BAB 19

MOBIL van Luxio keluaran terbaru saat ini sudah terparkir di halaman rumah Hanz. Layla dan Dennis bergerak cepat mempersiapkan berbagai peralatan yang mereka butuhkan.

Dennis sengaja menggunakan tiga unit komputer untuk memudahkan tugasnya memantau seluruh aktifitas. Sementara Layla, memastikan CCTV baru dan wireless earphone bisa bekerja sesuai fungsinya. Hanz sendiri mempersiapkan botol kecil, pisau pinset dan beberapa cairan kimia yang diperlukan.

“Apa sudah siap?” tanya Hanz saat keluar dari rumahnya membawa sekotak peralatan.

“Kita simulasi dulu,” jawab Layla menyerahkan wireless earphone kepada ayahnya dan Dennis. Mereka pun langsung berpencar untuk memastikan alat berfungsi dari jarak jauh. Sementara Dennis tetap tinggal di dalam mobil sambil mengoperasikan komputer.

“Sejauh ini berfungsi dengan baik. Sebaiknya kita coba juga dari bawah tanah!” saran Dennis meminta salah satu dari mereka untuk turun.

“Oke. Apakah suaraku terdengar?” ucap Layla.

“Sip. Sangat jelas. Kalau begitu semuanya lancer. Kita bisa berangkat sekarang,” ujar Dennis.

“Tunggu dulu. Aku sudah menyiapkan pakaian khusus untuk kita. Silakan periksa di kamar masing-masing,” ucap Layla.

Dennis penasaran dengan pakaian khusus yang dimaksud Layla. Ia pun bergegas menuju ke kamarnya. Di tempat tidur, ia sudah menemukan jaket kulit hitam dengan rompi anti peluru, kaca mata hitam, sepatu dan celananya.

“Silakan dicoba masing-masing. Maaf kalau ada yang terlalu besar atau kekecilan. Aku tadi tidak sempatan menanyakan ukuran pakaianmu, Dennis,” ucap Layla masih dari wireless earphone.

“Kalkulasimu sangat tepat. Semuanya sesuai. Hanya saja aku bingung dengan kacamatanya,” ujar Dennis.

“O, iya. Itu kacamata super canggih ala-ala James Bond buatanku. Ada tiga tombol yang berfungsi sebagai mini kamera CCTV.  Fungsi lainnya terkoneksi ke antar kacamata, bisa melihat aktifitas secara langsung dan real time. Satunya lagi berfungsi untuk terkoneksi ke ponsel lewat aplikasi yang sudah kubuat,” jawab Layla menjelaskan.

“Kamu programer juga?” tanya Dennis.

“Bukan. Aku hanya merancangnya dan ada orang khusus yang membuatnya sesuai pesanan. Proyek pembuatan kacamata itu sudah lama selesai namun belum pernah diuji. Sekalian saja nanti kita coba saat di lapangan,” sahut Layla.

“Keren. Aku suka!” jawab Dennis.

“Suka yang mana? Kacamatanya atau yang merancangnya,” tanya Layla menggoda Dennis tak sadar kalau mereka bertiga saling terhubung.

“Ehemm...” Hanz pura-pura batuk.

Suara mendadak hening. “Ayah suka sepatunya, ini ringan sekali.,” puji Hanz.

“Itu juga sepatu khusus. Sebenarnya ada kamera tersembunyi di bagian ujung atas sepatu yang terhubung ke kacamata. Aku khawatir disalahgunakan, jadi tidak kuaktifkan sekarang.”

“Disalahgunakan bagaimana maksudmu?” tanya Hanz penasaran.

“Mmm, karena posisinya di bawah…”Layla tak melanjutkan ucapannya.

Dennis tertawa memahami maksud Layla. “Ngapain juga buat ngintip dalaman perempuan. Kurang kerjaan saja!” celetuk Dennis. “Saranku, aktifkan saja. Sekaligus untuk mengetahui kinerjanya,” pinta Dennis.

“Halah, bagaimana pun kalian laki-laki. Diam-diam suka dengan hal-hal seperti itu, kan? Aku tidak akan mengaktifkannya sekarang.”

“Ayah sudah tua. Tidak tertarik lagi. Kalau Dennis masih sangat mungkin,” giliran Hanz menanggapi.

“Kok aku?” Dennis tidak terima dengan tudingan Hanz.

“Sudah, jangan berdebat. Ayo kita berangkat!” Layla menimpali perdebatan mereka.

Masing-masing lantas keluar dari kamar mereka. Saat bertemu, mereka pun saling memandang satu sama lain. Seragam Hanz dan Dennis ternyata sama, kecuali Layla.

Dennis gagal menahan tawanya. Ternyata Layla menggunakan rok pendek selutut berwarna hitam. “Pantas saja dia bersikeras tidak ingin mengaktifkan kamera di sepatunya,” bathin Dennis.

“Kenapa tertawa? Ini rok khusus. Semua perlengkapan termasuk senjata kejut listrik ada di balik rok dan kalau berjalan begini, tidak terlihat oleh orang.”

“Kecuali kamera di sepatu aktif, pasti terlihat semua,” ledek Dennis tertawa.

“Lihat dia, Ayah. Itu sudah termasuk pelecehan terhadap perempuan, bukan?” Layla merajuk.

“Nanti saja kita bahas. Kamu juga kenapa harus menggunakan rok,” Hanz menyalahkan Layla.

“Tujuannya sih biar orang-orang tidak curiga. Dengan begini aku jadi mudah menjalankan tugasku nanti,” Layla membela diri.

Hanz tak ingin berdebat. Ia pun lantas menuju mobil. Layla mengikuti langkah ayahnya sambil menjulurkan lidah kepada Dennis dan mengepalkan tangannya. Di belang, Dennis hanya bisa menahan senyum.

“Pak sopir, ayo segera berangkat,” ledek Layla kepada Dennis yang bertugas sebagai sopir.

***

Di depan pintu ruangan manajer apartemen, kepala keamanan berulangkali mengetuk pintu tersebut. Ia menengok ke dalam, namun tak dijumpai manajer berada di ruangannya. Ia tekan panel pintu dan ternyata tidak terkunci.

Kepala keamanan lantas masuk ke dalam dan tak lupa menutup pintunya kembali. Ia mendengar suara shower sedang menyala. “Ternyata sedang mandi,” pikir kepala keamanan memutuskan menunggu sang manajer keluar dari dalam kamar mandi.

Ia ingin memberikan laporan langsung sekaligus menyerahkan kunci apartemen.  Udara panas di dalam ruangan membuat kepala keamanan mengelap peluhnya degan tisu. Ia heran saat memerhatikan kabel AC ruangan yang kabelnya sudah terlepas.

“Kenapa manajer tidak memperbaikinya? Padahal di sini panas sekali!” pikir kepala keamanan.

Tak lama kemudian ia mendengar suara dari dalam kamar mandi. Suara yang aneh. Namun, kepala keamanan menganggapnya akibat suara shower.

“Aku sudah mencari Hanz kemana-mana, tapi belum juga kutemukan,” jawab manajer itu dari dalam. “Aku sudah tidak tahan kalau begini terus. Hampir saja tadi aku berubah ke wujud asli di hadapan manusia,” keluh sang manajer kepada seseorang.

Kepala keamanan penasaran. Sambil berjingkat, ia menempelkan telinganya ke pintu untuk mendengarkan lawan bicara manajer.

“Kita harus menemukan Hanz secepatnya agar bisa bertahan lama tanpa hidrogen,” ucap suara satunya.

“Aku akan mengirimkan pesan kepada pimpinan agar menambah pasukan kita,” ucap sang manajer.

“Aku setuju. Sekarang, kau boleh istirahat dan aku akan menggantikan wujud si manajer.”

“Sebaiknya kamu mencari bentuk sendiri agar lebih aman. Jangan lupa baca catatan di meja. Aku sudah menuliskan semua aktifitasku hari ini agar penyamaranmu tidak ketahun.”

“Baiklah. Ini sangat merepotkan. Sudah saatnya aku mencari wujud lain agar kita bisa bebas keluar dari ruangan ini bersama-sama.”

“Kalau begitu, pilih saja salah satu dari mereka. Aku akan tidur dulu!”

Mendengar itu, kepala keamanan sangat terkejut. Ia belum bisa memastikan apa yang terjadi di dalam sana? Kepada siapa manajer itu berbicara?

Tak ada waktu lagi untuk keluar dari ruangan. Kepala keamanan itu lantas bersembunyi di bawah meja rapat yang separuhnya tertutup taplak meja.

“Ceklek…” suara pintu terbuka.

Kepala keamanan mengawasi gerakan seseorang dari bawah meja. Ia sangat terkejut saat melihat kaki berukuran besar lengkap dengan kuku jari yang tajam. Tampak jelas olehnya kulit kaki itu memiliki sisik dan berwarna hijau.

Kepala keamanan juga melihat sedikit demi sedikit perubahan kaki itu. Lambat laun kaki itu berubah berukuran kecil dan seperti kaki manusia.

“Bosan juga setiap hari harus membaca catatan. Hmm, kepala keamanan, sepertinya dia cocok jadi mangsaku."

Terpopuler

Comments

Nisa Deeba

Nisa Deeba

Ceritanya berasa kel hidup dan nyata

2022-10-24

0

Muhammad Bahruf

Muhammad Bahruf

sip thooorrr

2022-10-22

0

donadoni

donadoni

Bener bener keren ceritanya

2022-10-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!