BAB 12

Dennis mendapatkan banyak informasi setelah menyentuh tangan lelaki itu. Segala pengalaman, pikiran, perasaan, bahkan tindakan lelaki itu, semuanya terjadi bukan dalam waktu sebentar. Namun, Dennis bisa mengetahuinya dengan sangat mudah.

Dennis tahu usia lelaki itu sudah 49 tahun. Selama itu pula, perjalanan hidup lelaki itu, bahkan semua manusia di bumi ini, ditempa oleh lingkaran hukum kausalitas yang berbeda-beda. Siapa dan menjadi apa, tergantung energi yang dihasilkan dari pikiran masing-masing.

Tak ada yang mudah melewati perjalanan hidup. Mulai masih menjadi bayi, remaja, dewasa, bertemu lawan jenis, menikah, bekerja, memunyai anak, semuanya penuh liku-liku.

Dennis bisa mengetahui itu seperti laiknya menonton pilem yang kadang menegangkan, dan sesekali menyedihkan.

Ya. Itulah hasil energi yang tersimpan di dalam tubuh lelaki itu dan semuanya berada dalam frekuensi dan fase yang berbeda.

Dennis bisa melihat kesedihan semacam apa yang membuat lelaki itu sangat terpuruk. Itu adalah saat istrinya meninggal dunia. Kesedihan itu menimbulkan frekuensi yang begitu kuat sehingga jumlah getaran yang dikirimkan lebih banyak dan terasa.

Tak heran Dennis pun ikut meneteskan air mata. Getaran frekuensi kesedihan itu terus mengalami repetisi dibandingkan kesedihan lainnya.

Begitulah yang terjadi dengan Dennis saat menerima informasi. Di pikirannya seperti menonton layar televisi. Namun, di balik itu semua adalah energi, frekuensi dan getaran. Namun, Dennis belum menyadarinya.

Dennis masih mencari informasi penting untuk menjawab semua pertanyaan yang ia alami selama ini. Ia yakin, di dalam tubuh lelaki itu tersimpan rahasia yang sangat ia butuhkan. Tentang Allien, misalnya. Bahkan, keanehan yang dialami tubuhnya.

Pada sebuah getaran yang berwarna-warni, Dennis melihat sebuah sumur tua di belakang kantor Dian Hartanto.

Ada sesuatu yang tidak wajar dari sumur itu. Dari atas hingga bagian tengah tampak seperti sumur kebanyakan.

Namun, sisanya hingga ke bagian dasar sumur, Dennis bisa melihat ada kabel tembaga berukuran besar yang melilit rapat. Sementara bagian luarnya, ditutup dengan lempengan besi persegi empat.

Dari dasar sumur itu, ia melihat terowongan berukuran besar menuju sebuah ruangan yang terang-benderang.

Tubuh Dennis berjingkat saat melihat sekumpulan makhluk aneh sedang beraktifitas di dalam sana. Mereka menatap ke arah Dennis.

Para makhluk itu seperti mengatakan sesuatu dan menyapanya. Tangan mereka melambai seperti menyadari kehadirannya.

Apakah mereka, mahkluk aneh, atau para Allien itu, bisa mengetahui kalau saat ini ia sedang melintasi ruang dan waktu? bathin Dennis.

Ada kecemasan menghinggapi pikiran Dennis. Ia pun memutuskan segera keluar dari getaran itu.

Sudah hampir lima belas menit Dennis mengumpulkan informasi. Ia kemudian mencoba masuk pada getaran yang berbeda. Getaran yang terlihat begitu samar dan hampir tak terlihat.

Tak seperti tadi, kali ini ia melihat selubung hitam yang menghalanginya. Saat berhasil melewati selubung itu, ia sempat melihat sekelompok makhluk aneh lain sedang berada di sebuah laboratorium.

Ia tak sempat mengenali tempat itu dan terpaksa keluar ketika salah seorang makhluk aneh menampar wajahnya.

Dennis tersentak. Wajahnya benar-benar merasakan sakit. Ia pun berhenti untuk menambah informasi lainnya.

Saat membuka mata, pertamakali yang ditanyakan Dennis adalah tentang wajahnya.

“Apakah ada bekas merah seperti tamparan di wajahku?”

Layla mengangguk. “Kamu sempat meringis kesakitan tadi.”

Lelaki itu hanya tersenyum. “Kamu pasti sudah bertemu mereka,” tebaknya seolah-olah mengetahui apa yang terjadi.

“Jadi mereka memang benar ada? Kenapa banyak sekali dan berada di tempat terpisah?” tanya Dennis.

“Astaga! Apa kamu juga bertemu Allien Rustler?”

“Rustler? Aku baru mendengarnya. Siapa mereka?”

“Mereka para Allien jahat yang memanipulasi bumi lewat tangan-tangan manusia,” jawab lelaki itu tampak sibuk menghadapi komputernya.

Layla datang menghampiri ayahnya. “Ada apa, Ayah?”

“Aku berusaha menghapus jejak perjalanan Dennis. Para Rustler itu bisa saja mengetahui keberadaan kita.”

“Apa perlu kita meminta bantuan para Wrangler?” tanya Layla.

“Siapa Wrangler?” Dennis penasaran.

“Nanti saja penjelasannya. Sekarang ada yang lebih penting untuk kami kerjakan,” jawab Layla.

“Siapkan ranjang stretcher dan bawa Dennis ke laboratorium sekarang,” perintah lelaki itu terlihat panik.

Layla paham apa yang akan dilakukan ayahnya. “Ikut aku. Cepat!” ajak Layla terburu-buru menuju ruangan di sebelahnya. Ia segera mengambil ranjang stretcher dan membuka lipatannya.

“Cepat tidur,” perintah Layla.

“Ada apa ini?” tanya Dennis kebingungan dan menolak perintah Layla.

Dari belakang, lelaki itu tampak sudah siap dengan jarum suntik. Layla sekilas memandangi ayahnya untuk menunggu kode persetujuan.

Dennis belum juga mau berbaring di atas ranjang stretcher. Lelaki itu mengangguk. Layla tak ada pilihan lain. Ia harus menghentikan aliran darah dan syaraf yang tersambung ke otak Dennis.

Dari arah agak menyamping, Layla melayangkan pukulan keras di bagian tengkuk Dennis. Dalam hitungan detik, tubuh Dennis pun langsung pingsan.

Sigap Layla menangkap tubuh itu dan langsung membaringkan Dennis ke ranjang.

“Dia terlalu banyak bertanya dan tidak tahu akibat perbuatannya tadi,” ucap lelaki itu langsung menyuntikkan cairan ke bagian leher Dennis.

“Aku hanya menghapus lima menit terakhir agar tidak repot mengulang semuanya dari awal lagi,” ucap lelaki itu memberitahu Layla.

“Kalau harus dari awal lagi, mending langsung kita culik saja dulu,” ucap Layla mengingat semua lelah yang harus ia jalani selama memata-matai Dennis.

Ia ingat ketika harus berpura-pura menjadi wartawan ketika Dennis masuk rumah sakit hanya untuk memastikan prediksi para Allien itu benar.

Sejak itu, Layla harus mondar-mandir bekerja di café untuk mengawasi Dennis dari kejauhan.

“Apakah mulai besok aku sudah bisa berhenti bekerja di café? tanya Layla meminta persetujuan.

Lelaki itu tampak sedang berpikir. “Kita harus lebih berhati-hati sekarang. Meski Dennis akan tinggal di sini, para Rustler pasti mengirimkan orang-orangnya untuk memburu Dennis. Mereka memiliki akses kuat kepada orang-orang penting di setiap tempat. Jadi berhati-hatilah!”

“Siap, Bos!” jawab Layla. “Sambil menunggu dia siuman. Aku akan pergi mandi dulu dan menyiapkan kamar untuknya,” sambung Layla ingin pergi meninggalkan ayahnya.

“Jangan sampai perjuangan kita sia-sia, Layla. Ibumu sudah mengorbankan nyawanya untuk kita,” ucap lelaki itu melepaskan kacamatanya.

“Sudahlah, Ayah. Bukan waktunya untuk bersedih sekarang. Tugas kita adalah membuatnya bangga. Kita pasti bisa tepat waktu menghambat rencana jahat mereka!” ucap Layla menenangkan ayahnya.

“O. Ya. Kapan-kapan ajari ayah cara memukul seperti tadi. Sepertinya aku juga harus belajar ilmu beladiri!”

Layla tersenyum. Kali ini ingatan tentang ibunya tak sengaja datang melintas. Ia ingat ketika sedang belajar ilmu beladiri bersama ibunya setiap hari.

Sementara ayahnya, selalu saja menghindar dan memilih berjibaku di ruang bawah tanah dengan berbagai rumus matematika, fisika dan kimia.

Terpopuler

Comments

REY ASMODEUS

REY ASMODEUS

energi, frekuensi dan getaran,.. ini bagian dari rahasian dunia.. kalau bisa terpecahkan maka segala hal yang masih sulit di wujudkan, bisa terwujud

2022-11-06

0

Muhammad Bahruf

Muhammad Bahruf

asyik thoorrr

2022-10-22

0

Puspita

Puspita

Muncul nih tokoh ceweknya

2022-10-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!