BAB 2

DI SEBUAH apartemen, seorang lelaki sedang menikmati sarapan yang baru dipesannya melalui layanan ponsel. Sambil mengunyah, tubuhnya bergoyang mengikuti irama musik dari ‘The Script’, grup band asal Dublin, Irlandia. The Man Who Can’t Be Moved adalah salah satu lagu yang paling disukainya.

Mata lelaki itu masih memandangi TV Led 55 inch di sudut ruangan. Ia seperti sedang bermimpi bisa mendapatkan. segala kemewahan, fasilitas bahkan uang dalam jumlah yang banyak. Dalam hati ia tak sabar ingin pulang ke kampung halaman untuk membuktikan dirinya bukan pecundang. Kepergiannya meninggalkan kampung halaman bukan untuk menghindari Diah, kekasihnya itu. Bukankah orangtua Diah menginginkan anaknya bahagia?

Setiap kali ia datang ke rumah Diah, mereka selalu saja menanyakan status pekerjaannya. Harapan bisa menikahi Salmah menjadi tipis. Apalagi jika melihat kemampuan orangtuanya. Satu-satunya harta yang berharga adalah kebun karet yang selama ini menjadi penopang ekonomi keluarga. Jika itu dijual untuk biaya pernikahan, bagaimana menjalani kehidupan selanjutnya?

Tekadnya bulat untuk meninggalkan kampung halaman. Ia berjanji akan menikahi Salmah jika mau menunggu kepulangannya. Namun jika keadaan memaksa, ia ikhlas jika Diah harus menerima pinangan lelaki lain.

Selesai makan, lelaki itu pergi ke dapur untuk menyeduh kopi dan membawanya ke samping dinding kaca. Ia buka tirai penutup dan baru menyadari jika di luar sedang hujan deras. Ia ambil remote tv dan mengganti musik dari channel youtube.

“Ini baru musik,” ucapnya memilih lagu berjudul ‘Hujan Turun’ dari Sheila On 7. Ia pun segera duduk di kursi malas sambil memandangi tetesan air hujan. Ia perhatikan orang-orang di luar sana. Tampaknya mereka seperti tak punya waktu lagi sekadar untuk berteduh.

Kota Jakarta telah membuat mereka yakin segala mimpi dan harapan lebih mudah diraih dari tempat ini. Lelaki itu percaya, mereka hanya perlu waktu dan berusaha merawat setiap kesempatan dan keberuntungan yang datang.

Lelaki itu tersadar dari lamunannya ketika mendengar suara ponsel berdering. Segera ia mengecilkan volume suara di layar televisi, dan menerima panggilan itu.

“Aku ada proyek untukmu. Tapi waktunya hanya seminggu. Bagaimana?” tanya seseorang di seberang sana.

“Berapa duit, Bos?”

“Lima ratus juta. Tujuh hari lagi uangnya akan disetorkan ke perusahaan tempat dia bekerja.”

“Oke. Satu jam lagi akan aku telpon balik.”

Orang di seberang sana paham maksud kalimat itu. Dia adalah Dian Hartanto. Sebulan lalu ia sengaja mengatur rencana agar Dennis pergi meninggalkan kantornya secara diam-diam. Ia sudah menyiapkan apartemen dan menanggung semua kebutuhan Dennis. Mereka sepakat untuk saling merahasiakan semuanya, termasuk kemampuan aneh yang dimiliki Dennis.

Sementara itu, di depan laptopnya, Dennis seperti melakukan ritual yang tak pernah ia pelajari sebelumnya. Tak ada pembanding untuk mengetahui caranya sudah benar atau salah. Ia cukup merasakan ada sesuatu yang terjadi di dalam tubuhnya ketika memejamkan mata. Tak lama kemudian, jari-jari tangannya mulai merasakan getaran listrik merambat ke bahu, leher hingga kepalanya.

Dennis sudah siap. Listrik di dalam tubuhnya terasa semakin kuat hingga membuat rambutnya melayang-layang ke atas. Sementara itu, di dalam pikirannya terdapat lorong gelap yang menunggunya untuk masuk ke dalam.

Ia langsung menyentuhkan jari tangannya ke keyboard laptop sambil memusatkan pikiran saat melewati lorong gelap itu. Tak beberapa lama kemudian, suasana mendadak menjadi terang. Ia bisa melihat ada sebuah pintu masuk untuk dilaluinya kembali.

Pintu itu adalah portal yang akan membawa Dennis masuk ke dalam jaringan laptopnya. Hanya dengan memasuki pintu itu, pikirannya akan memiliki akses tanpa batas ke setiap jaringan komputer di dunia. Ia hanya perlu memunculkan pertanyaan, maka serpihan-serpihan informasi yang ia butuhkan akan berkumpul dan menyatu menjadi sebuah jawaban.

BTC: Bear (Jumat-Senin)

BTC: Bull (Selasa – Kamis)

Keuntungan: 25-45%

Setelah mendapat informasi itu, Dennis langsung menghubungi Dian Hartanto. Pembicaraan mereka pun tidak berlangsung lama karena dari awal mereka sudah tahu kesepakatannya. Nilai keuntungan Investor menggunakan persentase yang paling kecil, 25%. Dennis mendapat bagian setelah nilai itu dibagi dua antara investor dan Dian Hartanto. Meski tersisa 12,5% dan masih harus dibagi dua lagi, bukan itu keuntungan yang sebenarnya.

Bagi Dennis, ia sudah diuntungkan karena Dian Hartanto bisa mendapatkan investor. Dengan uang mereka Dennis bebas memaksimalkan keuntungan di atas persentase yang sudah ditentukan. Semua keuntungan menjadi milik Dennis. Dian Hartanto menganggap itu adalah upah dari jasa Dennis di luar keuntungan bersama.

Sementara itu, Dian Hartanto akan menggunakan informasi Dennis untuk memaksimalkan keuntungan di perusahaannya. Meski informasi para analisnya tak jauh berbeda, mereka tak pernah berani mengambil resiko. Semua harus mencukupkan diri dalam zona aman. Namun semenjak Dennis diam-diam berada di balik layar, Dian Hartanto rajin mengamati langsung pergerakan pasar di ruang IT kantornya. Ia tak ragu-ragu meminta karyawannya untuk mengubah harga beli dan jual yang disarankan para analisnya.

Selesai menentukan keuntungan investor dalam satu minggu ke depan, Dennis melanjutkan petualangannya. Ia memiliki kesempatan untuk mencari keuntungan lebih.

Meski dominasi bitcoin cenderung membuat altcoin ikut tumbang, kadang ada keajaiban yang tak disangka-sangka. Di luar sana, ada developer, investor dan individu yang selalu memiliki rencana lain di saat harga bitcoin sedang diam, naik atau turun.

Dennis memusatkan pikirannya lagi untuk mencari informasi lebih dalam. Syaraf di kepalanya seperti lintasan kabel listrik yang menghubungkan semua informasi di luar sana. Ia penasaran dengan token XRP besutan Ripple Labs. sudah tiga bulan terakhir token itu dalam kondisi sideways.

Ada pihak yang tak menginginkan harga XRP naik. Sebaliknya, Dennis menduga para XRP Army, para pendukung koin itu tak menginginkan token XRP turun. Mereka berperang demi token kontroversial itu.

Tak hanya Dennis, ia yakin para trader koin kripto berpengalaman pasti tahu tentang kontroversi token XRP. Meski sudah jelas token itu pre-mined, bisa dicetak terus-menerus oleh Ripple Labs tanpa batas, masih banyak trader yang setia bertransaksi dengan token XRP.

“XRP ngeri-ngeri sedap. Kita bisa bangkrut atau kaya mendadak. Manfaatkan saja momentumnya,” tulis Dennis suatu hari di salah satu forum online yang membahas tentang token XRP.

Volatilitas harga token XRP adalah ketidakpastian dan spekulatif. Para XRP Army sering memanfaatkan isu dalam peperangan harga.

Mereka pandai membuat para spekulan ikut bersama-sama melakukan aksi borong. Saat harga mulai melambung, para pengamat, analis, dan tokoh pun bermunculan mempublikasikan pendapat mereka di berbagai situs berita dan media sosial. Dennis yakin, mereka pun bagian dari rencana XRP Army.

Berita yang tersebar luas menciptakan Fear of Missing Out (FOMO) para trader dan orang-orang di luar sana untuk ikut mengambil keuntungan. Mereka cemas tidak ikut ambil bagian ketika momentum datang.

Dalam hitungan jam harga token XRP terus menanjak naik. Semua mata tertuju kepada token XRP. Para pendukung koin kripto lain bahkan rela melepas sementara aset mereka untuk ambil bagian.

Tak ada yang bisa memastikan sejauh mana Harga token XRP akan terus melambung tinggi. Keuntungan sudah berpuluh-puluh kali lipat. Mereka masih menginginginkannya lagi.

Semua ada waktunya. Ada yang merasa sudah cukup dan melakukan aksi jual. Perlahan harga pun mulai turun. Ada yang mencoba untuk mendapatkan keuntungan lebih, harga naik kembali.

Ada yang terlambat mengambil keputusan aksi beli, mereka hanya bisa nyinyir. Ada yang terlambat memutuskan untuk aksi jual, mereka menangis karena harga sudah terlanjur turun drastis ke titik resisten paling rendah.

Bagi Dennis, itu semua wajar terjadi jika termakan FOMO. Seandainya mereka tahu tentang sosok Jed McCaleb, mereka bisa berhati-hati saat bertarung di token XRP. Dia adalah salah satu lelaki terkaya di dunia setelah berhenti di Ripple Labs. Sebagai pendiri, dia masih menyimpan aset token XRP bernilai triliunan rupiah.

Ketika orang-orang sedang sibuk berperang mencari keuntungan dari token XRP, McCaleb cukup duduk manis sambil menyeruput kopi dan menjual token XRP miliknya sampai habis. Sementara bagi Ripple Labs sendiri, jika permintaan terus naik, mereka hanya tinggal mencetaknya lagi karena token XRP tak seperti bitcoin yang jumlahnya terbatas.

Dennis masih mengunduh semua informasi tentang token XRP yang berhasil ia dapatkan. Selama komputer dan gadget orang-orang di luar sana terhubung ke internet, ia bisa mendapatkan data dengan mudah. Seperti apa yang akan terjadi malam ini. Puncak peperangan harga token XRP akan berakhir.

Di dalam pikirannya, Dennis bisa melihat -robot-robot milik para trader XRP Army sedang dalam pengaturan ulang untuk mengakhiri sideways. Ia juga menemukan aliran dana besar mulai masuk di sejumlah pasar kripto. Dennis tersenyum dan bersiap-siap mengatur strategi untuk peperangannya sendiri.

Sambil berpikir, ia pandangi seluruh ruangan apartemennya. Tidak ada peristiwa garpu, sendok dan benda-benda beterbangan. Ia yakin, ada sesuatu yang aneh di rumah belakang kantor Dian Hartanto. Ia penasaran dan ingin mendatangi tempat itu kembali.

Terpopuler

Comments

AYU

AYU

kasih kode nih, ada apa ya kak

2022-10-24

0

Fanie Azhary

Fanie Azhary

suka. rapih penulisannya. enak dibaca. semangat 🤗

2022-10-20

0

16.M iqbal fikri ilmana

16.M iqbal fikri ilmana

update

2022-10-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!