Kini Gladis berjalan ke arah kantor dimana ia di suruh Irfan untuk menyimpan buku miliknya meski dengan kesal tapi tak ada pilihan lain ia sendiri sebenarnya sangat malas namun mengingat apa yg ia ucapkan tadi membuat ia merasa bersalah juga.
“Nyebelin banget sih pak Irfan itu udah tua ngeselin.” Omel Gladis kesal.
Irfan yg berada di depan Gladis hanya tersenyum masam ia bahkan mendengar perkataan yg Gladis tujukan pada dirinya.
Hingga kini Gladis masih berjalan namun betapa kagetnya saat ia melihat sepatu hitam khas guru terlihat oleh matanya karena sejak tadi ia tak fokus ke jalanan.
Matanya seketika membulat dengan detak jantung yg kini bertalu seolah sedang ketahuan maling.
“Bagus ya, bagus sekali sikap kamu itu,” sinis Irfan dengan senyum miring nya.
“Apaan sih pak, nih bukunya lain kali jangan sampai ketinggalan lagi.” Balas Gladis kembali kesal.
“Suka-suka saya dong,” kekeh Irfan dengan santai.
“Iiisshh,”
Gladis tak lagi menghiraukan ucapan gurunya itu karena semakin lama ia membalas perkataan Irfan ia malah semakin dibuat kesal.
Ia kembali berjalan ke kelas tanpa berniat melihat anak laki-laki yg kini terlihat sedang bermain basket padahal biasanya dia akan sengaja berhenti lihat anak cowok yg sedang basket karena bukan ia gemar melihat olah raga yg diminati cowok itu tapi karena ada Frans di sana yg membuat Gladis seolah selalu terpesona akan paras tampan lelaki itu.
“Awas!” Teriak salah seorang anak laki-laki saat bola basket itu hampir saja mengenai Gladis.
Gladis yg tak tahu akan bola itu seketika terdiam saat tubuhnya di dorong oleh Frans yg tiba-tiba menggeser tubuh Gladis agar tak kena hantaman bola itu.
“Sorry, kamu gak apa-apa kan?” tanya Frans tak enak hati karena telah mendorong Gladis.
Gladis menggelengkan kepalanya ia bahkan masih kaget atas perlakuan Frans yg secara tiba-tiba itu.
Frans pun segera membantu Gladis untuk kembali berdiri dan membawa nya ke tempat duduk yg tak jauh dari sana.
“Aku gak apa-apa kok Frans,” keluh Gladis tak enak hati.
Jujur saja Gladis merasa senang meski awalnya ia merasa sakit karena Frans mendorong nya begitu keras bukannya seperti adegan film-flm di tv yg malah memeluk kekasihnya Frans malah mendorong nya agar tak kena hantaman bola.
Frans tersenyum simpul mendengar ucapan Gladis ia pun kembali melihat ke arah Gladis yg sejak tadi ia perhatikan ia tidak fokus di jalan.
“Kenapa?” tanya Gladis heran.
Frans masih saja tersenyum ia malah menarik hidung mancung milik kekasih nya itu.
“Lain kali kalau jalan lihat jalan udah kayak kereta api saja.” Kekeh Frans.
“Iiih apa sih gak jelas, orang aku sedang jalan lah kamu main dorong aja, sakit tahu.” Ujar Gladis dengan manja.
Frans kembali terkekeh ia baru pertama kali melihat tingkah manja Gladis dan itu membuat dirinya semakin gemas.
Dari jauh sepasang mata melihat keromantisan dua insan yg sedang di mabuk cinta itu membuat dirinya kembali merasa gerah entah mengapa melihat sepasang kekasih itu hatinya selalu merasa kesal.
Irfan hanya bisa menghembuskan napas beratnya ia sendiri merasa bingung apa ia memang cemburu karena cinta atau ia merasa kesal saja pada Gladis entahlah ia sendiri beluk bisa memestikan nya.
Merasa cinta pada gadis yg terbilang jauh dari usia nya membuat ia merasa tidak yakin tapi jika ya sejak kapan ia kembali merasa cinta itu hadir dalam hidupnya.
Gladis kembali bangun dan pergi meninggalkan Frans membuat Irfan merasa sedikit lega entah mengapa sejak kepergian Gladis hingga saat ia masih saja melihat gadis itu.
“Astaga huuuh enggak masa iya gadis aneh itu.” Tepis Irfan yg kembali dengan kesadaran nya.
Ia pun segera kembali ke kantor untuk mengecek tugas yg telah di kumpulkan.
Bel telah berlalu sua siswa kini sudah berhamburan untuk pulang tak jarang pemandangan siswa siswi yg saling berboncengan atau bahkan pulang bersamaan dengan teman mereka.
Namun berbeda dengan Gladis ia sedang diam di sisi parkiran untuk menunggu Frans karena dia sudah memiliki janji untuk pulang bersama karena permintaan ayah nya itu ia akan mengenalkan Frans sebagai kekasihnya memang terdengar konyol tapi entahlah entah apa yg yg di pikirkan oleh ayahnya itu.
Anak SMA tapi sudah membawa kekasihnya ke rumah rasanya itu sedikit aneh bagi Gladis karena ia belum berpikiran untuk membangun hubungan yg lebih serius ia hanya ingin merasakan indahnya jatuh cinta dan Frans adalah lelaki yg pertama kali membuat dirinya jatuh cinta.
“Lama ya?” Tanya Frans dengan langkah semakin mendekat.
Gladis menoleh ke atah sumber suara dan melihat Frans yg terlihat semakin tampan datang menghampiri dirinya.
Ia menggelengkan kepala dan melempar senyuman termanis nya membuat Frans pun ikut tersenyum.
“Kamu pakai helm ya,” seloroh Frans dengan menyodorkan helm miliknya.
“Gak usah kamu aja, lagian kamu kan yg bawa motor aku gak apa-apa kok,”
“Tapi kan....”
“Hmmm mulai,” protes Gladis tak ingin di bantah.
“Ya udah, tapi kamu pegangan ya,” ucap Frans sedikit genit.
“Apaan sih,” sahut Gladis sedikit malu.
Frans pun segera naik ke atas motornya dan di ikuti oleh Gladis yg kini sudah berada di atas motornya.
“Sudah siap?” tanya Frans dengan senyum mengembang nya.
Ia merasa seakan dirinya sedang bermimpi karena harus pergi ke rumah Gladis.
Gladis yg kini sudah berada di atas motornya mengangguk dengan senyum bahagianya dan seketika motor itu melaju meninggalkan area sekolah.
Entah apa yg kini mereka rasakan memikirkan kebersamaan Gladis dan Frans kembali membuat Irfan memanas.
Lagi-lagi ia harus melihat kebersamaan mereka seolah sengaja mereka membuat dirinya merasa cemburu.
Memang belum terlalu mengenal Gladis tapi merasa kan hal ini terjadi lagi Irfan merasa jika dirinya memang kini sedang merasa cemburu melihat senyum manis Gladis membuat dirinya kini tahu jika saat ini ia sedang merasa cemburu atau busa dibilang Irfan sudah menaruh hatinya pada anak didiknya itu.
Irfan pun segera masuk ke dalam mobilnya dan tak ingin lama-lama lagi ia langsung menyalakan mesin mobilnya.
Ia tak ingin jika sampai dirinya ketinggalan jejak mereka berdua rasa ingin tahunya membuat dirinya langsung memacu mobilnya cepat ia ingin tahu kemana Frans akan membawa Gladis.
Mungkin dengan begitu ia juga dapat memastikan perasaan nya apakah dia memang jatuh cinta atau hanya perasaan khawatirnya atau hanya keingin tahunan nya saja.
“Euuuh sial kemana mereka.” Kesal Irfan karena tidak mendapati Frans karena jalanan malah terjebak macet.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments