Dania duduk di ruang tamu dengan wajahnya yang sendu yang tampak memikirkan sesuatu. Gadis menantunya menghampiri mama mertuanya dengan duduk di samping Dania sembari mengusap pundak Dania.
" Mama sedang memikirkan apa?" tanya Gadis.
" Gadis apa yang kita lakukan ini salah?" tanya Dania menatap sendu Gadis.
" Maksud mama apa?" tanya Gadis.
" Melody, apa ini tidak akan menyakiti mentalnya dengan meninggalkannya di rumah itu. Dia tidak menyukai tempat itu. Dia membenci suaminya. Apa kita sangat jahat sampai meninggalkannya di sana?" tanya Dania seakan memikirkan putrinya. Matanya tidak bisa bohong. Jika dia begitu menyesal membuat Melody berada di sana.
" Mah, bukannya kita semua sudah sepakat di awal. Apa yang kita lakukan untuk kebahagian Melody," ucap Gadis.
" Bahagia di mananya Gadis. Saat kita di sana. Kamu bisa melihat Melody begitu menderita dan apa lagi kita tidak ada di sana. Mama tidak tau apa yang akan terjadi kepadanya," ucap Dania dengan perasaannya yang terus khawatir.
" Jangan memikirkan hal itu," tiba-tiba Marsel datang yang langsung menyahut pembicaraan mamanya.
" Tidak memikirkan kamu bilang, Melody itu anak mama. Mama tau apa yang di rasakannya," sahut Dania.
" Marsel tau. Tapi kita melakukan semua ini demi kebaikannya dan untuk mempertanggung jawabkan perbuatan Ardian. Jadi Melody tidak akan apa-apa," ucap Marsel meyakinkan mamanya.
" Tau dari mana kamu. Kalau dia tidak akan apa-apa," sahut Dania ragu.
" Mah, Ardian tidak melakukan apa-apa percayalah dengan Melody di rumah itu. Bukan Melody yang akan menderita. Tapi semua penghuni rumah itu. Mereka yang akan menderita. Mereka semua akan mendapatkan balasan dari apa yang mereka lakukan pada Melody. Termasuk Ardian. Jadi percayalah kepada Marsel. Marsel melakukan semua ini. Karena sudah memikirkan semua ini. Apa yang kita lakukan untuk keadilan pada Melody," tegas Marsel.
" Mama tetap khawatir kepadanya," sahut Nadya.
" Mah, jangan khawatir. Apa yang di katakan mas Marsel benar. Melody tidak akan apa-apa. Bukannya kita tau. Jika dia salah gadis yang kuat. Jadi kita serahkan saja kepadanya. Ini hanya awal-awal saja Melody seperti itu. Lama-lama dia akan terbiasa dan mama tidak perlu khawatir kepadanya," sahut Gadis menambahi sedikit agar mertuanya itu tenang.
" Ada benar saja," sahut Dania ragu.
" Pasti benar ma, sudah ya, jangan memikirkannya lagi. Nanti kita telpon dia untuk menanyakan kabarnya," ucap Gadis. Dania hanya mengangguk saja.
Dia pasrah dengan putrinya yang sudah berada di rumah orang lain. Dia hanya berdoa. Semoga putrinya itu memang benar baik-baik saja.
***********
Sudah satu Minggu Melody berada di rumah itu. Memang tidak terasa. Tetapi pasti tidak ada kebahagian. Dia hanya terus menangis dan tetap tidak menerima kondisi terbarunya.
Tetapi Melody tidak punya pilihan lain. Mau tidak mau Melody harus menjalani hari-harinya di rumah itu. Melody yang berada di atas kursi roda sedang di dorong oleh Aliya keponakan Ardian. Melody tetap saja murung dengan semua yang terjadi akhir-akhir ini di dalam hidupnya.
Namun memang keluarga itu memperlakukannya dengan baik. Tidak ada yang jahat pada Melody. Mungkin pasti kesal dengan Melody yang sedikit-sedikit berteriak-teriak. Namun tetap mereka memperlakukan baik.
Ya apalagi setiap kali Melody melihat Ardian pasti emosi Melody bertambah naik lagi. Ardian memang selalu menjadi kunci dari setiap permasalahannya.
Seperti saat ini tidak sengaja Melody berpapasan dengan Ardian.Sontak membuat Melody langsung kesal dan ingin menerkam Aditya. Namun Aliya yang terlihat sudah mengerti langsung memutar balikkan kursi roda itu. Sebelum terjadi perang besar.
" Huhhh, harus buru-buru ini sebelum terjadi perang dunia ke-3," batin Aliya yang sengaja menghindari Ardian dari Melody.
Usia Aliya sama dengan Feby adik Melody, sama-sama 16 tahun. Jadi Melody juga nyaman bersama Aliya yang mungkin sefrukensi dengan adiknya Feby. Jadi sangat cepat masuk kedalam pribadi Melody di keluarga itu.
Aliya pun mendorong kursi roda Melody taman belakang agar Melody merasa tenang dan tidak marah-marah lagi. Taman belakang cukup asri dan udaranya sangat sejuk. Lumayan bisa untuk terapi kesehatan pikiran pada Melody. Penurunan emosi dan penenang hati.
" Kakak butuh sesuatu?" tanya Aliya.
" Kakak hanya butuh minum," sahut Melody.
" Ya sudah kalau begitu kakka tunggu di sini. Aliya ambil dulu, atau ada lagi?" tanya Aliya menawarkan kembali.
" Tidak ada itu saja," sahut Melody.
" Hmmm ,ya sudah, Aliya ambil sebentar ya," ucap Aliya.
" Iya," jawab Melody mengangguk. Aliya pun langsung pergi meninggalkan Melody di taman sendirian.
Melody menarik napas panjang dan membuangnya perlahan. Dia menghirup udara kedamaian sebentar. Taman itu cukup indah membuat matanya terobati dengan selama ini yang hanya melihat-lihat orang-orang yang di bencinya.
" Sampai kapan aku akan di sini," lirihnya mengeluh dengan kondisinya. Melody melihat ke-2 kakinya.
" Kapan aku bisa berjalan. Jika aku bisa berjalan. Maka aku juga bebas. Aku sudah tidak di sini lagi. Aku akan bebas dari tempat ini. Dia harus menceraikan ku secepatnya, aku harus bisa berjalan. Aku tidak mungkin berada di sini terus. Aku tidak mau itu," batin Melody yang tidak sabar untuk di cerai.
" Melody kamu harus bersabar sebentar lagi. Percayalah semuanya pasti baik-baik saja. Kamu akan secepatnya pergi dari tempat ini," batin Melody yang memberikan semangat untuk dirinya sendiri.
" Ehemm," tiba-tiba terdengar suara deheman yang membuat Melody tersentak kaget. Yang mana ternyata deheman itu berasa dari Raisa. Wanita yang pasti di bencinya dan pasti membencinya juga.
" Jadi ini cara murahan kamu untuk merebut calon suami orang. Dengan berpura-pura seperti ini. Lalu membuat sandiwara dengan bekerja sama pada keluargamu itu. Lalu masuk kedalam rumah ini untuk menjadi menantu," ucap sinis Raisa, " Sangat murahan caramu," desis Raisa membuang kasar napasnya.
" Aku tidak pernah pernah merebut calon suami orang. Tapi calon suamimu yang sepertinya tidak bisa melupakanku sampai akhirnya harus mengambil kesempatan menikahiku saat aku tidak sadar," sahut Melody yang tidak kalah sinisnya membalas kata-kata itu. Dia memang tidak peduli dengan Raisa. Jika Raisa mengganggunya. Maka dia juga tidak akan takut sama sekali.
Ternyata jawaban yang singkat itu. Mampu membuat Raisa kesal. Dengan giginya yang merapat di dalam mulutnya yang tertutup itu dan tatapan matanya semakin tajam melihat Melody yang jauh terlihat lebih santai.
" Melody, Melody, apa kau masih menyukai Ardian, sepertinya kau terlalu banyak bermimpi," sahut Raisa dengan menyunggingkan senyumnya.
" Aku rasa kau sudah mendengar ucapan pertama ku tadi. Bukan aku yang menyukainya. Tapi dia yang masih tidak bisa melupakan ku. Jadi sebaiknya belajar untuk memahami situasi. Agar bisa mendapat kesimpulan yang bijak dan jangan bertanya yang jawabannya sudah ada," sahut Melody dengan sinis. Namun terlihat tenang dalam menjawab pertanyaan Raisa.
" Kau mengatakan dia menyukaimu. Jika dia menyukaimu. Dia tidak akan meninggalkanmu demi aku. Dan kau lihat aku berpacaran dengannya selama 4 tahun dan kau hanya menderita karena cintamu yang tidak di pedulikan itu," sahut Raisa. Namun Melody hanya tersenyum menanggapi kata-kata Raisa.
" Apa kau sudah sadar itu. Kau hanya di campakkan dan dia memilihku. Dan kau masih mengatakan dia menyukaimu, terlalu mengkhayal," lanjut Raisa merasa menang.
" Benarkah!" sahut Melody dengan santai.
" Kenapa, apa yang aku katakan salah. Atau kata-kata ku sudah menyadarkan mu," sahut Raisa.
" Tidak aku mencoba memahami apa yang kau katakan barusan. Kau mengatakan barusan. Aku merebut calon suami orang, atau lebih tepatnya calon suamimu. Tetapi
Barusan kau juga telah mengatakan bahwa kaulah yang merebutnya dari ku. Kau tau aku dan dia bersama saat itu. Tetapi kau memungutnya dari ku dan dengan bangganya kau berpacaran selama 4 tahun dengannya. Aku jadi bingung dengan teori yang kau katakan," ucap Melody dengan santai.
" Raisa, Raisa. Biar aku simpulkan teori yang kau jelaskan kepadaku. Kau memungutnya dariku dan berpacaran dengannya selama 4 tahun. 4 tahun cukup lama. Tetapi apa pacaran berguna dengan aku yang sudah di nikahi olehnya yang pada intinya. Kau hanya berpacaran. Tetapi tidak di nikahi. Sementara aku di nikahi," sahut Melody dengan santai yang tampak memanas-manasi Raisa
Raisa benar-benar naik darah dengan kata-kata Melody yang pasti memang benar. Raisa adalah duri dalam hubungannya dengan Ardian dulu dan walau berpacaran dengan Raisa lama. Tapi nyatanya Melody yang menjadi istri Ardian.
" Apa yang kau katakan!" geram Raisa dengan darahnya mendesisr hebat.
" Sudah jelas yang kukatakan. Kau hanya berpacaran. Tapi tidak di nikahi dan aku di nikahi. Sampah yang kau pungut. Yang akhirnya menjadikan mu sampah juga," jawab Melody dengan tersenyum miring.
Raisa sampai naik tensi dan ingin melayangkan tangannya menampar mulut Melody.
" Tolong!!!!!!" teriak Melody. Raisa tidak jadi menamparnya dan membiarkannya tabgannya begitu saja yang ingin menampar Melody.
" Tolong! tolong! tolong!" teriaknya lagi yang terus menerus. Teriakan Melody bahkan sampai membuat penghuni rumah berdatangan.
Widia, Shandra, Ardian, Evan, Aliya, Mila dan Novi. Ya hanya itu yang ada di rumah saat ini yang datang ke taman saat mendengar teriakan itu.
" Ada apa ini?" tanya Mila panik.
" Dia ingin memukulku," sahut Melody yang langsung to the point. Semua mata kaget dengan menatap Raisa yang juga tidak percaya Melody akan mengatakan hal itu kepada semua orang.
" Raisa apa yang kamu lakukan?" tanya Shandra yang kaget dengan tindakan Raisa. Raisa sendirj juga kaget yang Melody bisa-bisanya mengatakan itu. Sementara Melody hanya melihat sinis Raisa.
" Raisa kamu mau memukul Melody?" tanya Widia tidak habis piskir.
" Aku_ aku_ aku tidak melakukannya," sahut Raisa membantah.
" Melody kamu jangan asal menuduh. Raisa tidak mungkin memukulmu," sahut Novi yang membela Raisa.
" Aku tidak akan berteriak. Jika tangannya tidak akan melayang ke wajahku," sahut Melody dengan santai.
" Apa-apaan ini Raisa. Apa yang kamu lakukan," sahut Ardian.
" Ardian. Aku tidak melakukannya. Kamu jangan membela wanita ini!" teriak Raisa yang merasa di hakimi.
" Raisa tidak akan bermain tangan jika bukan kamu yang memulai Melody benarkan," sahut Novi mencari pembelaan untuk Raisa
" Dia yang mendatangiku di tempat ini. Aku dan Aliya sedari tadi di sini dan Aliya sedang mengambil minum. Namun dia datang dan menggangguku. Dia menyalahkanku atas calon suaminya yang menikahiku. Aku hanya mengatakan kepadanya. Dia yang pacaran tapi aku yang di nikahi. Aku hanya mengatakan bahwa dia sedang di campakkan," ucap Melody yang bicara apa adanya sambil menatap tajam Raisa.
Ardian mendengarnya memejamkan matanya. Yang bertambah pusing dengan Melody dan Raisa yang sekarang bertengkar perkara status.
" Aku memang marah karena dia mengatakan itu. Kalian semua tau. Dia menghinaku dan mengejekku dengan pernikahanku dengan Ardian yang di tunda. Apa aku salah jika marah," sahut Raisa marah-marah dengan membela diri.
" Ini bukan kesalahan Raisa. Tapi Melody yang mencari masalah terlebih dahulu. Kamu pikir perkataan Melody tidak kelewatan," sahut Novi membela Raisa mati-matian.
Sementara Widia hanya diam yang tidak bisa mengeluarkan kata-katanya. Ini akan memang terus terjadi pertengkaran memang akan menjadi bumbu baru di ruamh itu setiap hari.
" Ardian, kamu mengertikan posisiku sekarang bagaimana. Aku di rendahkan olehnya. Dia yang datang membawa masalah dalam hubungan kita," ucap Raisa.
" Aku tidak datang jika tidak di undang," sahut Melody denagn santai.
" Melody diam lah," sahut Ardian menegur Melody. Agar tidak semakin ribut.
" Ardian sekarang kamu ceraikan wanita ini. Aku yang menjadi korban di sini Ardian, kamu harus mengambil keputusan secepatnya ceraikan dia," teriak Raisa.
" Itu yang aku tunggu!" batin Melody yang sengaja membuat keributan suapaya cepat-cepat di cerai Ardian.
Ardian tampak pusing dengan mengusap kasar wajahnya dan langsung memilih untuk pergi.
" Ardian!" panggil Raisa yang di tinggalkan begitu saja.
" Raisa tenangkan diri kamu. Ini pasti hanya salah paham. Melody kamu juga jangan bicara yang tidak-tidak. Kamu juga harus mengerti perasaan Raisa," sahut Shandra.
" Untuk apa aku mengerti perasaannya. Semuanya simple. Kalian tinggal menyuruhnya untuk menceraikanku. Maka selesai dan wanita ini juga tau. Jika aku tidak butuh calon suaminya itu," sahut Melody sinis.
" Melody kamu ya!" geram Shandra yang lama-kelamaan kesal dengan Melody.
" Mah, sudah, jangan menambahi masalah," sahut Evan yang mencoba menenangkan suaminya.
" Aliya kamu bawa Melody kembali kekamar!" titah Mila yang ingin meredakan suasana.
" Iya mah," sahut Aliya yang langsung mendorong kursi roda Melody.
" Ayo ma, kita masuk ma," sahut Mila pada Widia yang mengangguk yang juga sedari tadi tidak bisa bicara apa-apa.
" Istirahat lah Raisa," ucap Mila yang langsung pergi bersama mertuanya.
Raisa dan Novi yang masih ada di sana. Di mana Raisa yang menahan kemarahannya.
" Tante lihat apa yang terjadi lihatlah dia. Dia menghinaku di depan semua orang, dia mengejekku!" teriak Raisa yang marah-marah.
" Benar-benar keterlaluan. Kamu tenang saja Raisa. Masalah ini akan terselesaikan dengan cepat. Kamu jangan khawatir, Tante akan melakukan segalanya agar kamu dan Ardian bersatu," sahut Novi dengan yakin.
" Bagaimana akan terselesaikan jika mereka semua masih membelanya. Tidak akan ada yang terselesaikan jika Ardian bertindak secepatnya," sahut Raisa dengan menyibak rambutnya kebelakang yang merasa capek dengan semuanya.
Novi pun tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Dan Novi langsung memeluk Raisa untuk memberikan Raisa ketenangan.
" Kamu bersabarlah. Tante sudah mengatakan. Jika ingin menjadi ratu di rumah ini. Kamu hanya bersabar sebentar lagi," ucap Novi mengusap-usap punggung Raisa memberikannya ketenangan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 277 Episodes
Comments
DiYu Arsyila
maaf y min masih banyak typo nya,semangat buat mimin biar tambah rapi lagi karya nya
2023-05-12
0
Sarie
numpang gak tau diri....
2023-02-23
1
Difa Umar
hahahhaa melody cwek badaaazzz mantaaapp omongannya pedess kek bon cabe level 10000000 hahaha🤣🤣
2022-10-28
2