BAB 9

Di kamar penginapan, kecemasan demi kecemasan menjejali pikiran Dennis. Ia merasa sudah seperti seorang penjahat yang memerlukan tempat persembunyian dan penyamaran.

Jika kasus pencurian bitcoin malam tadi dialamatkan kepadanya, ratusan atau bahkan ribuan orang pasti sedang mencarinya saat ini.

Membayangkan semua itu, Dennis sangat ketakutan. Belum lagi Dian Hartanto dan dokter Ambar, mereka pasti sedang kebingungan mencarinya. Sementara ini, ia sengaja tak ingin menghubungi dua orang itu agar tidak menimbulkan masalah baru.

Di depan cermin, Dennis memperhatikan penampilannya. Ia mencatat beberapa barang yang harus dibeli untuk melakukan penyamaran sekaligus lampu senter untuk aksinya malam nanti.

Setelah memesan semuanya secara online, ia pergi keluar kamar untuk memberitahui resepsionis jika sedang memesan barang. Dennis tak lupa memberikan uang tip kepada resepsionis itu.

Saat ini, dengan memiliki rencana membuat Dennis merasa lebih tenang. Ia bisa pergi mandi, bersiul dan juga memesan sejumlah makanan. Ditambah suara musik dari ponsel membuat suasana hatinya lebih nyaman.

“Sepertinya aku harus membeli laptop baru,” pikir Dennis merasa tak cukup hanya dengan ponsel untuk memantau perkembangan yang terjadi di luar sana. Namun ia ragu untuk membelinya sekarang.

“Aku harus menemukan persembunyian paling aman dulu, baru setelah itu mengatur ulang rencana demi rencana,” ucap Dennis dalam hati.

Ia lantas mengambil ponselnya untuk memeriksa kondisi pasar kripto terkini. Masih ada satu transaksi ‘short’ XRP yang belum dia selesaikan. Bagaimana pun, Dennis tetap bertanggung jawab dengan dana investor yang didapatkan Dian Hartanto untuknya.

“Masih ada lima hari lagi,” pikir Dennis untuk memaksimalkan keuntungan. Padahal, jika mau, saat ini pun ia sudah bisa mengembalikan dana investor beserta keuntungannya. Namun Dennis memiliki rencana lain.

Ia tidak ingin lagi bergantung kepada dana investor. Dengan kemampuan aneh yang dimilikinya saat ini, ia bahkan bisa pulang ke kampung halaman dengan membawa banyak uang tanpa bingung harus mencari pekerjaan.

“Baiklah. Mari kita selesaikan sekarang,” ucap Dennis kepada dirinya sendiri. Ia sudah mendapatkan keuntungan tambahan 25 BTC dari posisi ‘short’ XRP. Artinya, sejak malam tadi hingga siang ini, Dennis sudah mendapatkan total keuntungan sebanyak 259 BTC.

Ia tak ingin mencampur keuntungan itu dengan mengirimkannya ke dompet penyimpanan yang lama. Bagaimana kalau ada pihak yang memata-matai aktifitasnya sekarang? Di dompet itu, masih menyimpan bitcoin yang menyebabkan Dennis merasa ketakutan.

Setelah mengirim sebagian keuntungan ke dompet penyimpanan yang baru, Dennis mengirim sisanya ke market kripto Indonesia untuk dijual.

Ia periksa harga BTC dalam rupiah. Dennis merinding melihat keuntungan yang bakal dimilikinya sekarang. Hanya dengan menjual 50 BTC, minimal Dennis akan menerima uang sebesar Rp.2.750.000.000.

Ia tak tahu akan ia gunakan untuk apa uang sebanyak itu. Dennis masih berpikir untuk mengatur penjualan. Jika ia jual langsung, dipastikan harga bitcoin akan semakin anjlok. Namun jika mengatur penjualan secara bertahap, perlu waktu untuk menghabiskannya.

 Ia paham sekarang kenapa harga bitcoin diprediksi anjlok sejak kemarin. Saat ia mengandalkan kemampuan anehnya pun, ia melihat harga bitcoin memang akan turun.

Berita pencurian bitcoin membuat orang panik dan mengambil cara aman dengan menjual aset mereka.

Sementara itu, orang-orang yang untung besar dari keanehan market tadi malam juga mulai menjual bitcoin untuk mendapatkan keuntungan. Seperti dirinya sekarang, maka wajar harga bitcoin turun.

Masih untung Dennis tidak mengotak-atik bitcoin di dompet penyimpanan yang lama. Kalau itu juga dijual, bisa dibayangkan nasib harga bitcoin dan kripto lainnya. Bisa-bisa banyak developer yang bangkrut.

Dennis memutuskan untuk menjual bitcoinnya secara bertahap dengan rentang harga yang bervariasi. Ia tahu banyak orang menunggu harga bitcoin lebih murah dari daftar antrian pembelian.

Dennis tak ingin melakukan itu. Ia ingin harga bitcoin semakin tinggi dan memberikannya banyak keuntungan.

Sementara Dennis masih sibuk mengatur penjualan di ponselnya, terdengar suara pintu kamarnya di ketuk. Setelah Dennis membuka pintu, ternyata resepsionis penginapan membawakan satu paket dus besar.

“Ini pesanannya, Pak. Tadi ada seseorang yang mengantarnya. Dia bilang untuk disampaikan ke Pak Dennis,” ujar resepsionis segera meninggalkan Dennis sendirian.

Tanpa perasaan curiga, Dennis menerima paket itu. Ia hanya heran dengan bungkus yang besar. Tidak sesuai dengan barang yang dipesannya. “Apakah salah kirim?” bathin Dennis. Tidak mungkin,resepsionis tadi bilang memang ditujukan untuknya.

Ia pun membolak-balikkan kardus besar itu untuk mencari informasi pengirim. Ia semakin heran ketika tidak menemui nama, alamat bahkan nomor telpon.

Dennis ragu membuka paket itu. Dari luar, tak ada yang aneh. Kondisinya terbungkus rapi menggunakan kertas kado berwarna hitam.

Tiba-tiba Dennis berpikiran buruk. Bagaimana kalau paket itu berisi sesuatu yang bisa mencelakainya?

Ia segera menempelkan telinga ke salah satu bagian sisi kardus itu. Tak ada bunyi jarum jam, atau desis suara ular. Bahkan saat ia menggoyangkan paket itu, tak ada tanda-tanda makhluk hidup di dalam sana.

Dennis mengambil ponsel dan mengaktifkan tombol rekaman video. Dari jarak dekat, ponsel itu ia letakkan persis menghadap paket yang siap dibuka.

Perlahan Dennis merobek kertas pembungkus itu. Ia terkejut saat melihat isinya berupa satu unit laptop, ponsel, pakaian dan kunci sepeda motor.

Paket itu langsung ia rapikan dan menutupnya kembali. Ia pergi keluar untuk menemui resepsionis. Paket itu jelas salah kirim. Ia tidak memesan barang-barang itu.

“Setelah menyerahkan paketnya, orang itu langsung pergi, Pak,” jawab resepsionis.

“Apa ada tamu lain yang bernama Dennis atau teman kalian di sini?”

“Tidak ada, Pak. Dia bilang pesanan untuk Pak Dennis kamar nomor 9.”

 “Deg..” Dennis terkejut. Tidak salah lagi, paket itu memang ditujukan kepadanya. Bagaimana mungkin pengirim itu tahu ia sedang berapa di penginapan?

Bagaimana bisa pengirim itu mengetahui nomor kamar yang ia sewa? Siapa orang itu? Kenapa keanehan demi keanehan selalu menguntitnya?

Dennis ke kamarnya kembali. Ia penasaran dengan isi paket itu. Pertama kali yang ia lakukan adalah menyalakan ponsel. Benar saja, setelah dinyalakan, suara nada panggilan terdengar.

“Halo,” ucap Dennis menahan suaranya menunggu balasan.

“Aku tunggu sekarang juga. Sepeda motormu sudah siap di halaman parkir penginapan. Bawa juga laptop itu,” ucap seseorang dengan suara berat di seberang sana.

“Halo, Siapa Anda? Halooo…!” tanya Dennis tak sabar namun panggilan ponsel itu segera dimatikan. Tak lama kemudian muncul notifikasi pesan Telegram yang berisi alamat yang harus ia datangi.

Dennis gugup. Ia tak tahu siapa yang baru saja menghubunginya itu. Jika ia pergi, lantas bagaimana dengan keselamatannya?

Dennis pasrah. Ia memutuskan untuk berangkat menemui orang itu. Menghindar sekali pun, orang itu baru saja sudah membuktikan bisa melacak keberadaannya.

Terpopuler

Comments

Puspita

Puspita

Suka cerita bgini

2022-10-20

0

Kang Comen

Kang Comen

rumit

2022-10-08

0

Nisa Deeba

Nisa Deeba

mangstab thooor

2022-10-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!