Aliya pun akhirnya mendorong kursi roda Melody.
" Kaka tidak apa-apa kan?" tanya Aliya sembari mendorong kursi roda Melody.
" Kakak tidak apa-apa," jawab Melody.
" Syukurlah kalau begitu," sahut Aliya.
" Aliya, kakak boleh tanya sesuatu," ucap Rania tiba-tiba.
" Hmmm, boleh memang mau tanya apa?" sahut Aliya yang menghentikan mendorong kursi roda Melody. Aliya berpindah kehadapan Melody berjongkok di depan Melody.
" Kakak mau tanya apa?" tanya Aliya lagi.
" Memang kapan Ardian dan Raisa akan menikah?" tanya Melody ragu.
Sebelumnya dia memang mendengar pernikahan itu dari Feby adiknya. Tetapi kapan jelasnya Melody tidak tau. Dia juga tidak ingin mau tau. Tetapi tiba-tiba saja dia ingin tau.
" Hmmm, seharunya sih bulan 3 Minggu lagi. Karena persiapannya sudah 50%. Tetapi kalau saat ini aku tidak tau kapan jelasnya yang aku dengar-dengar. Jika kakak dan OmArdian bercerai. Baru Tante Raisa akan menikah dengan Om Ardian," jawab Aliya apa adanya.
" Jadi mereka akan menikah setelah kami bercerai. Ardian memang sengaja menikahiku untuk membuatku menderita. Lalu mencampakkan ku, setelah itu dia akan menikah dengan Raisa. Ardian mengulang kembali kesalahan beberapa tahun lalu," batin Melody tampak kesal.
" Tetapi mungkin jika kakak tidak bercerai dengan Om Ardian. Pasti Om Ardian tidak akan menikah dengan Tante Raisa," lanjut Aliya lagi.
" Aku tidak mungkin tidak bercerai dengannya. Aku bisa gila di rumah ini. Aku tidak mungkin diam di injak-injak oleh pasangan itu. Aku tidak akan membiarkan mereka memperlakukanku dengan seenaknya," batin Melody.
" Kak Melody, lagian kakak ngapain harus cerai sama Om Ardian. Bukannya dulu kakak dekat ya sama kak Ardian. Aliya jadi ingat saat di jemput pulang sekolah sama kak Ardian. Aliya selalu di suruh buat kasih kakak bunga," ucap Aliya yang menjadi saksi hubungan Melody dan Ardian.
Aliya berbicara sambil tersenyum-senyum mengingat semuanya di mana saat itu dia masih memakai seragam merah putih. Dan Aliya selalu menjadi korban Ardian saat Ardian pedekate dengan Melody.
" Kak Melody jangan bercerai. Tetaplah di rumah ini," ucap Aliya.
" Kamu tidak mengerti apa-apa Aliya. Apa yang aku rasakan tidak hanya di katakan tidak. Kamu tidak tau apa yang aku alami," batin Melody.
" Aliya, lagian Om kamu juga memiliki calon istri dan dia juga tinggal di sini. Bagaimana mungkin kamu menginginkan orang lain. Sementara Om kamu sendiri punya pilihan," ucap Melody.
" Kak Melody. Pilihan Om Ardian itu adalah kakak. Kalau tidak di pilih. Mana mungkin Om Ardian menikahi kakak," sahut Aliya yang sangat bisa membaca situasi.
" Aliya kamu terlalu kecil untuk mengerti semua ini. Pernikahan ini kakak yang mengalaminya. Kamu belum mengerti apa-apa," ucap Melody.
" Siapa bilang aku tidak mengerti, aku sudah SMA dan aku sudah paham atas semuanya," sahut Aliya yang sok pintar.
" Sudahlah, kita jangan bahas masalah ini. Ayo antar kakak lagi ke kamar," sahut Melody yang tidak mau membahas panjang lebar.
" Baiklah kalau bwgitu. Kakak mau langsung istrirahat?" tanya Aliya.
" Iya Aliya, kakak capek dan langsung mau istirahat saja," sahut Melody.
" Ya sudah," Aliya pun kembali berdiri dan kembali ke belakang Melody mendorong kursi roda Melody sampai kekamar. Di mana kamar Ardian memang di lantai 2. Dan mereka berhenti di depan anak tangga.
" Aliya panggil teman dulu ya untuk mengangkat kakak," ucap Aliya yang mana mungkin mengangkat Melody sendirian ke dalam kara yang melihat tangga yang begitu panjang.
" Iya," jawab Melody.
Aliya pun melihat di sekitarnya untuk mencari orang yang akan membantu Melody. Aliya terus melihat-lihat di sekitarnya dan berjalan tidak jauh dari Melody untuk kembali mencari-cari orang. Dan tiba-tiba kebetulan Aliya melihat Ardian yang ada di sana.
" Om, Ardian," panggil Aliya, dan Ardian menghentikan langkahnya dan melihat ke arah Aliya.
" Kemari sebentar," panggil Aliya dengan menggunakan tangannya.
" Ada apa Aliya?" tanya Ardian ketika berada di depan Aliya.
" Tolong bantu Aliya mengangkat kak Melody kedalam kamar dan ketempat tidur. Kak Melody mau istirahat," ucap Aliya.
" Memang Melody ada di mana?" tanya Ardian yang terlihat ragu melakukannya. Karena tau Melody pasti tidak akan mau.
" Ada di bawah tangga mau naik kekamar, Aliya kan tidak mungkin mengangkat sendirian," ucap Aliya.
" Jika aku mengangkatnya. Melody pasti tidak akan mau. Yang ada dia akan kesetanan kembali," batin Ardian yang seakan tau drama selanjutnya.
" Om kenapa Diam. Ayo!" ajak Aliya.
" Biar Om panggil yang lain saja," sahut Ardian menolak.
" Issss, om ini aneh, masa iya mau membantu istrinya saja harus panggil orang lain. Nggak bisa gitu dong Om. Harus Om sendiri," ucap Aliya mendesak Ardian yang penuh dengan keraguan.
" Udah nggak usah banyak berpikir, ayo buruan!" ajak Aliya lagi yang langsung menarik tangan Ardian dengan paksa dan mau tidak mau Ardian mengikut saja.
" Ayo om!" ucap Aliya dengan suara memaksa.
Mendengar suara Aliya membuat Melody menoleh kebelakang dan melihat Ardian ada di sana dan memang wajah Melody langsung memerah ketika melihat Ardian. Baru saja tadi terjadi keributan dan sekarang Ardian memunculkan wajahnya. Pembuluh darah Melody hampir mau pecah dengan hadirnya Ardian.
" Aku tidak mau dia yang mengangkat ku!" sahut Melody yang langsung menolak. Ardian sudah pasrah. Dia memang tau kata-kata itu pasti akan keluar dari mulut Melody.
" Tapi kak. Om Ardian kan suami kaka," sahut Aliya yang bingung.
" Dia bukan auamiku. Aku lebih baik tetap di sini dari pada di sentuh olehnya," sahut Melody yang naik pitam dengan kehadiran Ardian.
" Kamu ini benar-benar ya Melody, bicara selalu suka-suka," batin Ardian yang lama-kelamaan muak dengan kata-kata Melody yang itu-itu saja.
" Ngapain masih berdiri di situ, ayo pergi!" usir Melody. Aliya garuk-garuk kepala dengan suami istri yang sama-sama keras itu.
" Aliya kamu pergilah. Biar Om yang mengurusnya," ucap Ardian yang malah mengusir Aliya. Mendengarnya membuat Melody kaget.
" Bukan dia yang pergi tapi kamu!" teriak Melody.
" Sana Aliya!" usir Ardian kelihatan begitu serius. Aliya yang kebingunang pun memilih langsung keluar.
" Aliya jangan pergi! tetap di sini, aku tidak mau di sentuh olehnya. Aliya! panggil Melody. Aliya harus pura-pura tuli dan tetap pergi. Dia tidak mau mengurusi rumah tangga itu.
Ardian membuang napasnya kasar kesamping dan langsung mendekati Melody.
" Mau ngapain kamu. Jangan menyentuhku!" Bentak Melody dengan matanya yang melotot saat Ardian tepat berada di dekatnya.
" Cukup Melody. Apa kamu belum puas membuat keributan tadi. Jadi jangan membantah lagi," tegas Ardian.
" Jika kamu tidak ingin aku membuat keributan. Kamu ceraikan aku. Dan pulangkan aku. Selesai. Kamu bisa menikah dengan wanita obsesif itu," dsahut Melody dengan menekan suaranya. Ardian dengan geram langsung menggendong Melody paksa.
" Ardian lepas. Kamu ini apa-apaan, lepaskan aku, lepas!" teriak Melody saat suaminya menggendongnya paksa.
Ardian membawa Melody menaiki satu persatu anak tangga di mana Melody meronta-ronta dengan berteriak-teriak dengan memukul-mukul dada Ardian yang ingin minta di lepaskan.
" Ardian kamu kurang ajar. Lepas aku!" bentak Melody. Ardian menghentikan langkah kakinya di tengah anak tangga.
" Lepaskan aku!" tegas Melody dengan menekan suaranya yang melihat Ardian dengan serius dan Ardian juga melihatnya.
" Kamu ingin ku lepaskan di sini. Jangan menantangku. Kamu bisa mati jika ku turunkan di sini," ucap Ardian.
" Aku lebih baik mati. Dari pada harus bersamamu. Jadi turunkan aku!" teriak Melody.
" Dasar keras kepala," desis Ardian yang kembali melanjutkan langkahnya membawa Melody kedalam kamar. Melody kembali berteriak yang meronta-ronta ingin di turunkan Aditya tidak mempedulikannya dan terus membawanya sampai kedalam kamar.
Ardian pun sudah membawa Melody ketempat tidur. Melody terus meronta-ronta sama seperti tadi. Karena begitu tidak sisinya dengan Ardian yang menggendongnya.
Ketika Melody sudah di atas tempat tidur, tetap Ardian belum melepas tangannya dari pundak Melody dan ke-2 bawah tengkuk kaki Melody.
Melody yang penuh kemarahan langsung menampar Ardian yang wajah Ardian sangat dekat di depannya.
Plakk.
Tamparan itu membuat Ardian diam dengan menatap tajam Melody yang jarak pandang mereka tidak jauh.
" Kurang ajar kamu Ardian!" Bentak Melody.
" Kamu yang kurang ajar. Aku suamimu dan berani-beraninya kamu menamparku!" geram Ardian dengan pipinya memerah.
" Suami apa. Pernikahan itu tidak sah," sahut Melody menekankan.
" Pernikahan itu sah, aku menikahimu di depan orang tuamu!" tegas Ardian yang masih tetap dengan posisi wajah mereka yang saling berdekatan.
" Itu tidak sah. Aku tidak pernah ingin menikah denganmu, kau yang menikahiku tanpa aku tau," tegas Melody.
Ardian melepas gendongannya perlahan dan bangkit dari ranjang berdiri di depan Melody.
" Cukup Melody!" bentak Ardian, " Aku muak dengan semua kata-kata mu yang itu-itu lagi. Kamu dengar ya Melody. Aku punya batas kesabaran terhadapmu. Jangan sampai aku melewati batasku, kerena ulahmu sendiri. Aku masih mengampuni kekurangajaranmu yang sudah menamparku. Sekali kamu melakukannya, aku tidak akan memberimu toleransi lagi," tegas Ardian mengingatkan Melody dengan betul-betul.
" Kau mengancamku," sahut Melody dengan menatap sinis.
" Anggaplah itu ancaman untukmu, agar kau tidak melakukannya lagi," ucap Ardian. Melody mendengus kasar mendengar ancaman itu.
" Kau pikir siapa dirimu. Kau pikir aku takut denganmu," sahut Melody.
" Jangan menantangku Melody. Kau istriku. Aku masih menghargaimu. Jangan sampai Kesabaranku habis dan tidak menghargaimu sedikitpun," tegas Ardian dengan wajah seriusnya.
" Kau sengaja mengatur semua ini. Untuk menguasaiku. Kau memang tidak ingin aku lepas darimu. Kau itu bajingan Ardian! kau mengambil kesempatan saat aku tidak sadar, kau menikahiku, kau ingin aku menderita, kau sengaja melakukan semua itu, bajingan. Kau benar-benar ingin menguasai ku," teriak Melody dengan matanya yang berkaca-kaca.
" Terserah apa katamu. Aku hanya memperingatimu," sahut Ardian memilih pergi dari pada mendengarkan kata-kata Melody yang tidak akan ada habisnya. Ke-2 sama-sama keras dan tidak ada yang mau mengalah.
" Bajingan kamu Ardian, aku sangat membencimu!" teriak Melody dengan suaranya yang menggelegar.
" Arggghhhh," teriak Melody dengan penuh kemarahan memukul tempat tidur dan bahkan melempar bantal ke arah pintu. Kalau bisa berjalan mungkin kamar itu pasti sudah di hancurkannya.
" Aku harus mencari cara. Agar cepat keluar dari rumah ini. Aku tidak akan membiarkannya menguasai ku terus menerus seperti itu," batin Melody dengan matanya yang memerah.
Ardia keluar dari kamar itu dengan mengusap wajahnya kasar. Ternyata sang mama ada di sana yang tidak jauh darinya dan pasti Widia mendengar teriakan Melody. Ardian menatap sang mama dengan tatapan nanar.
Namun Widia hanya menghela napas lalu pergi. Widia kelihatan juga sudah lelah dengan semua yang terjadi dia juga tidak bisa mencampuri rumah tangga Melody dan juga Ardian yang baru dalam hitungan hari.
" Maaf mah, Ardian sudah membuat mama menjadi pusing dengan permasalahan Ardian dan juga Melody Ardian berjanji akan menyelesaikan semua ini," batin Ardian yang merasa bersalah dengan mamanya.
***********
Raisa menemui Ardian dan bicara dengan Ardian. Di mana mereka bicara di pinggir kolam renang yang berdiri saling berhadapan.
" Kamu ingin jadikan aku apa Ardian?" tanya Raisa.
" Apa maksud kamu Raisa?" tanya Ardian.
" Maksudku jelas. Di saat kita merencanakan pernikahan. Kamu diam-diam menikah dengan Melody. Apa selama ini kamu masih berhubungan dengan Melody," ucap Raisa dengan air matanya yang keluar.
" Kamu menuduhku yang tidak-tidak," sahut Ardian.
" Aku menuduhmu. Aku tidak menuduhmu. Tetapi kenyataannya jelas. Kamu dan Melody menikah dan apa lagi kalau bukan kalian punya hubungan," ucap Raisa dengan berteriak.
" Raisa cukup. Penjelasan pernikahan itu sudah kamu dengar berkali-kali. Jadi jangan membahas itu-itu lagi," ucap Ardian dengan suara rendahnya.
" Lalu jika aku tidak membahasnya apa yang harus aku bahas. Kamu lihat Ardian apa yang terjadi tadi. Melody mengejekku dan kamu hanya diam saja saat itu," sahut Raisa yang ingin mencari pembelaan.
" Raisa semua tidak akan terjadi. Jika kamu tidak mencari gara-gara dengan Melody. Apa susah menjauh darinya jangan malah memancing keributan," sahut Ardian.
" Apa maksud kamu. Jadi maksud kamu yang terjadi tadi adalah kesalahanku. Kamu membela Melody," sahut Raisa dengan menekan suaranya.
" Aku tidak membela siapa-siapa. Aku hanya memberimu saran. Tolong Raisa aku pusing dengan semua ini. Aku harus mengurus ini itu , permintaan mama, permintaan keluarga Melody. Kepalaku cuma 1 Raisa. Jadi aku mohon tolong mengerti," ucap Ardian yang terlihat begitu lelah.
" Semua masalah itu karena ulah kamu sendiri. Jadi mengapa mengorbankan aku," sahut Raisa menegaskan.
" Iya. Masalah memang bermula dari ku. Bukan cuma kamu yang menjadi korban tapi juga Melody," sahut Ardian. Raisa benar-benar terkejut dengan Ardian yang terus menerus membela Melody.
" Ardian kamu benar-benar ya bisa-bisanya kamu membela wanita itu di depanku," sahut Raisa menekan suaranya.
" Sudah ya Raisa, aku benar-benar lelah. Terserah kamu beranggapan apa. Aku mohon mengerti dengan semua ini," sahut Ardian yang langsung pergi meninggalkan Raisa. Mata Raisa membulat sempurna dengan kata-kata yang keluar dari mulut Ardian begitu mudahnya.
" Ardian kita belum selesai bicara!" teriak Raisa.
" Ardian!" panggil Raisa lagi.
" Sailllll!" teriak Raisa yang bertambah kesal. Karena tidak mendapatkan apa-apa. Ardian bahkan membela Melody di depannya. Bagaimana dia tidak bertambah frustasi.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 277 Episodes
Comments
Baihaqi Sabani
huft melody krs kpla bnr....klw jadi q c pura2 aj suka adrian klw adrian dh bucin....hempaskn🤣🤣🤣🤣🤣
2022-09-28
0
Dharni Dharmawan
bingung🤔
2022-09-27
1
fima12
raiso..... kegatelan...dasar
2022-09-24
0