...🍒 Reading books 🍒...
Clara tetap diam diatas kasurnya,saat ini ia belum mengerti dengan keadaan saat ini.
"Boleh kah aku meminta kaca" Ujar Clara
Segera wanita paruh baya itu mengambil kaca di laci nakas.
"Siapa nama mu ma" Tanya Clara sambil melihat wajah nya di kaca. Sedikit syok namun Clara bisa menetralkan ekspresi nya
"Cantik" batin Clara.
"Nama mama adalah Maya Celsi Ziegler dan kamu adalah anak mama sayang" Jelas Maya.
"Baiklah ma,apa aku memiliki papa" Tanya Clara yang bingung karna dari tadi ia tidak melihat sosok seorang ayah.
"Papamu sebentar lagi akan datang sayang,ia baru mendapat kabar tadi dan akan datang satu jam lagi" Jelas Maya
"Ma boleh nggak aku bertanya,aku ini kenapa" Tanya Clara.
"Mama akan jelaskan pelan-pelan tapi mama mohon kamu jangan memaksakan untuk mengingat nya" Ujar Maya dengan menggenggam erat tangan Clara.
"Baiklah ma" Ucap Clara.
"Kamu kecelakaan sebulan yang lalu,dimana itu berada dijalan raya tepat jam 2 malam" Ujar Maya sambil mengingat kejadian dimana Stevani anaknya mengalami kecelakaan.
Clara hanya diam,memori beberapa bulan yang berada di otak stevani perlahan-lahan berputar.
"Hal itu terjadi karna kamu dalam keadaan mabuk berat dan mengendarai motor secara ugal-ugalan" Ucap Maya yang masih mengingat kejadian malam itu.
"Kamu kecelakaan menabrak trotoar jalan sehingga kepala mu terbentur dan mengalami koma selama sebulan"
"Kamu sempat dinyatakan meninggal seminggu yang lalu karna detak jantungmu hilang secara tiba-tiba selama 30 menit lamanya" Ucap Maya dan satu air mata terjatuh dengan sendirinya.
"Sudah ma,jangan menangis!! Maafkan Stevani ma karna telah membuat mama cemas" ucap Clara yang langsung memeluk Maya.
"Hem...sekarang mama bahagia karna kamu sudah sadar dan sekarang mama bisa melihat anak mama setiap hari dengan senyum indahnya itu" Ucap Maya yang berusaha menghapus air matanya dan tersenyum pahit.
"Sekarang aku sudah sadar ma! jadi mama jangan pernah bersedih ya" Ucap Stevani (Clara)
"Baiklah sayang" Ucap nya mengelus rambut Stevani dengan sayang.
Click....
Pintu terbuka oleh dorongan penuh semangat dari luar,seseorang masuk dengan gagahnya menghampiri mereka bersama 2 orang bertubuh kekar.
"Kamu sudah sadar sayang,bagaimana ada yang sakit" Tanya bertubi-tubi oleh seorang pria yang sudah berumur namun tetap gagah.
Stevani tetap diam, ia menatap bingung siapa yang berada dihadapannya dan melihat penampilan pria itu dari atas sampai bawah.
"Hay ini papa sayang! Apa kamu lupa hmmm..."ujar pria itu dengan merentangkan tangan.
Stevani pun langsung berhamburan dalam pelukan pria itu,meski saat ini ia berada dalam keadaan bingung.
"Coba lihat papa,kamu kenapa seperti itu tadi? apa mau pura-pura lupa hmmm...sama papa" tutur pria itu dengan mencolek hitung Stevani.
"Dia memang lupa ingatan mas,bahkan ia saja tak ingat sama ku" Ucap Maya mencela keromantisan kedua anak dan papa itu.
Stevani merasakan kehangatan dalam keluarga,tak seperti saat ia menjadi Clara dirumah huni penuh derita itu.
"Yaampun!!! Papa pikir kamu pura-pura,apa papa harus memperkenalkan diri sayang" Ujar pria itu dan Clara hanya mengangguk saja.
"Nama papa adalah Elang Ziegler seorang pebisnis di bidang material,pertambangan dan juga kuliner memiliki istri yang bernama Maya Celsi Ziegler yaitu ini dan mempunyai anak yang bernama Stevani Carolina Ziegler yaitu ini...gimana sudah lengkap belum" Jelas elang dengan tangan yang menunjuk kearah nama mereka yang disebutkan.
"Tidak perlu pa! aku hanya ingin tau nama mu tapi kau memberitahukan bahkan sampai mama ku" Ucap Stevani.
"Biar jelas sayang! papa ada sesuatu untuk mu,tapi dengan satu syarat kamu harus tersenyum lebar" Ucap elang dengan menarik sudut bibir Stevani.
Stevani langsung memperlebar senyumannya,ia hanya menuruti keinginan kedua orang tua itu selagi ia mampu.
"Oke sekarang anak papa sudah tersenyum lebar dan papa sudah mempunyai hadiah jadi harus segera di buka dong!!" Ucap semangat elang.
"Taaadaaa.....cantik bukan" tunjuknya pada sebuah kalung yang mirip dengan kalung yang ia pakai saat menjadi Clara.
Stevani tetap diam,ia memperhatikan kalung itu dengan sangat. Teliti dan bahkan ia menatap saja kalung itu.
"Kenapa sayang,kamu tak suka dengan pemberian papa atau kamu ada keinginan lain, rumah,apartemen,motor,mobil, atau yang lain sayang" Lirih Elang takut sang anak tak menyukai hadiahnya.
"Aku suka kok pa,indah banget!" Ujar Stevani yang langsung mengambil kalung itu dari tangan sang papa.
"Bagus deh sayang,yaudah kamu istirahat dulu nanti kita akan pulang,papa mau merayakan kamu telah sadar nanti" Ucap elang penuh semangat.
"Sekarang aja dong pa,Pani kurang nyaman disini" Alasan Stevani
"Baiklah, Tapi tunggu papa mau ngambil surat rujukan pulang mu ya sayang" Jelas elang dan Stevani hanya mengangguk saja.
Sedangkan Maya hanya tersenyum senang karna saat ini sang buah hati sudah sadar dan ia dapat merasakan kembali senyuman manis sang anak yang dari tadi tiada henti.
####
"Kau kurang ajar Syifa, dia adik mu tapi apa! kau malah mendorongnya ke jalan sehingga membuat ia mengalami hal yang tak terduga" bentak sang ayah pada Syifa.
Dimana saat ini suasana sangatlah tegang setelah pulang dari rumah sakit dan akan melakukan pemakaman keesokan harinya.
Syifa terus saja menunduk,ia tak mampu menatap mata marah sang ayah yang begitu menyeramkan. Ia tak pernah dibentak sekali pun bahkan ditatap seperti itu ia tak pernah.
"Tapi dia melaporkan aku ke kepsek pa" Bela nya.
"Melaporkan apa, bahkan adik mu saja selalu diam bahkan saat papa pulang saja ia selalu menjauh, apa yang kalian lakukan padanya" murka sang ayah dengan emosi yang sudah meluap.
"Kau seharusnya tak membentaknya Hendrik,dia anak mu sedangkan Clara dia siapa" Ujar Madani.
"Heh.....dia anak ku,bahkan kau sudah tau bukan! kau menjebak ku sehingga mengharuskan aku menikahi mu dan membuat Kiran meninggal" Sinis nya.
"Bukan aku,kau seharusnya tau kejadian waktu itu dan kau seharusnya tak menyalahkan ku" Bantah Madani.
"Heh.... sekarang aku kehilangan anak ku dan pasti kau bahagia bukan" Sinis Hendrik
"Anak kau bilang,kau bahkan tak peduli padanya saat kau pulang" Sinis Madani.
"Jangan mencari kesalahan ku,kau yang selalu menghalangiku saat ingin bertemu dengannya" Bantah Hendrik yang masih dengan emosi yang meluap-luap
"Dia pantas mati" Ucap Madani yang sudah begitu emosi.
Plak....
Satu tamparan melayang ke pipi Madani dengan cukup keras,sehingga Madani merasakan perih yang cukup panas di pipinya. Ia menatap tajam kearah suaminya itu dan baru kali ini ia ditampar bahkan dibentak.
"Kau menampar ku" Ucap Madani memegang pipinya.
"Kau seharusnya mendapatkan itu."Ujar Hendrik dengan mata yang memerah.
Madani terus menatap suaminya itu dengan mata yang memerah,saat ini ia tak ada salah apa-apa tapi mengapa ia yang ditampar. Ia hanya membela diri dan anaknya mengapa ia yang menjadi luapan emosi suaminya itu.
Sedangkan Syifa semakin menunduk,saat ini ia dalam situasi yang tidak pernah ia rasakan sekali pun. Namun ia juga merasa bersalah,mengapa ia sampai mendorong Clara kejalan padahal ia tak berniat untuk membunuh gadis itu.
"Sekarang aku tak tau, tapi apa kalian sadar bahwa yang tadi berada dirumah sakit,seorang anak muda! itu adalah seorang anak dari pengusaha terkenal dan bahkan sudah sampai keluar negeri" Ujar Hendrik yang sudah frustasi.
"Apa hubungannya dengan kita,apalagi dia hanya mengantar Clara ke rumah sakit doang" Acuh Madani yang terus memegang pipinya
"Kau tak tau,bagaimana seorang anak pengusaha hebat bisa membantu bahkan sampai Clara dibawa ke ruang mayat saja ia ikuti kalo bukan tidak ada hubungannya dengan Clara" Ujar Hendrik....
"Aku tak tau,sekarang istirahat lah mayat Clara anak mu itu akan datang esok pagi jadi kau harus menyambutnya" Ujar Madani Mambawa Syifa yang masih sesegukan masuk ke kamarnya.
Sedangkan Hendrik saat ini, memikirkan bagaimana anaknya bisa memiliki hubungan dengan seorang anak pebisnis tapi ia juga merasa bersalah pada istrinya Kiran yang dulu sangat ia cintai dan harus berakhir karna sebuah kesalahan yang tak ia ketahui benar atau tidaknya dan Clara disini ia tak salah sedikit pun, Tapi mengapa menanggung beban yang begitu berat.
maafkan papa ya sayang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Nurwana
hehhhh... Hendrik, giliran Clara sudah meninggal baru marah marah... kemana aja selama Clara masih hidup, kamu tutup mata anakmu disiksa. jangan munafik.
2025-01-17
0
Lala Al Fadholi
bapak bodoh
2025-01-18
0
Ida Blado
huh bapak gk jelas,sekalipun di halangi masa iya gk bisa melawan dn gk tahu apa2 dgn nasib anaknya.gk perlu di maafin bpk kek gini sekalipun nyesel
2023-01-31
0