Mereka juga sibuk membolak-balik beberapa lembaran kertas yang sepertinya sangat penting.
" Ardian sama Raisa sudah menemui Wo nya?" tanya Shandra.
" Kayaknya sih sudah Tante. Soalnya tadi aku sempat tanya Raisa dan dia menemui Wo bersama Ardian semalam kalau tidak salah," sahut Mika menyampaikan informasi apa yang di ketahuinya.
" Ya tolong di bantu ya Mila untuk persiapan pernikahannya. Karena kamu yang lebih paham untuk mengurus semuanya," sahut Widia yang mempercayakan pada menantu tertuanya itu.
" Mama tenang aja Mila akan terus memantau persiapan semuanya jadi mama jangan khawatir," sahut Mila meyakinkan mertuanya itu.
" Makasih ya Mila," ucap Widia. Mila mengangguk dengan tersenyum.
" Ardian di mana?" tanya Shandra.
" Masih di kantor, bukannya sama dengan Evan mereka sama-sama belum pulang," sahut Mila.
" Ardian, tetap saja gila bekerja, sudah tau mau menikah sahut Widia.
" Biasa lah mbak, laki-laki memang seperti itu, biarkan saja. Yang penting dia tidak lupa dengan kewajibannya yang sebentar lagi akan menikah," sahut Shandra.
" Ya semoga saja," sahut Widia.
" Hmmm, tapi Raisa mana?" tanya Shandra yang tidak melihat Raisa bergabung.
" Di kamar mungkin," sahut Mila menebak.
Memang benar apa yang di katakan Mila Raisa memang berada di kamar yang sekarang mengeluh, marah-marah, mengadu dan segalanya dengan wajahnya yang penuh emosi yang tidak bisa di kendalikannya sedari tadi dan tugas Novi hanya mencoba untuk menenangkannya dengan membujuknya berkali-kali.
" Sudahlah Raisa. Melody itu hanya mantan. Melody masa lalu dan kamu adalah masa depannya. Jadi Apa yang kamu pikirkan. Yang penting kamu akan menikah dengan Ardian sebentar lagi. Sudah selesai jangan membuat pikiran kamu jadi kacau dengan apa yang terjadi barusan," ucap Novi yang membuat pengertian pada Melody.
" Tetap aja Tante, dia itu mengesalkan. Sudah tau mau menikah. Tetap masih tetap aja menyimpan-nyimpan foto wanita itu dan seperti yang aku katakan. Bukannya minta maaf malah menyalahkanku. Siapa yang tidak emosi coba," geram Raisa jika mengingatnya ingin merobek-robek album tersebut.
" Ya, kamu sabar dong Raisa. Kamu dengar Tante. Kamu itu masih pacaran dengan Ardian. Kalian belum menikah. Dan kamu belum bisa menguasainya. Jika sudah menjadi istrinya. Barulah kamu punya hak atas dirinya dan melarang apapun yang tidak kamu sukai," ucap Novi mengingatkan Raisa.
" Ishhh, tapi tetap saja. Dia itu sangat memuakkan. Dia seakan -akan tidak menganggapku sebagai calon istrinya," ucap Raisa yang masih menahan amarahnya.
" Melody sudah ya. Hanya tinggal hitungan Minggu kamu akan menjadi istri Ardian. Jadi kamu harus tenang jangan emosian seperti ini. Images kamu bisa buruk. Sebentar lagi kamu akan menjadi satu-satunya wanita di hati Ardian, percayalah dan juga menjadi ratu di rumah ini," ucap Novi.
" Tenang ya," ucap Novi.
Raisa tidak bicara lagi, Dia hanya mengangguk dengan menenangkan dirinya. Namun pasti dia masih sangat kesal dengan Ardian yang selalu hidup dengan suka-sukanya itu.
************
Hujan deras sedang mengguyur bumi dengan Sambaran petir di begitu kuat. Sedari sore memang cuaca sudah menunjukkan tanda-tanda jika akan turun hujan deras. Makanya sekarang hujan deras turun.
Melody keluar dari kamarnya menggunakan dress putih yang di padu dengan rajut berwarna pilutih juga. Melod terlihat buru-buru menuruni anak tangga.
" Mau kemana kamu Mel?" tanya Daniah sang mama yang melihat Melody mengambil kunci mobil di atas meja di ruang tamu.
" Mau keluar sebentar ma, ada hal penting," jawab Melody.
" Hujan-hujan seperti ini kamu mau pergi. Nak bisa bahaya," ucap Daniah mengingatkan.
" Sebentar saja kok mah," sahut Melody.
" Apa nggak bisa nanti. Kamu jangan cari penyakit keluar hujan-hujanan seperti in!" ucap Daniah yang terus mencegah Melody.
" Hanya sebentar mah, ya sudah Melody pergi dulu. Assalamualaikum," ucap Melody
yang langsung pergi. Melody memang keras kepala. Kalau dia bilang pergi memang harus pergi. Ya mohon bersabar saja untuk kelakuannya.
" Anak itu benar-benar kalau di kasih tau, tidak mau mendengarkan. Sudah tau hujan deras masih aja pergi," ucap Daniah geleng-geleng yang tidak bisa mencegah Melody yang pergi.
Melody keluar dari rumah dan melihat hujan memang kelihatan begitu deras dan petir juga saling menyambar.
" Kapan redanya hujan ini," batin Melody yang ragu untuk pergi.
Namun tetap saja. Melody tidak peduli dan buru-buru masuk kedalam mobilnya walau dia tau itu pasti berbahaya. Tetapi sepertinya ada hal penting yang harus di kerjakannya dan membuatnya tidak peduli dan tetap pergi.
Melody pun buru-buru menuju mobilnya dengan menutup kepalanya agar tidak terkena hujan dan tiba dia sudah masuk kedalam mobilnya.
" Ahhhh, kenapa sih Evan harus mendadak seperti ini. memang nggak bisa nanti apa," batin Melody sembari memakai sabuk pengamannya.
" Ahhh, sudahlah, dari pada tidak selesai," ucapnya mengusap-usap kaca mobilnya bagian depan. Agar dia bisa melihat jalan. Lalu tanpa berpikir panjang Melody kembali menyetir.
*************
Melody pun harus menyetir di tengah hujan yang deras, bahkan kendaraan sangat sepi. Namnya juga hujan. Orang-orang takut kali berkendara. Tapi Melody memang anak yang keras kepala dan tidak akan puas. Jika tidak menyelesaikannya. Jadi mau hujan badai pun akan tetap di tempuhnya.
Melody juga menyetir dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai. Dia memang terlihat buru-buru dalam mengendarai bahkan beberapa kali Melody menyalip truk-truk yang di depannya. Dia sudah seperti pembalap profesional.
Dratt-dratt-drattt.
Ponsel Melody tiba-tiba berdering dan Melody langsung menoleh ke arah ponsel itu dan melihat panggilan dari Evan.
" Apa lagi sih nih anak!" geram Melody yang kesulitan mengambil handphonenya yang berada di bangku sebelahnya. Namun Melody akhirnya mendapatkannya dengan cepat.
" Halo ada apa?" tanya Melody dengan wajahnha yang kesal.
" Kamu di mana?" tanya Evan.
" Sabar masih di jalan. Kamu itu ngerpoti nanget sih sudah tau hujan," sahut Melody yang langsung marah-marah pada Evan.
" Maaf Melody namanya juga terdesak mau gimana lagi," sahut Evan.
" Ya sudah kamu sabar sebentar lagi aku sampe," ucap Melody.
" Jangan lama-lama ya Mel, aku takut dia marah," ucap Evan yang malah mendesak Melody.
" Iya kamu sabar, sebentar lagi," sahut Melody yang terus menyetir dengan kecepatan tinggi semakin di desak Melody semakin buru-buru.
" Memang kamu di mana sih?" tanya Evan lagi yanh sudah tidak sabaran.
" Hmm, aku tidak tau ini di mana," jawab Melody yang melihat-lihat ke pinggir jalan yang mencoba mencari tau keberadaannya.
Gara-gara pertanyaan itu membuat Melody tidak fokus melihat kedepan.
" Mel, di mana?" tanya Evan lagi. Melody pun melihat-lihat lagi di sekitarnya. Sampai Melody tidak sadar di depannya ada truk yang melaju kencang.
Melody pun akhirnya melihat kedepan. Matanya melotot saat melihat truk yang sudah dekat dengannya. Bahkan wajahnya di penuhi lampu truk.
" Aaaaaaaaa!" teriak Melody yang berusaha mengelakkan kecelakaan. Namun Melody salah sasaran dan membatas pagar jalan dan mobilnya masuk ke semak-semak.
" Aaaaaaaaa!" teriak Melody lagi yang sudah tidak bisa mengendalikan dirinya.
Brakkkkkkk.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 277 Episodes
Comments
Widi Widurai
kalau org uda tau lg dijalan jgn direcoki bsa ga sih demi keselamatan? model ginian yg bikin sebel, uda tau dijalan, ditanyain mulu posisi dimana
2022-11-13
3
Baihaqi Sabani
akhryaaaaaaaa kecelakaaan....dh tau hujan....tpi kclkaan g sm adrian ko adrian yg sruh nikahiiin🤔🤔🤔🤔
2022-09-28
0