BAB 15

Tiga puluh menit berlalu. Layla segera menyusul ayahnya untuk berpamitan mengambil barang-barang milik Dennis.

“Jangan lama-lama. Kalau sudah selesai, segera pulang. Tadi, para Wrangler sempat memberi kabar ingin mempercepat proyek mereka.”

“Dipercepat? Bukankah kita belum siap sepenuhnya?” ucap Layla merasa heran.

“Ada perubahan rencana. Saat ini, Wrangler terpaksa mematikan semua jaringan telekomunikasi di sana,” ujar ayahnya memberitahu.

Layla langsung menuju layar CCTV. Benar kata ayahnya. Ia tak bisa menemukan gambar terkini karena internet dimatikan.

“Sampai kapan?” tanya Layla.

“Ayah tidak tahu. Semua sinyal di sana mati, ayah tidak bisa menghubungi mereka.”

“Bagaimana kalau kita pergi ke sana sekaligus mengajak Dennis agar semuanya menjadi jelas?” usul Layla.

“Ayah yakin mereka sedang sibuk sekarang. Lagi pula, tanpa mereka pinta, kita tidak boleh ke sana sesuka hati,” tolak ayahnya beralasan.

“Kalau begitu kita tunggu saja kabar dari mereka,” saran Layla.

“Biar ayah tunggu di sini. Kamu pergi saja dulu untuk menemani Dennis. Setelah pulang, kita bicarakan lagi nanti.”

Tanpa berlama-lama, Layla kembali ke lantai atas untuk menemui Dennis yang sudah siap di dalam mobil.

“Kita harus cepat kembali. Ayah perlu bantuan kita,” ucap Layla menutup pintu mobilnya.

“Ada apa lagi?” tanya Dennis.

Sebisa mungkin Layla menceritakan semua yang baru saja ia ketahui. Dennis pun mendengarkannya dengan bersunguh-sungguh.

“Aku tidak pernah menyangka akan terlibat dalam urusan seperti ini. Kukira hanya ada di film-film fantasi saja,” gumam Dennis.

“Awalnya memang begitu. Nanti, kamu akan sadar kalau bumi yang kita tempati ini sedang diperebutkan para Alien,” sahut Layla.

“Lalu bagaimana dengan nasib manusia?”

“Manusia belum memiliki teknologi yang bisa menandingi mereka. Untung saja ada Wrangler, mereka adalah Alien baik yang melindungi kita,” jawab Layla.

Dennis terdiam di samping Layla. Ia masih mencari peran penting dirinya saat harus terlibat dalam permasalahan ini.

“Bukankah kamu ingin menceritakan tentang keluargamu tadi?” tagih Dennis penasaran.

Layla pun teringat dengan janjinya. “Bukankah kamu bisa mencari tahu sendiri?”

Dennis membenahi posisi duduknya. “Lebih enak mendengarnya langsung. Biar aku tahu mana bagian cerita yang bohong dan jujur,” ujar Dennis dengan santainya.

Layla tersenyum sinis melirik Dennis. “Repot juga kalau ada orang sepertimu di dunia ini,” celetuknya.

Dennis tersenyum. Ia pun mulai mendengarkan saat Layla sudah memulai ceritanya.

Banyak orang di bumi ini berpikir bahwa tak ada kehidupan lain di luar sana. Mungkin termasuk juga dirimu. 

Jangankan Alien yang sulit dijangkau, orang-orang pun masih banyak yang meragukan keberadaan Jin, syetan, atau iblis. Padahal, telah banyak cerita tentang makhluk-makhluk itu di dalam kitab suci mereka.

Jika harus berlandaskan dengan iman, bukankah mereka tak harus menuntut bukti untuk memercayainya?

Sebelum kami pulang ke Indonesia, aku sering menjumpai orang-orang semacam itu. Sebelum mereka bertemu sendiri, melihat langsung, atau mengalami fenomena aneh, mereka tak akan percaya. Lebih-lebih tentang Alien. 

Sejak kecil, aku berada di lingkungan keluarga yang selalu disiplin dengan ilmu pengetahuan. Ayahku lulusan Jerman dan bekerja sebagai ilmuwan. Ibuku, dia seorang dokter ahli bedah. 

Karir mereka berdua sangat bagus dan mendapatkan promosi bekerja di salah satu rumah sakit pangkalan militer dengan gaji sangat besar.

Awalnya, mereka bekerja seperti biasa. Tak ada yang aneh dan misterius. Sampai akhirnya, mereka di minta menangani seorang pasien. Hari itu adalah pertama kalinya mereka melihat Alien.

Kedua orangtuaku disumpah agar informasi tersebut tidak bocor ke publik. Jika terjadi, resikonya adalah nyawa. Sejak hari itu, orangtuaku tak ada pilihan lain. Setiap hari mereka menangani para Alien dengan berbagai tujuan.

Sampai di situ, Layla kemudian menghentikan ceritanya.

“Habis sampai di situ?” tanya Dennis merasa ada yang belum selesai. Ia masih penasaran cerita bagaimana mereka bisa selamat sampai di Indonesia? Bertemu para Alien Wrangler? Termasuk cerita kematian ibunya yang membuat ayahnya sangat sedih.

“Lain waktu aku sambung lagi. Kita harus buru-buru mengemasi barangmu?” ujar Layla saat menyadari jarak ke penginapan Dennis sudah dekat.

Dennis menolehkan wajahnya ke samping memperhatikan jalanan saat melintasi kantor Dian Hartanto.

“Bagaimana mungkin selama ini orang-orang tak menyadari ada keberadaan Alien di belakang sana?” bathin Dennis heran. Sedikit demi sedikit pikirannya mulai terbuka luas. Ia menyadari masih banyak hal yang misterius di bumi ini. Salah satunya adalah Alien.

Sampai di apartemen, Dennis memutuskan langsung menemui pihak resepsionis untuk melakukan proses check out. Ia bahkan tak meminta uang yang sudah terlanjur dibayarkan untuk masa menginap beberapa hari ke depan.

Selesai berkemas, mereka langsung menuju ke apartemen Dennis. Namun, terdengar ponsel Layla berdering.

 “Kalian berada di mana Layla?” tanya ayahnya.

“Menuju aparteman, Ayah. Ada apa?”

“Putar balik, langsung pulang. Saat ini apartemen Dennis tidak aman,” ucap ayahnya dengan suara gugup.

***

Sampai di rumah, Layla terburu-buru mendatangi ayahnya di ruang bawah tanah. Sementara itu, Dennis merapikan barang-barangnya di kamar.

Layla tak banyak bicara. Dalam situasi seperti ini, ia terbiasa melihat langsung ke layar komputer.

“Sudah nyala semua?” tanya Layla saat bisa melihat aktifitas CCTV di ruangan para Alien. Ia melihat para Wrangler tampak sibuk memasang panel yang mirip dengan piringan parabola.

“Apa yang sedang mereka kerjakan, Ayah?”

“Membuat dom kubah untuk menutup akses frekuensi di wilayah mereka.”

“Untuk apa?”

“Dennis ternyata meninggalkan jejak di komputer orang-orang. Para Rustler tadi sedang melacaknya.”

“Jadi mereka sudah tahu kalau peretasan bitcoin ulah Wrangler?”

“Belum. Tidak seperti itu cara kerjanya. Mereka baru menemukan jejak yang ditinggalkan Dennis berupa virus.”

Layla mendengarkan keterangan ayahnya. “Terus virus itu bagaimana?”

“Sepertinya mereka belum berhasil membongkar virus tersebut. Sementara masih aman. Namun, Wrangler langsung bergerak cepat mendirikan dom kubah frekuensi.”

Layla belum sepenuhnya paham. Menurutnya ada yang janggal. “Bukankah antara peretasan dan kemampuan Dennis adalah dua hal berbeda?”

“Kamu mirip ibumu. Selalu kritis dan jeli dalam melihat persoalan,” puji ayahnya. “Jadi, saat Dennis menggunakan kemampuannya, ia sedang menyentuh komputer miliknya sendiri. Aktifitas itu meninggalkan jejak berupa virus.”

“Berarti awalnya dari komputer Dennis?”

“Ya. Kamu pasti ingat ketika kamu ingin mengirimkan makanan ke apartemen Dennis?”

Layla tentu saja ingat kejadian tersebut. Itu merupakan momentum yang ditunggu-tunggu agar bisa masuk ke apartemen Dennis.

Tanpa kejadian itu, bagaimana mungkin Layla bisa meletakkan benda kecil penangkap sinyal di apartemen Dennis.

Hal itu juga yang menjadi alasan Layla berusaha menarik perhatian Dennis dengan tersenyum semanis mungkin.

“Dari sinyal itu, para Wrangler akhirnya bisa mengendalikan komputer Dennis.”

Layla akhirnya bisa memahami hubungan antara keduanya. “Terus, apa yang bisa kita lakukan sekarang?”

“Masalah yang dihadapi sekarang ada di kantor Dian Hartanto. Saat peretasan, Para Wrangler mengendalikan komputer Dennis menggunakan jaringan internet mereka,” terang ayahnya.

Layla mengerti sekarang. “Aku rasa Dennis harus segara dilibatkan. Jangan sampai Dian Hartanto yang tidak tahu apa-apa menjadi sasaran mereka,” ucap Layla segera memanggil Dennis.

Terpopuler

Comments

Budhi

Budhi

semakin menarik...

2022-10-15

2

donadoni

donadoni

Novel konspirasi

2022-10-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!