Selama berada di rumah orang tua Andhira, Daffa tampak mendominasi percakapan. Seolah-olah ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah suami yang baik dan tahu segala yang dibutuhkan oleh Andhira. Sikap Daffa itu jelas mengelabuhi Salamah dari sikap yang sebenarnya. Atas usahanya itu, Daffa berhasil menarik simpati Salamah. Dia mendapatkan kesan sebagai menantu yang baik di mata Ibu Mertuanya tersebut.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB. Daffa benar-benar tidak kembali bekerja lagi. Dia terus menemani Andhira di rumah Meretuanya tersebut. Ingin rasa hati Andhira mengusir Daffa dari sana, tapi apa daya bibirnya tak sampai untuk mengutarakannya.
"Bu, kalau begitu kami pulang dulu," pamit Daffa pada Salamah.
"T-tapi, aku masih ingin di sini, Mas," ungkap Andhira berusaha untuk tetap tinggal. Sungguh, Andhira benar-benar tidak ingin pulang.
"Dhira, Sayang, menurut saja pada Suamimu, huum!" bujuk Salamah yang tidak mengerti kalau Andhira sedang ketakutan.
"Sudah aku katakan bahwa kamu tidak boleh menolakku, Andhira," batin Daffa sembari menyeringai.
Andhira melihat Salamah dengan tatapan memohon. Namun, ternyata Salimah tidak cukup peka terhadap perasaan Anaknya itu. Dia hanya tahu bahwa Andhira bahagia dengan pernikahannya. Dengan berat hati, akhirnya Andhira pun pulang bersama Daffa.
Dalam perjalanan pulang, Daffa melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi sampai-sampai Andhira ketakutan. Entah mengapa dia melakukan itu? Mungkin, dia tidak senang karena Andhira sempat menolak ajakannya saat di rumah orang tua Andhira tadi.
Setibanya di rumah, Daffa lebih dulu masuk tanpa memperdulikan Andhira. Andhira menyusul masuk dengan langkah pelan dan was-was. Dia selalu berpikir tentang kemarahan seperti apa lagi yang akan Daffa lampiaskan padanya?
Terdengar bunyi bantingan pintu yang sangat keras yang dilakukan oleh Daffa. Ya, Daffa masuk ke dalam kamar dan menutup pintu dengan kencang. Andhira tersentak, lantas tubuhnya menjadi lemas seperti tak bertenaga. Wanita malang itu mengurungkan niatnya yang semula hendak masuk ke kamar tersebut untuk berganti pakaian. Dia memilih duduk di sudut kamar mandi khusus tamu.
Derap langkah kaki Daffa terdengar mengitari ruang tamu. Mungkin dia sedang mencari keberadaan Andhira. Pemilik senyum teduh itu memejamkan mata sembari memeluk erat dirinya sendiri. Benar saja, tidak lama Daffa memanggil nama Andhira.
"Andhira!" seru Daffa dengan nada biasa saja.
Mendapati Andhira tidak menyahuti panggilananya, Daffa mulai menyisir setiap ruangan untuk menemukan Andhira. Dia merasa sudah memeriksa semua tempat di rumah itu, tapi belum juga melihat Andhira. "Kemana dia?" gumam Daffa sembari memijat keningnya yang terasa pusing.
Daffa berdiri sejenak, lalu kembali melakukan pencariannya. Dia ingat ada satu ruangan yang belum didatanginya yaitu kamar mandi tamu. Lelaki itu pun segera melihat ke sana. "Andhira!" teriaknya kesal saat mendapati Andhira di sudut kamar mandi tersebut.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" bentak Daffa sembari menghampiri Andhira.
Namun, kala itu Andhira tetap tidak merespon Daffa dan hal itu membuatnya sangat marah. Dia baru ingin menyeret lengan Andhira dari sana, tetapi ternyata tubuh Andhira tergelepak lemas dan meluruh ke lantai kamar mandi yang kering karena lama tidak terpakai itu. Andhira dalam keadaan tidak sadarkan diri.
"Dhira," ujar Daffa seraya menepuk-nepuk pelan pipi Wanita malang itu.
Ada beberapa menit Daffa mencoba menyadarkan Andhira, tapi hasilnya nihil. Dia pun membawa Andhira ke kamar mereka dengan cara menggendongnya. "Merepotkan saja," cicit Daffa memaki raga yang tak berdaya itu.
Daffa merebahkan tubuh Andhira di ranjang empuk mereka. Dia memastikan suhu tubuh Andhira dengan meletakan telapak tangannya di kening Andhira. "Dingin sekali," cetus Daffa.
Daffa mengambil bed cover dan menyelimuti Andhira. Diperhatikannya wajah polos Andhira yang sedang tidak sadarkan diri itu dengan seksama. "Sebenarnya kamu tidak salah apa-apa, tapi entah mengapa aku sangat membencimu. Meski pada kenyataannya, aku tetap mau menyentuh tubuhmu," gumam Daffa seraya membelai pipi Andhira dengan jemari tangannya.
Diusapnya bibir ranum Andhira dengan sangat lembut. Tidak bisa dipungkiri, Daffa mulai tertarik melihat wajah cantik Andhira. Seperti tidak tahu diri, Lelaki yang semula mengaku tidak memiliki perasaan terhadap Andhira itu pun mengecuupi kening Andhira yang belum juga siuman dari pingsannya.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Yuantusha
apapun alasannya g hŕus kasar gitu kli
2023-07-15
1
Rika Melia
dasar munafik benci q
2022-09-21
2
Vita Zhao
hadeh stop bicara daffa, mulutmu bau bangkai🤢🤮
2022-09-12
1