Sore hari Ardian dan Raisa akhirnya bertemu di salah satu Restaurant yang di tentukan Raisa. Pelayan Restaurant sedang menghidangkan minuman dan makanan untuk pasangan itu.
" Mana WO nya, kamu bilang dia akan datang?" tanya Ardian melihat arloji di tangannya. Dia sudah buru-buru menyelesaikan pekerjaannya agar tidak telat tetapi nyatanya yang di pentingkan malah tidak datang dengan tepat waktu.
" Sebentar lagi," jawab Raisa ketus.
" Ohhh," sahut Ardian yang juga terlihat biasa saja. Raisa menatap kesal kekasihnya itu yang tampak biasa saja dan Raisa mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.
Yang mana ternyata album foto itu yang sengaja di bawanya yang mana Raisa pasti ingin menyelesaikan masalahnya dengan Ardian. Raisa meletakkan album foto itu di atas meja dan menggesernya pada Ardian. Ardian yang minum menggunakan sedotan bingung dengan apa yang di tunjukkan Raisa padanya.
" Apa ini?" tanya Ardian heran.
" Aku yang seharusnya bertanya. Kenapa itu masih kamu simpan," ucap Raisa yang menekan suaranya yang sudah menahan amarahnya sejak tadi.
Ardian tampak tidak mengerti dari pada dia penasaran Ardian langsung membukanya dan Ardian sedikit kaget melihat Album itu yang ternyata banyak foto-foto Melody dan dirinya. Ardian menatap Raisa dengan serius.
" Di mana kamu menemukannya?" tanya Ardian dengan dingin.
" Kamu bertanya lagi kepadaku. Ardian seharusnya aku yang bertanya, kenapa kamu masih menyimpan ini. Aku menemukan ini di dalam gudang dan ya kamu masih menyimpan rapi semuanya. Kamu sadar tidak kita sudah pacaran bertahun-tahun dan sekarang kita mau menikah dan kamu masih menyimpan ini. Masa lalu kamu dengan wanita itu," ucap Raisa marah-marah yang memang sudah tidak tahan sejak tadi.
" Cukup Raisa," gertak Ardian pelan, " jika kamu menemukannya di dalam gudang, itu berarti aku tidak menyimpannya. Kecuali kamu menemukannya di kamarku, dengan rapi. Itu baru aku menyimpannya," tegas Ardian yang membela dirinya.
" Itu sama saja, mau kamu menyimpannya di gudang atau di manapun. Kalau masih ada di rumah itu sama saja. Seharusnya kamu membakar ini. Wanita itu hanya masa lalu kamu. Jadi berhenti memikirkannya," tegas Raisa.
" Kamu jangan berlebihan. Aku tidak pernah memikirkannya. Dan aku menegaskan sama kamu, aku tidak menyimpannya. Jadi cukup jangan memperpanjang masalah dengan apa yang kamu temukan," tegas Ardian.
" Apa kamu bilang memperpanjang masalah. Siapa Ardian yang memperpanjang masalah. Kamu yang selalu mencari masalah. Seharusnya album ini di buang dan di sobek, atau di bakar," geram Raisa menarik Album itu dan ingin menyobeknya dan Ardian menghentikan tangannya membuat Raisa menatap tajam Ardian.
" Kamu menghentikanku?" tanya Raisa dengan suaranya menekan menatap tajam Ardian.
" Ini tempat umum, jadi berhenti melakukan hal yang tidak perlu kamu lakukan!" tegas Ardian.
" Alasan kamu. Bilang aja kamu tidak rela jika aku menghancurkan kenangan kamu dengan dia. Atau jangan-jangan masih banyak benda-benda lain yang masih kamu simpan, kamu memang tidak bisa melupakan wanita itu," sahut Raisa mendengus kasar dengan pikirannya yang semakin buruk pada Aditya.
" Ohhhh, aku curiga, jika sebenarnya kamu masih menyukai wanita itu. Kamu masih mencintainya. Iya kan!" ucap Raisa dengan menekan suaranya menuduh sesuka hatinya.
Ardian tampak kesal dengan tuduhan Raisa dan Ardian langsung menarik album itu dari tangan Raisa. Kemudian berdiri.
" Kamu memang mengajakku bertemu hanya untuk ribut. Seharusnya aku tidak terburu-buru menyelesaikan pekerjaanku. Jika ujung-ujungnya hanya untuk ribut yang tidak jelas seperti ini," ucap Ardian kesal dan hendak pergi.
" Mau kemana kamu?" tanya Raisa menahan tangan Ardian.
" Aku tidak bisa menjadi tontonan orang-orang di sini. Aku masih punya malu tidak sepertimu yang tidak punya malu yang ribut asal-asalan," tegas Ardian dengan melepaskan tangan Raisa dari lengannya.
" Ardian, kita harus bertemu dengan WO," ucap Raisa.
" Kamu saja yang menemuinya, aku sudah tidak mood," sahut Ardian yang langsung memilih pergi.
" Ardian!" panggil Raisa. Namun Ardian tidak peduli dan tetap melanjutkan langkahnya.
" Ishhhh," geram Raisa dengan penuh emosi. Wajahnya begitu memerah yang ditinggalkan begitu saja.
" Dia selalu saja merasa paling benar, sudah tau bersalah. Tapi apa, dia yang pergi, bukannya membujukku, minta maaf dan melakukan sesuatu. Aku yang malah di salahkan. Semua ini gara-gara wanita sialan itu. Dia selalu saja menjadi bumerang dalam hubungan kami," geram Raisa yang sudah ingin mencabik-cabik Melody.
Raisa melihat di sekitarnya yang mana memnag benar kata Ardian kalau mereka sudah menjadi tontongan. penghuni Restaurant itu hanya bertanya-tanya, apa yang terjadi. Ya Raisa memang mencuri perhatian pengunjung Restaurant itu, ya makanya Ardian pergi. Karena masih punya rasa malu tidak dengan Raisa yang tidak punya malu.
*************
Melo Cafe.
Seorang wanita cantik duduk di kasir dengan matanya yang fokus pada tablet dengan jarinya yang memegang pen. Di mana wanita itu tampaknya mencatat-catat dengan rapi yang sepertinya beberapa keperluan yang ingin di belanjakan nya.
" Kak Melody," tiba-tiba seoarang wanita yang memakai seragam sekolah memanggilnya dan langsung berdiri di depannya yang terhalang meja kasir.
" Kamu sudah pulang?" tanya Melody.
" Hmmm, seperti yang kakak lihat," jawab Feby, " Hmmm, oh iya kakak sudah dengar kabar belum?" tanya Feby tiba-tiba dengan wajahnya yang serius.
" Kabar, kabar apa?" tanya Melody yang masih fokus pada tabletnya itu. Namun penasaran dengan kabar yang akan di sampaikan adiknya itu.
" Kakak tau tidak. Kalau kak Ardian akan menikah," sahut Feby membuat Melody berhenti menulis dan melihat kearah Feby sebentar.
" Kakak tau?" tanya Feby dengan menatap kakaknya dengan mengintimidasi.
" Tidak. Kakak tidak tau dan tidak mau tau juga," sahut Melody tampak santai yang memang tidak peduli dengan kata-kata Feby.
" Alah, bohong banget nggak mau tau. Padahal kepo," sahut Feby yang senyum cengengesan. Melody langsung menatap adiknya itu dengan horor.
" Ha-ha-ha-ha-ha, becanda," sahut Feby yang sudah mendapat tatapan horor itu langsung takut. Melody kembali melanjutkan pekerjaannya.
" Lagian kakak sih, masa iya putus dari kak Ardian tidak pernah punya pacar. Kak Ardian aja sudah pacaran berkali-kali," ucap Feby.
" Aku tidak pernah pacaran dengannya jadi kata putus itu tidak ada," sahut Melody dengan dingin.
" Gini, nih kalau wanita sedang sakit hatinya yang paling dalam. Pasti nggak mau ngakuin pacarnya, padahal dulu saling romantisan," sahut Feby yang menggoda kakaknya lagi. Melody sampai harus membuang perlahan napasnya kedepan dan kembali melihat adiknya itu.
" Kamu masih ingin membahasnya di sini?" tanya Melody dengan geram menatap horor adiknya itu. Feby langsung tersenyum dengan rada-rada takut.
" Pergi, ganti baju kamu. Kakak mau pulang," ucap Melody dengan tegas yang menaikkan 2 alisnya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 277 Episodes
Comments
Baihaqi Sabani
lnjut💪💪💪
2022-09-27
0