BAB 17

DENNIS memperhatikan layar laptop barunya. Ia langsung membuka dompet penyimpanan bitcoin yang lama.  Seperti yang diperintahkan Hanz, bitcoin itu akan segera ia jual untuk membiayai proyek para Wrangler dan mendukung laboratorium milik Hanz.

“Aku akan menjualnya bertahap, agar tidak terjadi kekacauan,” ujar Dennis.

“Kamu atur saja. Aku yakin kroni-kroni Rustler tidak akan tinggal diam. Sejak kesulitan mendapatkan emas, mereka sangat berkepentingan dengan bitcoin,” jawab Hanz sangat yakin.

Tadi, Hanz sudah memberikan penjelasan saat ini para Rustler memanfaatkan bitcoin untuk membeli banyak emas dan mendanai sekelompok manusia yang mau diajak bekerjasama.

“Kalau kamu tak percaya, coba saja jual sekaligus. Harga memang akan jatuh. Namun, mereka akan segera menaikan harganya kembali. Jadi, jangan khawatir harga bitcoin akan anjlok selamanya,” ucap Hanz.

Dennis tertantang untuk membuktikan ucapan Hanz. Ia membatalkan rencananya untuk menjual bertahap. Semua bitcoin ia kirimkan ke sejumlah market berbeda.

Dennis memerhatikan daftar antrian pembelian. Biasanya robot-robot otomatis akan bermunculan jika kondisi tidak aman.

Benar dugaan Dennis. Beberapa robot mulai pasang badan untuk menahan agar harga tidak anjlok. Menurut Dennis, nilainya belum sebanding. Baru ada beberapa miliar rupiah saja.

Tanpa sepengetahuan Hanz, Dennis sengaja ingin bermain-main dengan robot itu. Sesekali ia jual bitcoin seharga ratusan juta rupiah.

Sebagian robot ada yang terjebak. Sebagian yang lain langsung kabar melarikan diri. Tak lama kemudian muncul lagi di posisi harga tawar lebih murah.

Dennis lantas menjual bitcoin nya ke market berbeda secara bergantian. Kali ini beberapa robot itu tidak main-main. Bitcoin yang dijualnya langsung diborong habis seperti ikan paus yang kelaparan.

Dennis sangat hapal betul mana trader kelas ikan teri dan yang sesungguhnya kelas ikan paus. Sebutan itu digunakan untuk menyebut trader modal kecil dan modal besar.

Dari daftar antrian pembelian, Dennis bisa melihat para ikan paus mulai bermunculan. Kehadiran mereka tampaknya juga diikuti para ikan hiu dan ikan teri. Pertarungan antara penjual dan pembeli hampir setiap hari terjadi.

Meski ikan teri bermodal kecil, kadang, mereka sering mengambil posisi sebagai pagar betis. Seolah-olah takut jika tidak mendapat jatah makanan bitcoin murah. Situasi itu membuat mereka mengambil posisi tawar sedikit lebih mahal dari para paus.

Di momentum tertentu, para ikan paus terkadang menunjukkan sikap serakahnya. Tak ingin berbagi kepada yang lain. Ingin melahap semua bitcoin murah untuk dirinya sendiri.

Dalam kasus kali ini, bitcoin murah berlimpah ada di depan mata mereka. Sebagian orang di luar sana melihat kondisi ini sebagai situasi yang menegangkan. Betapa tidak, daftar antrian penjualan terus bertambah.

Keberadaan Dennis rupanya memancing reaksi para ikan paus lain yang khawatir harga akan semakin anjlok. Mereka tak ingin ambil resiko dan ikut antri dalam penjualan. Kondisi ini menguntungkan bagi Dennis agar tak ada yang curiga bitcoin yang akan dijualnya adalah hasil peretasan beberapa malam lalu.

Layla penasaran melihat Dennis yang tersenyum sendiri. Ia kemudian mendekat di samping Dennis.

“Sudah kamu jual?” tanya Layla.

“Sebentar lagi, menunggu para paus kelaparan berkumpul,” jawab Dennis tetap memandangi layar monitornya.

“Lucu juga sebutan di dunia trading bitcoin,” celetuk Layla.

“Kamu pernah main trading bitcoin?”

“Belum sih. Aku lebih suka memainkan hati laki-laki,” ucap Layla dengan suara pelan di telinga Dennis agar tidak terdengar ayahnya.

Dennis berhenti sebentar untuk merenungi kalimat tersebut. “Memangnya sudah berapa banyak korban yang berjatuhan?”

“Memangnya perang? Pakai istilah korban berjatuhan!”

“Terserah, deh. Asal jangan aku saja.” Jawab Dennis asal. Konsentrasinya masih kepada paus-paus di daftar antri pembelian.

“Rencananya begitu. Mau aku jadikan korban?” bisik Layla memecah konsentrasi Dennis.

“Males kalau jadi korban. Maunya seriusan!” Dennis tersenyum dan ingin melihat reaksi Layla.

“Maunya kamu begitu. Sebaiknya jangan berharap. Aku sudah punya tunangan,” tangkis Layla dan langsung meninggalkan Dennis untuk membantu pekerjaan ayahnya.

Dennis menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Ia memeriksa kembali daftar antrian di masing-masing market.

Saat ini, hampir semua market yang dimasuki Dennis sudah mengambil posisi masing-masing. Paus Jual versus Paus Beli sudah siap melakukan pertarungan sengit.

***

Kepala IT kantor pusat data trading konsorsium ID333 tampak mulai bisa bernapas lega. Sejak tadi ia masih menunggu kabar Mr. Joe yang berada di Amerika. Tanpa keputusan Mr. Joe, ia tak bisa mendapatkan tambahan dana dari kas konsorsium.

“Benar katamu. Aku juga baru mendapatkan laporan bahwa ada penjualan bitcoin besar-besaran di semua market. Kemungkinan hasil peretasan kemarin,” ucap Mr. Joe dari sambungan ponsel.

“Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?”

“Aku sudah mendapatkan perintah dari Mr.X untuk membeli bitcoin itu. Kita harus monopoli semuanya agar bebas mengendalikan pasar.”

“Kodenya, Mr. Joe?”

“XUSID-666333” sebut Mr. Joe.

Kepala IT pun bergegas mengambil ponsel ponsel khusus yang berada di lemari besi ruanganya. Setelah mengaktifkan ponsel tersebut, ia membuka aplikasi yang khusus dirancang untuk semua anggota konsorsium.

Ia pun segera memasukan kode yang baru saja diterimanya dengan menuliskan angka permintaan dana sejumlah 10 triliun rupiah. Baru kali ini ia mengajukan dana sebesar itu.

Tak lama kemudian Mr. Joe menelponnya lagi. “Kau yakin cukup dengan dana itu?”

Yakin, Mr. Joe. Tim kita sudah menyebarkan isu tentang konglomerat di Amerika bersiap-siap memborong bitcoin. Jadi, kita terbantu dengan calon pembeli lainnya.”

“Bagus. Habiskan saja semua dana tadi. Kita harus bisa mengontrol pasar bitcoin,” perintah Mr. Joe dan segera mematikan ponselnya.

***

Beginikah rasanya bermain-main dengan bitcoin? bathin Dennis. Baginya, ini adalah pengalaman pertama kalinya menjual ribuan bitcoin dan harus berhadapan dengan para monster paus. Tanpa sadar, ia baru saja membuat istilah sendiri.

Melihat dana triliunan rupiah masuk dalam daftar beli langsung membuat Dennis terkejut. “Itu pasti monster paus,” ucap Dennis dalam hati.

Hanz benar. Di luar sana ada pihak yang tak ingin bitcoin hancur. Selain itu, masih ada pihak-pihak yang ingin memanfaatkan bitcoin dengan berbagai macam tujuan.

“Sudah terjual semua, Dennis?” tanya Hanz mengejutkannya.

“Sebentar lagi. Monster paus sudah datang,” jawab Dennis menceritakan apa yang baru saja dialaminya.

“Sebenarnya bukan monster paus, tapi Alien paus,” ucap Hanz seperti ingin mengatakan sesuatu. “Lihat saja nanti perkembangannya. Mereka akan mati-matian menjadikan bitcoin sebagai mata uang bagi seluruh dunia, bukan lagi aset komoditas,” lanjut Hanz.

“Aku tertarik mendengarnya. Bagaimana kalau nanti saja agar konsentrasiku tak terpecah!” sahut Dennis menunjuk ke layar laptopnya.

Hanz dan Layla tertawa.

“Kamu ini dasar keras kepala. Dari tadi sudah kubilang jual saja semuanya langsung. Bitcoin tetap akan aman,” ucap Hanz samabil memperhatikan layar CCTV.

“Bukankah itu Dian Hartanto, kenapa dia datang lagi ke apartemenmu dan membawa orang-orang?” ucap Hanz heran. Layla ikut memerhatikan layar CCTV.

Sementara Dennis hanya menarik napas panjang. Konsentrasinya pecah. Ia penasaran dengan apa yang terjadi di apartemennya.

“Arghhh…!” rutuk Dennis langsung satu-persatu menjual semua bitcoin di semua market.

Terpopuler

Comments

Budhi

Budhi

ternyata layla sudah ada yang punya... denis oh denis

2022-10-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!