Wajah Andhira menggelenyar hangat kala membaca isi pesan itu.
[Aku ingin kau memakai benda ini seharian dan jangan beranjak dari dalam kamar bersamaku!] pinta Daffa. Dia mengirimkan sebuah foto sexyy lingeri* berwarna hitam lengkap dengan G-str*ng yang berwarna senada.
Kemudian, Andhira membawa pandangannya ke atas kasur. Benar saja, di sana sudah terdapat benda persis seperti di foto yang Daffa kirimkan melalui pesan singkat tersebut. Tubuh Andhira seketika lunglai dan lemas bagai tak bertulang. Haruskah dia melakukan apa yang Daffa minta, Atau mengabaikannya? Tapi, kalau tidak dituruti Andhira takut hal itu akan dijadikan alibi dan kesempatan bagi Daffa sebagai alasan untuk menyalah-nyalahkan dirinya.
Andhira masih terhanyut dalam pikirannya. Namun, tiba-tiba sebuah pesan kembali Daffa kirimkan hingga membuyarkan lamunannya. Wanita berparas ayu itu menutup wajahnya dan membaca pesan Daffa dengan cara mengintip lewat celah-celah jarinya.
[Lakukan sendiri perintahku dengan senang hati, atau aku yang akan memaksamu dengan kasar!] peringati Daffa, seolah tahu bahwa Andhira sedang di ambang dilema.
"Entah laki-laki macam apa dia ini?!" Andhira menghela napasnya dalam-dalam.
Kala itu, Andhira tidak tahu, apakah harus merasa senang atau sedih? Perbuatan Daffa terhadapnya mungkin menyenangkan andai tidak dibarengi kekerasan yang bertujuan menyakiti, dan kata-katanya yang cenderung mengintimidasi. Lantas, setelah menimbang-nimbang Andhira memutuskan untuk menuruti saja permintaan Daffa tersebut.
Pintu kamar yang tertutup terdengar berderit tanda ada orang yang membukanya. Ya, itu adalah Daffa. Dengan tatapan yang sulit diartikan dan raut wajah mes*mnya, dia terus melangkah maju menghampiri Andhira yang tampak begitu seksii dan menggoda.
"Shiittt! Dia semakin membuatku ingin," cicit Daffa sambil menelan liurnya dengan kasar.
Akan tetapi, entah mengapa saat itu Andhira kembali ketakutan. Berbeda sekali dengan semalam di mana dia berani meminta Daffa menyentuhnya terus-menerus. Kalian tahu kenapa? Ya, karena tadi malam dia dalam pengaruh obat perangsaang yang Daffa berikan, sementara sekarang Andhira dalam keadaan sadar.
"M-mas!" teriak Andhira terhenyak. Seluruh tubuhnya gemetar dan matanya menatap nanar dengan wajah yang mulai memucat. Dia memejamkan mata seraya menutup kedua telinganya saat Daffa mulai mendaratkan sentuhan demi sentuhan di kulit mulusnya.
"Apa kamu takut?" tanya Daffa berbisik. Andhira mengangguk mengiyakan.
Daffa tidak senang dengan pengakuan Andhira. Bukan itu jawaban yang Daffa inginkan dari Andhira. Dia ingin Istrinya itu mengatakan 'tidak' dan juga meminta Daffa menjamahnya seperti semalam.
Daffa menghempaskan tubuh Andhira hingga dia terpelanting ke atas kasur. Lalu, dengan amarah yang menggelora di dalam dadanya, Daffa memutar rekaman suara yang memperdengarkan bagaimana Andhira terus meracau dan meminta Daffa mencumbuinya. Daffa berdecih seolah menghina Andhira.
"Tidak, Mas, itu tidak mungkin," ucap Andhira seraya terus mngggelengkan kepalanya.
"Apanya yang tidak mungkin, huh? Kamu pasti sangat mengenali suaramu 'kan Andhira sayang! Dasar munafik!" tandas Daffa penuh cerca.
"Tidaaaak! Aku tidak mengatakan itu. Kamu pasti berbohong." Andhira tidak percaya jika Daffa sampai sebegitunya pada dirinya.
Tahukah kalian bagaimana perasaan Andhira saat itu? Dia merasa malu, terancam, dan merasa sangat direndahkan oleh Daffa. Hingga jejak trauma yang pernah memijaki perasaannya, kini semakin menjadi-jadi. Keringat dingin terus terurai dan berjatuhan dari pelipis dan kening Andhira.
Kemarahan Daffa terpancing melihat Andhira yang terus saja berkata 'tidak' dan tak bisa diam seperti panik bukan kepalang. Dia pun menarik paksa tubuh Andhira dan kembali menggagahi Wanita malang itu secara brutal, seperti saat pertama kalinya. Lelaki itu sungguh kejam dan tidak berperasaan.
"Kamu ingin begini 'kan? Aku akan melakukannya!" ujar Daffa sembari menggemeratakkan giginya dan menghentak kasar tubuh Andhira. Dia tidak perduli pada jeritan dan rintihan Andhira yang merasa kesakitan atas ulahnya.
"Buka bibirmu, Sayang! Aku ingin meneguk madu yang ada di sana!" perintah Daffa seraya mencengkeram kuat pipi Andhira hingga mulutnya menganga. Lantas, Si Raja Tega itu meraup habis bibir Andhira dengan ganasnya.
Andhira hanya bisa menangis dengan suara terpekik dan mimik wajah yang meringis nyeri. Dia merasa semua yang Daffa lakukan padanya adalah siksa*n terkejam yang pernah dirinya terima. "Bunuh saja aku, Mas," pinta Andhira lirih.
Sejak saat itu, Andhira jadi sering diam melamun. Segala tentang Daffa merupakan sebuah ketakutan yang selalu menyiksanya. Bahkan, Andhira tidak lagi bisa tidur dengan nyenyak. Yang dia lakukan hanyalah sikap selalu waspada. Dan keadaan semacam itu sangatlah tidak mengenakkan. Sungguh-sungguh tidak nyaman.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Vita Zhao
Dasar si raja ibl*s🤬🤬🤬.
aku membencimu daffa, sangat membencimu 🤬🤬.
2022-09-15
2