Pagi yang menjemput siang. Andhira terbangun disebabkan dinginnya udara kamar oleh suhu AC yang memenuhi ruangan. Dia merasakan ada beban berat yang menindih tubuhnya. Lalu, Andhira bangkit dengan terkejut mendapati separuh tubuh Daffa berada di atas tubuhnya. "Mas!" kaget Andhira.
Daffa hanya menggeliat seraya menarik selimut tanpa membuka matanya. Tampak tubuh kekar Daffa yang berhias bulu-bulu tipis di dadanya itu terpampang nyata. Andhira menatap ke arah Daffa, lalu menatap pada dirinya sendiri. Alangkah terkejutnya dia menyadari bahwa dirinya dan juga Daffa dalam keadaan polos tanpa sehelai benang. "Apa yang terjadi semalam?" gumam Andhira seraya memegangi kepalanya mencoba mengingat sesuatu.
Lalu, memori ingatan Andhira mulai memutar ulang kejadian yang dialaminya semalam. Dia merasa malu sendiri dan heran. "Apa yang terjadi padaku semalam? Kenapa aku merasakan hal yang aneh dan tidak biasa?" batinnya mulai berkecamuk.
Walaupun Daffa adalah suami sahnya, tapi tetap saja Andhira belum bisa berhenti merasa heran atas perubahan sikap Daffa yang terbilang sangat mendadak itu. Lagi-lagi rasa curiga memenuhi pikiran Andhira. "Apa Mas Daffa punya rencana lain di balik semua ini?" gusar Andhira.
***
Andhira memasak menu alakadarnya. Hanya beberapa telur mata sapi, tempe goreng dan juga sambal. Tidak ada keluhan dengan semua masakan sederhana itu. Bagi Andhira, semua itu bukan penghalang untuk tetap melangitkan rasa syukurnya.
Dengan antusias Andhira menata semua menu makananya itu di atas meja. Tanpa Andhira sadari, Daffa sedang bersandar di dinding seraya menatapinya penuh arti. Entah apa yang sedang ada dalam pikirannya? Yang jelas, pagi ini wajah Daffa terlihat begitu berseri-seri.
Saat itu waktu menunjukkan pukul 10.30 WIB. Itu artinya, waktu sarapan telah terlewatkan. Semuanya karena mereka bangun kesiangan, setelah pertempuran sengit yang berlangsung hampir semalaman. Andhira tersipu malu tatkala Daffa menghampirinya.
"Kamu membuat sarapan?" tanya Daffa.
"Maaf, Mas, ini hampir jam makan siang. Aku bangun terlambat pagi ini," tutur Andhira sembari salah tingkah.
"Ya, tentu saja. Kamu sangat liar semalam," cetus Daffa sambil duduk di kursi dan mengedipkan sebelah matanya genit.
Wajah Andhira memerah padam. Betapa malunya dia mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Daffa. Dia juga tidak punya pilihan selain duduk di sana untuk menemani Daffa makan. Walau sebenarnya, Andhira ingin sekali menghilang untuk menyembunyikan rasa malunya itu.
"Jujur saja, kamu menikmatinya 'kan?" ujar Daffa di sela-sela waktu makannya.
Andhira sontak berhenti mengunyah makanannya dan menatap ke arah Daffa, dengan mata terbelak seperti nyaris ke luar. Bagaimanapun Andhira merasa tidak nyaman atas pertanyaan Daffa yang konyol itu. Andhira lantas meraih gelas berisi air putih dan meneguknya hingga habis tak bersisa.
"Aku tidak tahu, apakah sebelumnya kamu sedang menyembunyikan hasrat liarmu yang sebenarnya?" lanjut Daffa lagi dengan nada mengolok.
"Maaf, Mas, aku rasa itu bukan sesuatu hal yang patut dibahas saat berada di meja makan," balas Andhira menohok.
"Huuh! Aku sudah tahu kelemahanmu, tapi kalau kamu ingin aku pura-pura tidak tahu, baiklah. Aku akan melakukannya," hardik Daffa, seperti tak puas-puas melontarkan kata-kata berkesan merendahkan terhadap Andhira.
"Aku sudah selesai!" tandas Andhira seraya bangkit berdiri.
Daffa hanya tersenyum sinis dengan sejuta teka-teki yang sulit untuk dipecahkan, kala melihat Andhira yang tampak tersulut emosi. Dia tetap duduk tenang saat Andhira meninggalkannya sendirian. Otak Daffa dipenuhi dengan kejutan-kejutan tidak terduga yang membuat Andhira semakin merasa diperminkan.
"Apa lagi ini, Tuhan? Mengapa dia tidak pernah membuat penderitaanku berakhir? Apakah aku ini tidak pantas merasa dihargai sebagai seorang istri?" Andhira bertanya-tanya dengan rasa perih yang menjalar di dalam relung dadanya.
[Nada pesan masuk.]
Pikiran Andhira teralihkan kala mendengar nada sebuah pesan yang masuk di ponselnya. Segera saja dia meraih benda pipih itu dan melihat pesan yang masuk. Wanita berwajah sendu itu menaikkan alis ketika melihat nama yang tertera di layar ponselnya.
[Suamiku.]
Nama itulah yang muncul di sana. Sebenarnya itu bukan hal besar, tapi aneh rasanya mengingat Daffa dan Andhira sedang sama-sama berada di rumah. Lalu, untuk apa dia mengirim pesan? Karena penasaran dengan isi pesannya, Andhira pun mulai membukanya.
"Apa?" sentak Andhira.
"Ini tidak mungkin," lanjut Andhira kaget seraya menggigit kuku jarinya. Kepanikan tersirat nyata di wajah Andhira.
Bersambung ....
Huummm .... Kira-kira apa, ya, isi pesannya? Biar gak penasaran tunggu update othor selanjutnya, ya. Awas kalo gak!!! Jangan lupa juga dukung othor dengan cara baca, like, komen, and tekan love untuk favoritkan. Terima gaji. ❤❤❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Rika Melia
pesanya apa???
2022-09-21
1
Vita Zhao
pesan apa yang dikirim daffa ya🤔.
atau jangan-jangan, daffa merekam aksi mereka tadi malam😭😭😅
2022-09-15
1