IKHLASKAN AKU PERGI SUAMIKU
"Sejak awal sudah kuperingatkan. Jangan pernah masuk ke dalam hidupku, jika kehadiranmu hanya ingin menguji dan menciptakan luka baru. Kau tahu kenapa? Karena aku sudah pernah berjuang sedemikian rupa untuk bisa terlepas dari pedihnya trauma."
Di musim kemarau yang membakar, di saat hujan tak kunjung turun dan enggan untuk sekedar hadir menyirami tandusnya bumi yang mengering. Andhira (21 tahun), sedang asyik mengobrol dengan teman-teman pemotornya. Mereka mengobrol soal ini dan itu membahas tempat mana lagi yang akan mereka kunjungi dengan sesama anggota pemotor lain yang biasanya mereka lakukan di hari minggu pagi. Sunday morning riding, katanya. Ya, sebagai seorang gadis yang ceria dan memiliki banyak teman, tentu saja hidup Andhira sangatlah menyenangkan.
Sampai suatu hari, keluarga Andhira menghendaki sebuah perjodohan untuk Andhira. Dia dijodohkan dengan laki-laki bernama Daffa (24 tahun), yang diyakini mampu membahagiakan Andhira setelah menapaki biduk rumah tangga nantinya.
Malam itu, sekitar pukul 20.00 WIB. Keluarga Daffa datang ke rumah Andhira, untuk melamar. Keluarga Andhira sendiri bisa dibilang cukup mengenal baik orang tua Daffa. Sebab, mereka juga terhimpun dalam sebuah organisasi kemasyarakatan yang sama. Ide perjodohan ini murni datang dari keluarga mereka semata. Sementara, Andhira dan juga Daffa sebenarnya tidak memiliki keinginan untuk menikah saat itu. Bahkan, memimpikannya saja tidak.
Percakapan seputar pernikahan yang terbilang begitu cepat pun berlangsung. Andhira duduk menyimak obrolan, dengan mimik wajah datar tanpa senyuman. Sebagai anak yang baik dan dididik oleh keluarga yang cukup taat dalam agamanya, Andhira berusaha menurut dan menerima saja perjodohannya dengan Daffa. Walau, sekali lagi di dalam hatinya dia sama sekali tidak menginginkannya.
"Sebenarnya dia bukan tipe gadis yang ingin aku nikahi, tapi Abah dan Ummi memaksaku untuk menikah dengannya. Mau bagaimana lagi? Aku hanya bisa pasrah menerima semua ini," gerundal Daffa di dalam hati.
"Aku tidak tahu, apakah aku akan bahagia dengan pernikahan ini nantinya? Atau justru menderita. Aku tidak melihat ketertarikan di mata lelaki itu padaku," bisik hati Andhira.
Mereka pun mulai saling didekatkan melalui perantara. Untuk menyatukan visi dan misi dalam pernikahan yang akan mereka jalani ke depannya. Keduanya pun mulai berbicara mengenai niat menikah beserta tujuannya. Hingga mereka mendapat satu titik keselarasan, yaitu menciptakan rumah tangga yang bahagia sekaligus untuk sama-sama menguatkan mereka dalam segi ibadah kepada Tuhan.
***
Dua bulan kemudian, hari pernikahan pun digelar dengan pesta yang cukup meriah. Sepasang pengantin yang sudah melakukan ijab kabul itu duduk bersanding di pelaminan yang dihias indah. Para tamu berdatangan menyalami dan memberikan selamat atas pernikahan mereka. Raut wajah bahagia yang umumnya tersirat di wajah pengantin baru tidak tampak pada keduanya. Hanya kekakuan dan sesekali senyum tipis terulas di bibir mereka.
Tiga orang sahabat Andira yaitu Rere, Maya, dan juga Fahri. Turut hadir memenuhi undangan Andhira. Rere dan Fahri tersenyum dan memuji kecantikan Sang Mempelai pengantin wanita. Namun, lain halnya dengan Maya yang menunjukkan wajah masam dan tidak sukanya.
"May, berikan sedikit senyuman untuk menghormati sahabat kita," bisik Rere sembari mengguncang pelan lengan Maya.
"Sampai kapan pun aku tidak rela Dhira dinikahi oleh pria jelek itu," jawab Maya ketus.
"Ya ampun, Maya," ucap Fahri sembari menggelengkan kepalanya.
"Temanmu itu benar-benar aneh," kata Rere pada Fahri.
"Ya! Kurasa dia sahabatmu juga," balas Fahri tak terima.
"Jaga bicaramu, May. Kau boleh tidak suka, tapi yang menikah dengannya 'kan Andhira ... bukan kamu," peringati Rere dengan suara pelan.
Maya hanya menatap sinis ke arah Daffa. Lalu, ketiga sahabat Andhira itu pun duduk menikmati jamuan pesta yang tersedia. Kemudian, mereka pamit pulang usai memberikan beberapa hadiah sebagai kado pernikahan kepada Andhira.
"Terima kasih ya, Re, May, Fah. Sudah menyempatkan waktu untuk datang ke pernikahanku," tutur Andhira dengan sorot mata yang menyiratkan keberatannya. Dia sebenarnya ingin ditemani lebih lama lagi oleh ketiga sahabatnya tersebut.
"Sama-sama, Dhira. Semoga kebahagiaan senantiasa membersamai kalian berdua," ucap Rere.
"Aamiin," jawab Andhira singkat.
"Rere, cepat sedikit. Perutku sangat mual berada terlalu lama di sini," sarkas Maya.
Fahri mencubit kecil tangan Maya sampai dia mengaduh kesakitan. Baik Rere maupun Fahri, tidak tahu pasti mengapa Maya demikian benci kepada Daffa. Maya juga sama sekali tidak menoleh lagi kepada Suami Andhira itu. Bahkan, dia mengabaikan uluran tangan Daffa saat hendak bersalaman, hingga Daffa merasa malu sendiri.
***
Malam pertama bagi Andhira dan Daffa sebagai pengantin baru. Tidak banyak yang terjadi. Keduanya masih sama-sama canggung, karena mereka memang belum terlalu mengenal satu sama lain.
Akan tetapi, tiba-tiba saja Daffa menarik Andhira dengan kasar dan membantingnya ke kasur. "Aku mau hakku," tuntut Daffa dengan mata menyala merah.
Sikap kasar Daffa itu sontak membuat Andhira kaget dan ketakutan. Dia berusaha meronta, bukan bermaksud menolak melakukan kewajibannya untuk melayani Daffa. Hanya saja, Andhira ingin Daffa melakukannya dengan lebih pantas. Bukan dengan paksaan dan kekerasan seperti itu.
"Pelan-pelan, Mas!" teriak Andhira dengan berurai air mata.
Namun, Daffa tidak mengindahkan permohonan Andhira tersebut. Dia terus berusaha mendapatkan apa yang dia inginkan. Tanpa memikirkan rasa sakit Andhira akibat ulahnya.
"Akhhhh ...," pekik Andhira kala Daffa berhasil mendobrak mahkota paling berharganya.
Dunia dan seisinya seakan runtuh kala itu. Meski mereka sudah sah menjadi suami istri. Namun, perlakuan kasar Daffa membuat Andhira merasa terhina.
Daffa tertidur pulas usai menggagahi Andhira dengan brutal tanpa belas kasihan. Sementara, Andira masih menangis tersedu-sedu. Wajah Andhira pucat pasih, tangannya meremas kencang ujung bantal yang dia tutupkan ke wajahnya. Bagian inti tubuhnya terasa perih dan teramat sakit kala itu.
"Kenapa kau memperlakukanku begitu kasar? Padahal, aku tidak memberi penolakkan yang membuatmu tersinggung. Aku juga tahu kewajibanku, tapi kenapa kau bersikap seolah kau marah padaku ... kenapa?" ratap Andhira dengan suara parau yang menyayat hati.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Yuantusha
sakitnya hatiku
2023-07-15
1
3C
ini jejak ku 🤗...
2023-05-18
1
Alya lii
a mampir ya kak...
2022-12-15
1