsung memeriksa bagian belakang dan menemukan Dennis sudah tergeletak pingsan. Tanpa pikir panjang, Dennis dilarikan ke rumah sakit. Dari hasil rontgen, tak ada masalah dengan tubuh Dennis. Ia hanya perlu menunggu sampai efek kejut yang mempengaruhi otot tubuhnya berangsur hilang.

Meski dokter mengijinkannya untuk pulang, Dennis tak pernah benar-benar sembuh. Sumber listrik akibat petir itu seperti bersarang di dalam tubuhnya. Setiap kali hujan datang, semua yang ia sentuh akan merasakan muatan listrik mengalir dari dalam tubuhnya.

Dian Hartanto tak percaya dengan cerita Dennis, Kelainan semacam itu hanya terjadi dalam dunia fiksi. Semua pilem-pilem seperti Avatar, Doctor Strange, Harry Potter, Lord of the Ring dan masih banyak lainnya, cuma imajinasi dalam dunia fiksi belaka.

Namun Dian Hartanto langsung tersentak saat memegang pergelangan tangan Dennis. Tubuhnya langsung kesetrum. Ia semakin bingung ketika Dennis menceritakan yang terjadi.

“Aku bisa mengetahui semua isi komputer, ponsel dan pikiranmu hanya dengan menyentuhkan jari. Semua terekam di otakku. Bahkan, aku bisa melihatnya dengan jelas,” ucap Dennis disusul dengan keanehan yang membuat mereka ketakutan. Rumah mendadak menjadi gaduh. Benda-benda di sekitar mereka seperti ada yang melemparkannya ke dinding. Obeng, sendok, baut saling beterbangan mengitari kepala mereka.

Sejak itu Dennis tidak lagi menghuni rumah di belakang kantornya. Ia menghilang. Namanya dicoret sebagai karyawan kantor.

BAB 2

DI SEBUAH apartemen, seorang lelaki sedang menikmati sarapan yang baru dipesannya melalui layanan ponsel. Sambil mengunyah, tubuhnya bergoyang mengikuti irama musik dari ‘The Script’, grup band asal Dublin, Irlandia. The Man Who Can’t Be Moved adalah salah satu lagu yang paling disukainya.

Mata lelaki itu masih memandangi TV Led 55 inch di sudut ruangan. Ia seperti sedang bermimpi bisa mendapatkan. segala kemewahan, fasilitas bahkan uang dalam jumlah yang banyak. Dalam hati ia tak sabar ingin pulang ke kampung halaman untuk membuktikan dirinya bukan pecundang. Kepergiannya meninggalkan kampung halaman bukan untuk menghindari Diah, kekasihnya itu. Bukankah orangtua Diah menginginkan anaknya bahagia?

Setiap kali ia datang ke rumah Diah, mereka selalu saja menanyakan status pekerjaannya. Harapan bisa menikahi Salmah menjadi tipis. Apalagi jika melihat kemampuan orangtuanya. Satu-satunya harta yang berharga adalah kebun karet yang selama ini menjadi penopang ekonomi keluarga. Jika itu dijual untuk biaya pernikahan, bagaimana menjalani kehidupan selanjutnya?

Tekadnya bulat untuk meninggalkan kampung halaman. Ia berjanji akan menikahi Salmah jika mau menunggu kepulangannya. Namun jika keadaan memaksa, ia ikhlas jika Diah harus menerima pinangan lelaki lain.

Selesai makan, lelaki itu pergi ke dapur untuk menyeduh kopi dan membawanya ke samping dinding kaca. Ia buka tirai penutup dan baru menyadari jika di luar sedang hujan deras. Ia ambil remote tv dan mengganti musik dari channel youtube.

“Ini baru musik,” ucapnya memilih lagu berjudul ‘Hujan Turun’ dari Sheila On 7. Ia pun segera duduk di kursi malas sambil memandangi tetesan air hujan. Ia perhatikan orang-orang di luar sana. Tampaknya mereka seperti tak punya waktu lagi sekadar untuk berteduh.

Kota Jakarta telah membuat mereka yakin segala mimpi dan harapan lebih mudah diraih dari tempat ini. Lelaki itu percaya, mereka hanya perlu waktu dan berusaha merawat setiap kesempatan dan keberuntungan yang datang.

Lelaki itu tersadar dari lamunannya ketika mendengar suara ponsel berdering. Segera ia mengecilkan volume suara di layar televisi, dan menerima panggilan itu.

“Aku ada proyek untukmu. Tapi waktunya hanya seminggu. Bagaimana?” tanya seseorang di seberang sana.

“Berapa duit, Bos?”

“Lima ratus juta. Tujuh hari lagi uangnya akan disetorkan ke perusahaan tempat dia bekerja.”

“Oke. Satu jam lagi akan aku telpon balik.”

Orang di seberang sana paham maksud kalimat itu. Dia adalah Dian Hartanto. Sebulan lalu ia sengaja mengatur rencana agar Dennis pergi meninggalkan kantornya secara diam-diam. Ia sudah menyiapkan apartemen dan menanggung semua kebutuhan Dennis. Mereka sepakat untuk saling merahasiakan semuanya, termasuk kemampuan aneh yang dimiliki Dennis.

Sementara itu, di depan laptopnya, Dennis seperti melakukan ritual yang tak pernah ia pelajari sebelumnya. Tak ada pembanding untuk mengetahui caranya sudah benar atau salah. Ia cukup merasakan ada sesuatu yang terjadi di dalam tubuhnya ketika memejamkan mata. Tak lama kemudian, jari-jari tangannya mulai merasakan getaran listrik merambat ke bahu, leher hingga kepalanya.

Dennis sudah siap. Listrik di dalam tubuhnya terasa semakin kuat hingga membuat rambutnya melayang-layang ke atas. Sementara itu, di dalam pikirannya terdapat lorong gelap yang menunggunya untuk masuk ke dalam.

Ia langsung menyentuhkan jari tangannya ke keyboard laptop sambil memusatkan pikiran saat melewati lorong gelap itu. Tak beberapa lama kemudian, suasana mendadak menjadi terang. Ia bisa melihat ada sebuah pintu masuk untuk dilaluinya kembali.

Pintu itu adalah portal yang akan membawa Dennis masuk ke dalam jaringan laptopnya. Hanya dengan memasuki pintu itu, pikirannya akan memiliki akses tanpa batas ke setiap jaringan komputer di dunia. Ia hanya perlu memunculkan pertanyaan, maka serpihan-serpihan informasi yang ia butuhkan akan berkumpul dan menyatu menjadi sebuah jawaban.

BTC: Bear (Jumat-Senin)

BTC: Bull (Selasa – Kamis)

Keuntungan: 25-45%

Setelah mendapat informasi itu, Dennis langsung menghubungi Dian Hartanto. Pembicaraan mereka pun tidak berlangsung lama karena dari awal mereka sudah tahu kesepakatannya. Nilai keuntungan Investor menggunakan persentase yang paling kecil, 25%. Dennis mendapat bagian setelah nilai itu dibagi dua antara investor dan Dian Hartanto. Meski tersisa 12,5% dan masih harus dibagi dua lagi, bukan itu keuntungan yang sebenarnya.

Bagi Dennis, ia sudah diuntungkan karena Dian Hartanto bisa mendapatkan investor. Dengan uang mereka Dennis bebas memaksimalkan keuntungan di atas persentase yang sudah ditentukan. Semua keuntungan menjadi milik Dennis. Dian Hartanto menganggap itu adalah upah dari jasa Dennis di luar keuntungan bersama.

Sementara itu, Dian Hartanto akan menggunakan informasi Dennis untuk memaksimalkan keuntungan di perusahaannya. Meski informasi para analisnya tak jauh berbeda, mereka tak pernah berani mengambil resiko. Semua harus mencukupkan diri dalam zona aman. Namun semenjak Dennis diam-diam berada di balik layar, Dian Hartanto rajin mengamati langsung pergerakan pasar di ruang IT kantornya. Ia tak ragu-ragu meminta karyawannya untuk mengubah harga beli dan jual yang disarankan para analisnya.

Selesai menentukan keuntungan investor dalam satu minggu ke depan, Dennis melanjutkan petualangannya. Ia memiliki kesempatan untuk mencari keuntungan lebih.

Meski dominasi bitcoin cenderung membuat altcoin ikut tumbang, kadang ada keajaiban yang tak disangka-sangka. Di luar sana, ada developer, investor dan individu yang selalu memiliki rencana lain di saat harga bitcoin sedang diam, naik atau turun.

Dennis memusatkan pikirannya lagi untuk mencari informasi lebih dalam. Syaraf di kepalanya seperti lintasan kabel listrik yang menghubungkan semua informasi di luar sana. Ia penasaran dengan token XRP besutan Ripple Labs. sudah tiga bulan terakhir token itu dalam kondisi sideways.

Ada pihak yang tak menginginkan harga XRP naik. Sebaliknya, Dennis menduga para XRP Army, para pendukung koin itu tak menginginkan token XRP turun. Mereka berperang demi token kontroversial itu.

Tak hanya Dennis, ia yakin para trader koin kripto berpengalaman pasti tahu tentang kontroversi token XRP. Meski sudah jelas token itu pre-mined, bisa dicetak terus-menerus oleh Ripple Labs tanpa batas, masih banyak trader yang setia bertransaksi dengan token XRP.

“XRP ngeri-ngeri sedap. Kita bisa bangkrut atau kaya mendadak. Manfaatkan saja momentumnya,” tulis Dennis suatu hari di salah satu forum online yang membahas tentang token XRP.

Volatilitas harga token XRP adalah ketidakpastian dan spekulatif. Para XRP Army sering memanfaatkan isu dalam peperangan harga.

Mereka pandai membuat para spekulan ikut bersama-sama melakukan aksi borong. Saat harga mulai melambung, para pengamat, analis, dan tokoh pun bermunculan mempublikasikan pendapat mereka di berbagai situs berita dan media sosial. Dennis yakin, mereka pun bagian dari rencana XRP Army.

Berita yang tersebar luas menciptakan Fear of Missing Out (FOMO) para trader dan orang-orang di luar sana untuk ikut mengambil keuntungan. Mereka cemas tidak ikut ambil bagian ketika momentum datang.

Dalam hitungan jam harga token XRP terus menanjak naik. Semua mata tertuju kepada token XRP. Para pendukung koin kripto lain bahkan rela melepas sementara aset mereka untuk ambil bagian.

Tak ada yang bisa memastikan sejauh mana Harga token XRP akan terus melambung tinggi. Keuntungan sudah berpuluh-puluh kali lipat. Mereka masih menginginginkannya lagi.

Semua ada waktunya. Ada yang merasa sudah cukup dan melakukan aksi jual. Perlahan harga pun mulai turun. Ada yang mencoba untuk mendapatkan keuntungan lebih, harga naik kembali.

Ada yang terlambat mengambil keputusan aksi beli, mereka hanya bisa nyinyir. Ada yang terlambat memutuskan untuk aksi jual, mereka menangis karena harga sudah terlanjur turun drastis ke titik resisten paling rendah.

Bagi Dennis, itu semua wajar terjadi jika termakan FOMO. Seandainya mereka tahu tentang sosok Jed McCaleb, mereka bisa berhati-hati saat bertarung di token XRP. Dia adalah salah satu lelaki terkaya di dunia setelah berhenti di Ripple Labs. Sebagai pendiri, dia masih menyimpan aset token XRP bernilai triliunan rupiah.

Ketika orang-orang sedang sibuk berperang mencari keuntungan dari token XRP, McCaleb cukup duduk manis sambil menyeruput kopi dan menjual token XRP miliknya sampai habis. Sementara bagi Ripple Labs sendiri, jika permintaan terus naik, mereka hanya tinggal mencetaknya lagi karena token XRP tak seperti bitcoin yang jumlahnya terbatas.

Dennis masih mengunduh semua informasi tentang token XRP yang berhasil ia dapatkan. Selama komputer dan gadget orang-orang di luar sana terhubung ke internet, ia bisa mendapatkan data dengan mudah. Seperti apa yang akan terjadi malam ini. Puncak peperangan harga token XRP akan berakhir.

Di dalam pikirannya, Dennis bisa melihat -robot-robot milik para trader XRP Army sedang dalam pengaturan ulang untuk mengakhiri sideways. Ia juga menemukan aliran dana besar mulai masuk di sejumlah pasar kripto. Dennis tersenyum dan bersiap-siap mengatur strategi untuk peperangannya sendiri.

Sambil berpikir, ia pandangi seluruh ruangan apartemennya. Tidak ada peristiwa garpu, sendok dan benda-benda beterbangan. Ia yakin, ada sesuatu yang aneh di rumah belakang kantor Dian Hartanto. Ia penasaran dan ingin mendatangi tempat itu kembali.

BAB 3

DENNIS tersenyum puas. Dengan kemampuan aneh yang dimilikinya sekarang, ia tak perlu waktu lama menyelesaikan pekerjaannya. Ia bahkan tak ragu memanfaatkan margin market untuk memperbesar keuntungan yang bakal didapatnya nanti.

Sebelumnya Dennis selalu menyediakan kalkulator, membaca banyak berita, setelah itu baru membuat analisa di situs tradingview. Berbagai indikator analisa teknikal ia terapkan untuk meminimalisir kesalahan .

Sambil menunggu antrian harga beli token XRP terpenuhi, Dennis teringat dengan forum online yang selama ini sudah ditinggalkannya. Sebuah forum yang bisa menyelamatkan kuliahnya hingga selesai. Dari forum itu pula perubahan hidupnya dimulai.

Ia sendiri tak percaya bisa melakukan pencapaian sejauh ini. Padahal niat meninggalkan kampung halaman hanya ingin mencari pekerjaan. Sampai di Jakarta, Dennis beruntung hanya menjadi pengangguran selama satu bulan. Setelah itu ia diterima bekerja sebagai operator warnet yang letaknya tak jauh dari kampus dan kos para mahasiswa.

Meski gajinya kecil, itu bisa membuatnya bertahan karena mendapat fasiitas kamar tidur. Setiap hari Dennis bergaul dengan komputer yang tersambung ke internet dan para mahasiswa. Kebiasaan itu memunculkan keinginannya untuk kuliah dan menyusun cita-cita yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Ia ingin menjadi seorang programer. Sebuah profesi yang belum ada di kampung halamannya.

Untuk menambah penghasilan, Dennis mencoba berbagai macam peluang yang ditawarkan melalui internet. Mulai adsense, affiliate program, survey hingga bitcoin. Semua fasilitas untuk mempelajari itu sudah tersedia gratis. Ia hanya tinggal bermodal kemauan keras untuk belajar. Setiap hari Dennis mencari berbagai macam tutorial yang tersebar di internet. Ia jelajahi forum-forum online untuk belajar dan berdiskusi.

Dari situ pula akhirnya ia mengenal Dian Hartanto, dr Ambar dan Galih. Sejak Dennis sering membuat tulisan tentang analisa pergerakan bitcoin, mereka bertiga kerap menghubunginya lewat kotak pesan.

Mereka sering meminta Dennis membuat analisa koin kripto tertentu. Sebagai imbalannya, mereka mentransfer uang kepada Dennis dalam jumlah yang tidak ditentukan. Jika analisa itu tepat, mereka sering memberikan bonus yang jumlahnya lumayan banyak.

Tulisan terakhir yang ia bagikan kepada warga forum adalah tentang analisa koin Doge. Gara-gara prediksinya itu membuat namanya melambung seperti harga koin Doge. Awalnya warga forum tak percaya, berbagai macam komentar berusaha mematahkan analisa yang diberikan Dennis.

Alasan mereka cukup logis. Suplai Doge terlalu besar dan performanya dari tahun ke tahun tidak menunjukkan kenaikan harga yang signifikan. Para trader kripto Indonesia  terlanjur menyebutnya sebagai koin receh.

Saking murahnya harga Doge, banyak situs-situs faucet bermunculan. Para pemilik situs menggunakan koin Doge sebagai imbalan bagi penggunanya jika selesai mengerjakan tugas seperti melihat iklan, menonton video atau mengisi captcha.

 Meski banyak perdebatan antara warga forum, Dennis memilih diam sambil tersenyum. Ia tak berusaha mempertahankan analisanya, pun tak meminta mereka untuk berinvestasi di koin Doge. Namun Dian Hartanto, dokter Ambar dan Galih percaya dengan analisa itu dan berakhir dengan keuntungan mutlak. Harga Doge naik berlipat-lipat.

Dennis mendapat imbalan besar hari itu dari dokter Ambar. Meski begitu, ia tak bisa selalu mengandalkan imbalan orang-orang untuk bertahan hidup. Lagipula ia hanya tinggal menunggu wisuda. Sudah waktunya untuk mewujudkan cita-cita. Tawaran Dian Hartanto pun ia terima meski dengan syarat tidak lagi membagikan prediksinya di forum. Ia bahkan mengganti nomor ponselnya agar fokus menjalani pekerjaan.

“Hei anak muda, kamu masih hidup?” tulis dokter Ambar melalui kotak pesan. Dennis memperhatikan tanggal pengirimannya, sudah tiga bulan lalu. Ia pun membaca pesan-pesan sebelumnya yang mereka kirimkan. Rata-rata isinya menanyakan kabar dan mencari tahu alasan tidak aktif lagi di forum.

Dennis merasa senang ketika mengetahui ada orang-orang di luar sana yang membutuhkannya. Namun ia tak bersemangat menanggapi pertanyaan mereka. Ia ingin memberi kejutan yang akan membuat mereka tak bisa melupakannya.

“Jual semua BTC. Beli XRP sebanyak-banyaknya sekarang juga,” tulis Dennis kepada Galih dan dokter Ambar tanpa menunggu balasan. Ia berpindah ke layar browser yang menampilkan grafik harga BTC terkini.

“Bull trap,” ucap Dennis sinis. Orang-orang yang tidak tahu pasti mengira harga BTC akan naik, padahal hanya jebakan. Dunia trading memang akan selalu seperti itu. Si kuat akan memangsa yang lemah. Terus begitu, saling membalas dengan cara masing-masing demi uang.

Dennis kembali ke layar browser yang berisi halaman forum. Ada notifikasi masuk di kotak pesannya.

“Astaga. Ternyata kamu masih hidup. Kemana aja selama ini,” balas dokter Ambar.

Dennis tersenyum membacanya. “Sudah jual BTC dan beli XRP?”

“Pertanyaanku kok gak di jawab?”

“Sibuk skripsi, Bu,” Dennis berbohong.

“Ini beneran Dennis, kan? Bukan orang lain..!”

Dennis maklum dokter Ambar menanyakan itu. Sudah cukup lama mereka tidak berkomunikasi di forum. Waspada memang selalu dibutuhkan dalam segala situasi.

Dennis mengambil ponselnya dan mengunduh nomor kontak dari layanan google. Setelah menemukan nomor yang ia cari, Dennis langsung menghubungi dokter Ambar.

“Tolong diangkat, Bu. Itu saya yang telpon,” tulis Dennis di kotak pesan forum. Tak lama kemudian obrolan mereka pun pindah ke whatsapp.

“Nah, kalau begini aku baru percaya sekarang,” ucap dokter Ambar. “Serius borong XRP?” lanjutnya penasaran.

“Kalau ibu masih percaya saya, silakan borong sekarang dan jual semua BTC dan nanti beli lagi,” jawab Dennis.

“Baiklah. Aku entry order dulu ya. Nanti kita sambung lagi,” dokter Ambar mengakhiri obrolan mereka.

Dennis merasa senang bisa berbagi informasi kepada dokter Ambar yang selalu baik kepadanya. Bukankah orang baik layak mendapat kebaikan? Begitu pikir Dennis. Sambil memperhatikan grafik BTC, Dennis teringat dengan Galih. Sejak tadi Galih belum juga memberikan balasan. Biasanya, Galih selalu cepat merespon pesan darinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!