BAB 7

SATU JAM SEBELUMNYA, di tempat lain, persisnya di kantor pusat data trading konsorsium ID333 mendadak terjadi kehebohan. Tegangan listrik sempat turun mengakibatkan semua komputer booting ulang.

Mereka menganggapnya sebagai hal biasa. Kesempatan itu justru dimanfaatkan para tenaga IT membuat kopi sebelum melanjutkan pekerjaan.

Saat di dapur, mereka sempat membicarakan tentang harga bitcoin yang kemungkinan anjlok. Sebagai tenaga IT, diam-diam mereka juga aktif sebagai trader memanfaatkan data dari tim analisa. Meski tak ada larangan resmi, tetap saja mereka waspada agar akses dari tim analis tak dibatasi.

“Tunggu sampai harga terendah, setelah itu baru kita beli,” salah seorang mengingatkan.

“Ingat, gunakan ponsel kalian masing-masing. Jangan komputer kantor,” ucap kepala IT khawatir jika perbuatan mereka diketahui Mr. Joe, ketua konsorsium.

“Aku sudah entry dari tadi. Tinggal menunggu saja,” ucap yang lainnya.

Saat sedang asyik berbincang, komputer tampak sudah menyala dan siap digunakan kembali. Salah seorang segera memastikan pengaturan software robot trading berjalan lancar.

Baru saja ingin memulai, orang itu justru kebingungan. Ia melihat panah kursor bergerak sendiri di layar komputer. Sempat ia berpikir ada kerusakan di bagian mouse dan segera ingin menggantinya dengan yang baru.

Namun anehnya, saat kabel mouse di lepas, panah kursor tetap beraktifitas sendiri. Hal itu terjadi juga di komputer lainnya.

Ia pun memanggil teman-temannya agar segera mendekat. Mereka adalah saksi ketika panah kursor berjalan sendiri membuka jendela browser menuju website tempat mereka bertransaksi bitcoin. Mereka tidak percaya ketika kolom username dan password bisa terisi sendiri.

Sadar bahaya sedang mengancam, mereka segera mematikan komputer dengan paksa. Sialnya, satu komputer berhasil mentransfer bitcoin ke dompet penyimpan tidak diketahui siapa pemiliknya.

Aneh. Mulai saat mengirim bitcoin, membuka email dan melakukan konfirmasi pengiriman, semuanya berjalan otomatis. Pergerakan itu sangat cepat sekali.

“Apaaa…? Lima puluh bitcoin kita hilang?” ucap Mr. Joe dari balik telpon berteriak saat mendapat laporan dari kepala IT.

***

Pengaduan pencurian bitcoin membuat polisi sibuk. Tim cyber pun bergerak mengamankan barang bukti dan menemui sejumlah saksi.

Kehebohan semakin menjadi-jadi ketika beberapa perusahaan dan perorangan juga mengalami kejahatan serupa. Termasuk Dian Hartanto yang masih menyimpan asetnya di dalam market bursa perdagangan bitcoin.

Ia bingung robot trading yang sudah diatur untuk melakukan aksi penjualan justru mendadak tidak berfungsi.

Peristiwa itu terjadi secara acak. Namun diketahui pencurian terjadi sejak pukul 23.00 WIB. Malam itu juga para pemburu berita ramai-ramai menuliskan peristiwa tersebut sebagai kejahatan besar. Jutaan bitcoin hilang tanpa bisa terlacak.

Berita-berita mereka pun semakin hangat ketika para jurnalis luar negeri juga melaporkan pencurian bitcoin di wilayah mereka masing-masing.

Berulangkali Dian Hartanto menghubungi Dennis, namun tak ada jawaban.

***

Di sebuah kamar apartemen, Dennis baru saja siuman. Berulangkali dokter Ambar berusaha mengajak Dennis berbicara, namun tak ada hasil. Ia hanya mondar-mandir di kamar apartemennya seperti sedang memikirkan sesuatu.

Saat ini, ribuan bitcoin sudah ada di dompet penyimpanan miliknya. Ia tak tahu siapa yang mengirim semua bitcoin itu.

Lama Dennis termenung memikirkan peristiwa yang baru dialaminya. Meski mendadak kaya, tetap saja ia takut menggunakan bitcoin yang bukan miliknya itu. Bagaimana jika polisi berhasil melacak keberadaannya sekarang?

“Bukan aku yang melakukannya. Laptop itu bekerja sendiri,” ucap Dennis dalam hati. Seandainya alasan itu ia jadikan pembelaan, pihak polisi pasti akan menertawakannya.

“Bukankah dokter Ambar bisa menjadi saksi?” pikir Dennis lagi. “Tapi bagaimana cara menjelaskan laptop itu bisa bekerja sendiri?” Dennis bingung dibuatnya. Ia benar-benar ketakutan.

Meski ia tahu IP dan MAC Address komputernya sudah diganti, tetap saja kekhawatiran itu muncul. Bagaimana jika di balik pintu apartemen itu sudah ada pihak kepolisian mengawasinya?

Baginya, tidak ada tempat paling aman untuk bersembunyi di dunia maya. Sehebat apa pun kejahatan dilakukan pasti akan terendus juga. Semua hanya soal waktu.

Ia ingat dengan kasus peretasan terbesar tahun 2016 lalu. Sebanyak 120 ribu bitcoin hilang dari pasar Bitfinex dan baru terbongkar di tahun 2022.

Sambil berpikir, Dennis memetakan banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Satu hal yang jelas, ia tak berani menggunakan bitcoin itu.

Dengan metode chain hopping sekalipun, itu tetap menakutkan. Ilya Lichtenstein dan istrinya Heather Morgan saja tertangkap, padahal teknik chain hopping yang mereka pergunakan sangat hebat.

Seandainya sekarang ia lapor polisi, tak mungkin mereka percaya begitu saja. Mereka akan memeriksa komputer dan menemukan jejak digital yang bisa menjadi alat bukti untuk menjeratnya sebagai pelaku. Itu sama saja dengan bunuh diri.

“Kita harus pergi dari sini, dok,” ucap Dennis terburu-buru.

“Ada apa, Dennis?”

“Nanti saja kujelaskan. Kita harus pergi sekarang juga,” ucap Dennis dengan sedikit nada membentak. Di dalam pikirannya saat ini hanya ingin menjauhi apartemen tanpa meninggalkan jejak kejahatan yang tak dilakukannya itu.

Dengan terpaksa, ia membanting laptopnya hingga rusak. Dokter Ambar kebingungan melihat keanehan itu. Ia sempat merangkul Dennis dan meminta untuk berhenti.

“Biar saja, Dok. Ini demi keamanan kita. Laptop ini yang meretas bitcoin orang-orang,” suara Dennis meninggi. Mendengar itu, dokter Ambar langsung syok. Ia baru menyadari kondisi yang dihadapi Dennis.

“Kenapa tidak bilang dari tadi. Kalau begitu kita harus pergi sekarang,” ajak dokter Ambar.

Sementara itu Dennis masih berusaha memgambil harddisk laptop dan memasukkannya ke dalam tas ransel.

Di bantu dokter Ambar, Dennis segera mengemasi barang-barang yang dibutuhkan, termasuk membungkus bangkai laptop untuk mereka buang saat di luar nanti.

“Sebentar, Dok,” Dennis mendahului dokter Ambar. Ia menempelkan telinganya ke pintu apartemen untuk memastikan tidak ada orang di luar sana.

Dengan berhati-hati, ia membuka pintu itu, mengawasi kanan dan kiri bagian luar ruangan. Setelah merasa aman, dengan langkah cepat ia menuju lift untuk turun ke bawah diikuti dokter Ambar.

Ia sudah lupa kalau tadi sore sempat takut masuk ke dalam lift gara-gara gempa yang dialaminya. Saat ini ia hanya berpikir bagaimana menjauhi apartemen dengan cepat dan aman.

Saat berpapasan dengan orang-orang, jantung Dennis selalu berdebar, namun sebisa mungkin ia bersikap wajar. Saat dokter Ambar mengetahui itu, tanpa persetujuan, ia gandeng pergelangan tangan Dennis sambil berbisik.

“Jangan takut, ada aku di sini,” ucapnya lirih berusaha menenangkan.

Sementara itu Dennis baru bisa bernapas lega setelah tiba di lantai bawah. Berkali-kali ia menolehkan wajah ke belakang untuk memastikan tak ada orang yang menguntitnya.

“Pakai mobilku saja,” dokter Ambar menawarkan diri saat Dennis mengeluarkan kunci mobilnya dari saku celana. Dennis tak mampu lagi berpikir banyak. Ia langsung mengikuti dokter Ambar menuju lokasi parkir.

Sebelum pergi, ia pastikan sekali lagi dengan memandangi ruangan parkir. Setelah benar-benar merasa aman, Dennis membuka pintu mobil dan masuk ke dalam. Ia benar-benar sudah tidak sabar menjauhi lingkungan apartemen secepatnya.

Terpopuler

Comments

Puspita

Puspita

Penasaran sama. nasib Dennis

2022-10-20

0

Budhi

Budhi

jooosssss

2022-10-01

0

Mimi Gndhs

Mimi Gndhs

Update thoorrr

2022-09-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!