BAB 13

Dian Hartanto marah besar setelah rapat bersama para investor. Ia langsung melemparkan vas bunga di mejanya hingga pecah membentur dinding.

Salmah, sekretaris pribadinya itu terkejut dan segera membersihkan pecahan vas bunga menggunakan tisu.

Ia sudah mengira hal itu akan terjadi. Sejak di ruang rapat, bosnya tampak menahan emosi ketika adu argument dengan para investor.

Benar atau salah pendapat mereka itu menjadi tidak penting. Kejadian tadi malam sulit untuk meyakinkan kalau semua dana mereka tetap akan aman. Mereka lebih dari sekadar ingin diyakinkan, tapi juga butuh jaminan.

“Selama ini kami selalu bermain aman. Kalian lihat, di sini ada para analis yang setiap hari bekerja mengawasi pergerakan bitcoin. Semua keputusan diambil menggunakan pertimbangan keamanan,” ujar bosnya memastikan.

“Kalian berani menjamin uang kami tidak hilang sia-sia?”

“Berani mengganti jika terjadi sesuatu?”

“Kalian yakin tidak akan ada peretasan lagi?”

Pertanyaan itu membuat bosnya dan para tim analis juga tenaga IT terdiam. Menjamin semua itu perlu keberanian yang luar biasa. Jika bosnya saja tidak berani, maka mustahil bagi anak buahnya.

Salmah tahu, apa yang sedang mereka bicarakan bukan perkara uang sedikit. Untungnya, tak semua investor menarik dana mereka. Namun, tetap saja mereka kehilangan dana.

“Kita harus cepat mencari investor baru. Aku minta kamu bersama tim membuat materi penawaran sekarang juga,” perintah Dian Hartanto tampak gusar.

Saat rapat tadi, Dian Hartanto sudah berusaha meminta waktu pencairan dana para investor akan dilakukan dua minggu kemudian.

Ia memperhitungkan masih ada waktu untuk mendapatkan keuntungan dalam satu pekan ini. Namun, bagi mereka, itu terlalu lama.

Sebagian khawatir jika ada peretasan bitcoin susulan. Sementara lainnya, mereka sudah tidak percaya sama sekali dengan sistem keamanan bitcoin. Dian Hartanto hanya diberi waktu selama tiga hari ke depan.

“Sekalian aku minta agar para analis untuk membuat perhitungan ulang untuk tiga hari ke depan,” ujarnya kepada Salmah.

“Di mana kamu sekarang, Dennis. Aku butuh bantuanmu,” bathin Dian Hartanto cemas. Ia mencoba menghubungi Dennis melalui ponselnya lagi. Namun, sia-sia. Ia belum menyadari ponselnya sudah tidak sejak berfungsi.

Saat Dian Hartanto sibuk dengan pikirannya sendiri, terdengar pintu ruangannya di ketuk. Salmah membukakan pintu. Dua orang tenaga IT segera masuk untuk memberikan laporan.

“Ada apa?” tanya Dian Hartanto tak sabar.

“Seluruh jaringan internet dan seluler di kantor kita mati. Kami sudah menghubungi pihak penyedia layanan tapi mereka bilang tidak ada gangguan. Sekarang mereka menuju kemari untuk memeriksa langsung,” jawab mereka.

Pikiran Dian Hartanto langsung tertuju kepada 30 unit komputer mining rig. Tanpa koneksi internet, jelas aktifitas penambangan bitcoinnya mati total. Ia pun memeriksa ponselnya lagi, dan baru menyadari tidak ada sinyal.

“Ini aneh,”

“Maaf, Pak. Tadi kami sempat merasakan ada getaran. Hanya saja tidak jelas penyebabnya. Saat kami memeriksa ke belakang kantor, tanahnya terlihat bergelombang.”

“Getaran, bergelombang, jangan-jangan ada gempa bumi?” tebak Dian Hartanto kebingungan.

Kalau begitu kita tunggu beberapa jam kemudian. Matikan semua mining rig dan setelah itu kalian bantu Salmah membuat penawaran. Aku akan memeriksa ke belakang,” perintah Dian Hartanto.

***

Jauh di seberang sana, di dalam salah satu gedung bertingkat, orang-orang mengenakan jas dan berkacamata hitam berkumpul di salah satu ruangan.

Mereka sedang berkumpul untuk mendengar laporan tentang temuan virus aneh yang menginfeksi komputer trading mereka.

“Berarti virus itu baru terdeteksi sekarang?” Mr. Joe sebagai ketua konsorsium ID333 memulai pembicaraan.

“Belum pasti sejak kapan bersarang di komputer kita. Namun, setelah peristiwa pencurian bitcoin tadi malam, virus itu bisa terlihat di layar desktop,” ucap kepala divisi IT memberikan laporan.

“Sudah dihapus?” tanya Mr. Joe lagi.

“Antivirus bahkan tak sanggup mendeteksi dan menghapusnya sama sekali,” ucap kepala divisi IT melanjutkan laporannya.

“Kalau begitu, dari mana kau tahu itu sebuah virus?” selidik Mr. Joe.

Kepala divisi IT lantas menceritakan semua temuan yang menurutnya sangat membingungkan. Ia belum pernah menemui permasalahan seperti ini. Lima belas tahun bekerja di bidang IT, baru kali ia menemukan virus yang menurutnya sangat aneh.

“File itu hanya bisa dihapus ketika tidak terhubung dengan internet,” jawabnya menjelaskan. “Saat internet dinyalakan, file itu muncul kembali dan tidak bisa dihapus.”

“Apa sudah kamu temukan cara kerja virus itu?” tanya Joe langsung ke inti permasalahan.

“Belum, Bos. Hanya saja virus tersebut sangat aneh. Dalam kondisi internet diaktifkan, saat mencoba menghapus virus itu, justru kapasitas virusnya bertambah sendiri hingga berukuran Gigabyte.”

Mr. Joe segera meminta pendapat kepada para peserta rapat lainnya.

“Sebaiknya kita cari cara untuk mengantisipasinya dan memastikan cara kerja virus itu,” saran salah seorang berbadan besar.

“Aku setuju. Jika dalam beberapa hari ini tidak ada solusi, kita ganti saja dengan komputer baru,” ucap salah seorang lagi.

“Lantas bagaimana dengan bitcoin kita yang dicuri? Kurasa itu juga perlu dipikirkan!” tanya yang lain menunggu hasil keputusan ketua konsorsium.

Mr. Joe tampak sedang berpikir. Ia memainkan kacamatanya dengan dua jari tangan. “Kita sudah rugi banyak. Aku sedang menunggu laporan tim analis untuk bersiap-siap ikut menaikkan harga BTC kembali. Kita bisa menutup kerugian jika harga bitcoin bisa naik 30-45%.”

Para peserta rapat menganggukan kepala. Kalimat itu sudah sangat jelas. Artinya, mereka akan bersiap-siap membuat perencanaan untuk menaikkan harga bitcoin.

“Kalau begitu, permasalahan kita saat ini sudah jelas. Selain urusan harga bitcoin, kita juga harus menyelesaikan masalah virus,” tegas Mr. Joe.

Semua peserta rapat setuju dengan keputusan itu. Dalam beberapa hari ini mereka akan fokus mengurus hal tersebut.

“Aku sebenarnya masih penasaran. Apakah dari komputer trading tidak meninggalkan jejak dari mana asal virus tersebut?”

Perhatian semua peserta rapat langsung tertuju kepada kepala divisi IT. Mereka juga masih penasaran sejak tadi.

“Saat ini para tim IT sedang melacaknya, Bos. Seperti virus yang aku ceritakan tadi, awalnya pun tak terlihat. Namun, tim IT kita mampu menemukannya.”

Mr. Joe menganggukan kepala. “Bagus kalau begitu. Menurutmu apa yang harus kita lakukan sekarang?”

“Agar cepat, kita masih perlu orang-orang IT terbaik untuk mempelajari cara kerja virus itu, Bos!”

“Kalau begitu, aku perintahkan semua anggota untuk mencari tenaga IT tambahan. Aku ingin tahu bagaimana cara kerja virus itu sehingga bisa menyadap komputer kita,” ujar Mr. Joe.

“Semua biaya, aku yang akan menanggungnya,” imbuh Mr. Joe. Ia lantas berdiri dari kursi untuk segera meninggalkan ruangan. “Jika bisa, kamu simpan virus itu ke dalam flashdisk atau harddisk eksternal. Aku ingin memperlihatkannya kepada seseorang!” pinta Mr. Joe.

“Siap, Bos!” jawab kepala divisi IT.

Keputusan sudah dibuat. Mereka pun segera meninggalkan ruangan. Setelah turun dari lift, Mr. Joe masuk ke dalam ruangan lain. Ia melakukan panggilan ponsel kepada orang yang jauh di seberang sana.

“Aku butuh bantuan para Allien itu. Dalam beberapa hari ke depan aku akan ke Amerika,” ujar Mr. Joe dalam bahasa Inggris.

Terpopuler

Comments

Puspita

Puspita

Wawwww.,.petualangan seru

2022-10-20

1

Matahari Timur

Matahari Timur

Para mafia berkumpul

2022-10-12

1

Budhi

Budhi

josss

2022-10-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!