[Dering telepon.]
Nada dering telepon berbunyi begitu nyaring dari dalam tas Andhira. Dengan cekatan Wanita cantik bermata coklat itu merogoh ponselnya. Dia melihat ke layar ponsel, lalu menatap kepada Rere, dan Maya bergantian.
"Siapa, Dhira?" tanya Rere penasaran.
"Paling juga suaminya," cetus Maya yang disusul oleh tatapan dingin dari Rere.
"Iya, ini suamiku," terang Andhira sembari mengambil jarak beberapa langkah untuk mengangkat teleponnya.
[Halo, Mas.]
[Apa kamu sudah lupa kalau kamu punya suami, huh? Di mana kamu taruh akalmu itu?] bentak Daffa dari ujung telepon.
[M-maaf, Mas, bukankah aku sudah meminta izinmu?] ucap Andhira mencoba untuk mengingatkan Daffa.
[Aku tidak ingin didebat! Apa kamu tidak paham?] lagi, Daffa bicara dengan nada tinggi melengking hingga terasa memecah gendang telinga.
[Bunyi napas Andhira tersengal.]
Sambungan telepon pun diputus begitu saja oleh Daffa. Andhira memejamkan matanya meresapi luka yang kian menganga. Sungguh tega Daffa pada dirinya. Padahal, bicara baik-baik saja bisa. Tidak perlu menyetel nada tinggi atau membentak dengan suara yang sangat lantang.
Rere menghampiri Andhira yang terlihat lesu dengan air mata yang menggenang di ceruk netranya. "Hey, ada apa, Dhira?" tanya Rere dengan suara lirih.
"Tidak apa-apa, Re," bohong Andhira.
Lantas, Rere menggandeng Andhira dan membawanya untuk kembali duduk menghampiri Maya. Sementara, Andhira segera menyeka air mata yang sudah nyaris jatuh ke pipinya. Napas Andhira terasa sesak bagai dihimpit benda yang sangat berat.
Maya memandangi Andhira dengan tatapan menyelidik. Mencari sesuatu yang Andhira sembunyikan di balik senyuman palsunya. Hal itu terus dilakukan oleh Maya hingga sikapnya itu tampak seakan sedang mengintimidasi Andhira.
"Eem ... Re, May, aku pulang dulu, ya!" pamit Andhira, lalu mengambil helm kesayangannya dan pergi dengan tergesa-gesa.
"Tunggu dulu, Dhir ...." Rere berusaha mencegah Andhira, tapi Maya menahan tangan Rere.
"Ihh, Maya! Kamu kenapa, sih? Ada apa sebenarnya dengan kamu? Apa segitu bencinya kamu pada Andhira? Ingat, Maya ... Andhira itu sahabat kita," omel Rere yang merasa kesal terhadap sikap Maya.
"Aku tahu dia sahabat kita, Re. Kamu tidak perlu mengingatkannya," ucap Maya menimpali.
"Lantas, kenapa kamu seperti tidak perduli pada Andhira? Atau jangan-jangan, kamu ada apa-apa dengan hubungan Andhira dan suaminya," papar Rere curiga.
"Huuuft, aku tidak percaya ini, Re. Ternyata, dangkal sekali caramu menilaiku," balas Maya sembari menghela napas kasar.
"Entahlah ... aku tidak tahu kenapa kamu begitu tidak setuju pada pernikahan Andhira dan suaminya. Sekarang aku mau pulang. Aku tidak bisa berlama-lama dengan teman yang tidak menaruh simpati pada temannya sendiri." Gegas Rere meninggalkan Maya.
Maya kembali membuang napasnya kasar. "Kenapa kalian tidak bisa memahami maksudku?" gerundal Maya, lalu dia turut berjalan ke arah sepeda motornya dan pulang.
Pertemuan ketiga sahabat itu menjadi hambar. Hilang sudah keceriaan dan kehangatan yang biasanya selalu ada pada mereka. Masalah ini seolah menjadi teka-teki yang sulit untuk dipecahkan.
***
Andhira sampai di rumah yang sekarang menjadi tempat tinggalnya dengan Daffa. Rumah yang sudah disiapkan sejak awal oleh orang tua Daffa untuk mereka. Ya, di waktu sebelum menikah Andhira memang sempat meminta untuk tetap tinggal bersama orang tuanya, tapi keinginannya itu tidak disetujui oleh Daffa. Tentu saja, alasannya karena Daffa ingin mandiri dan tidak mau merepotkan keluarga Andhira, tepatnya ibunya Andhira. Dirasa bahwa Daffa ada benarnya, maka Andhira pun tanpa ragu menurutinya. Andhira tidak pernah menyangka bahwa Daffa akan sangat pemarah dan kasar kepadanya.
"Assalamu'alaikum, Mas," sapa Andhira mengucap salam.
Daffa memicingkan matanya tajam. Dia tidak menjawab ucapan salam Andhira dan malah menyeret lengan Andhira secara kasar menuju kamar. Lelaki itu mendorong tubuh Andhira hingga dia terjerembab ke kasur.
Terdengar tangisan Andhira yang pecah begitu saja. "Jangan kasar-kasar, Mas," mohon Andhira dengan wajah memelas dan air mata yang terus membanjiri pipinya.
Daffa hanya menyeringai jahat. Lalu, tanpa perasaan dia menarik pakaian Andhira hingga koyak. Dia juga melucuuti setiap helai benang yang menempel di tubuh Andhira. Ditamparinya wajah Andhira berkali-kali sebelum akhirnya Daffa melabuhkan hasratnya.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Yuantusha
daffa itu manusia ap iblis ci
2023-07-15
1
Bila
terong mesti dicabein😌
2022-12-12
1
Bhebz
Ish ish nafsuan bangets tuh si Daffa
2022-10-18
1