Part 15 kencan

“Kamu udah pulang kak?” tanya mami yg kini melihat kedatangan Irfan.

Sudah beberapa hari ini anak nya itu selalu pulang lebih awal padahal biasanya Irfan paking anti jika pulang lebih awal karena alasan di rumah juga bosan ia lebih sering menghabiskan waktunya d rumah kakak nya untuk mengisi waktu senaggang.

“Capek ah mam, aku ke atas dulu ya,” seloroh Irfan sambil mencium gemas pipi sang mami yg memang selalu ia lakukan.

Mami hanya tersenyum melihat kepergian Irfan begitu saja. Ia hanya berharap jika Irfan akan segera menemukan sosok yg akan mengerti dia bagaimana pun kini dirinya sudah terbilang cukup dewasa bahkan teman seusianya saja sudah banyak yg menikah bahkan mempunyai anak bahkan tak sedikit dari mereka sudah memiliki dua anak hanya sedikit saja yg mami ketahui jika teman nya masih ada yg belum menikah dan salah satunya adalah Dika tapi tetap saja berbeda dengan Dika ia bahkan pernah mengenalkan pacar nya setahun yg lalu pada mami tapi tidak dengan Irfan sejak dirinya putus dari Amira dirinya tak pernah lagi menjalin hubungan dengan suapun lagi bahkan sampai saat ini.

Entahlah setiap mami menanyakan kenapa dirinya putus dari Amira Irfan selalu menghindari akan hal itu ia bahkan seolah enggan menjawab karena alasan apa dirinya putus sari Amira padahal sebelum nya ia sudah sangat bersemangat untuk datang melamar pada Amira.

Mami sendiri ia begitu menyetujui akan hal itu terutama melihat Akirabyg begitu baik ia juga sopan dan mudah bergaul dan cantik pula membuat mami seolah tak ada alasan untuk menolak Amira sebagai calon menantunya.

Irfan kembali merebahkan tubuhnya di kasur hari ini sungguh penat bagi dirinya tapi mengingat kejadian tadi saat dirinya bersama dengan Gladis dirinya seolah seperti sedang dimabuk kasmaran ia bahkan kembali tersenyum sendiri mengingat tingkah menggemaskan Gladis yg selalu membuat dirinya seolah menjadi anak remaja kembali.

“Astaga kenapa sih cewe itu terus saja aku pikirkan,” ucap Irfan sambil mengusap wajahnya.

Tapi dirinya seolah sangat menikmati apa yg kini ia rasakan entahlah entah perasaan apa yg kini hinggap dalam dirinya.

.

“Yah aku pergi dulu sebentar keluar boleh ya?” pinta Gladis dengan manja.

Ia mengusap ayah Hadi dengan menja karena ia tidak ingin jika dirinya sampai gagal lagi untuk pergi berkencan dengan Frans.

“Sayang, kaki kamu saja belum sembuh bagaimana bisa ayah mengizinkan.” Tutur ayah Hadi dengan hati-hati.

Ya karena jika tidak tentu anaknya akan merengek seperti gadis kecil yg sedang menginginkan sesuatu.

“Aku udah sembuh kok yah, lihat aku udah bisa jalan tanpa tongkat lagi,” ucap Gladis dengan memelas.

Gladis memang sudah bisa berjalan tanpa tongkat tapi ia masih sedikit khawatir jika dirinya akan tersandung kembali dan berakhir dengan sakit yg lebih dari sebelumnya.

Mata ayah Hadi melirik ke arah kaki Gladis yg kini menapak di atas lantai meski dapat terlihat keraguan dari putrinya ia tidak ingin jika Gladis akan kembali sakit kembali.

Ia menarik napasnya panjang dan menyungingkan senyum nya. “Baiklah tapi ayah akan antar kamu,” tutur ayah Hadi denga senyum yg masih sama.

Gladis begitu kaget ia sedikit bingung bagaimana bisa seperti itu bagaimana bisa jika dirinya berkencan bersama dengan ayah nya di samping dirinya.

“Mmm ya udah klau begitu aku gak jadi pergi.” Ketus Gladis dengan gugup.

Ia bingung dengan harus beralasan apa sepertinya memang itu yg terbaik bagi dirinya saat ini bagaimana pun hubungan dirinya dengan Frans jangan lebih dulu di ketahui oleh ayahnya jika sampai ayahnya tahu hancur sudah semua impian nya.

“Eeuuh kenapa sih ayah gak peka.” Kesal Gladis.

Ia bahkan mengehentakan kaki nya karena kesal namun karena ulah nya kini ia malah kembali kesakitan.

“Astaga, aw aw aw aduh....” Rengek Gladis yg kembali sakit karena ulah nya sendiri.

Ia bahkan mengeluarkan air matanya karena memang dirinya masih sedikit sakit.

“Ayah tega banget sama aku, ih nyebelin banget.” Ucap Gladis dengan tangan nya yg kini mengusap kakinya.

Ia segera menghapus jejak air matanya dan segera mengambil ponsel nya dari dalam tas miliknya.

Seketika matanya membulat saat melihat pesan yg ia terima dari Frans.

['Dis aku udah di depan rumah kamu,']

“Aduh gimana ini.” Gumam Gladis yg merasa kebingungan.

Ia pun segera bangun dan berjalan ke arah kamarnya. Ia membuka jendela kamar nya untuk sekedar memastikan jika memang Frans ada di depan rumahnya atau tidak namun karena memang jarak antara rumahnya dengan jalan utama sedikit jauh bahkan terhalang dinding pagar membuat dirinya tidak bisa melihat Frans sedikit pun.

“Sayang?” Sahut Ayah Hadi dari balik pintu kamar putrinya.

Gladis yg sedang mencari cara agar dirinya bisa melihat Frans oun di buat kaget ia segera berjalan ke arah pintu kamarnya dan melihat ayahnya yg sudah rapih di depan pintu kamarnya.

“Kamu sedang apa? Ayah panggil kamu gak jawab?” tanya ayah Hadi sedikit penasaran.

“Mmmm anu yah, mmm,”

Atah Hadi mengernyitkan dahinya ia heran melihat tingkah putrinya yg tidak biasa.

“Ya sudah ayah cuman mah bilang, ayah mau ketemu teman bisnis ayah saja mungkin sedikit lama kamu gak apa-apa kan ditinggal dulu tapi bi Hanum ada jadi kamu gak usah khawatir.” Ucap ayah Hadi dengan senyum nya berusaha memberi pengertian takut saja jika Gladis akan kembali merengek meminta agar dirinya tidak pergi meninggalkan nya.

Gladis tersenyum gembira akhirnya dirinya bisa menemukan cara agar dirinya bisa pergi dengan Frans.

“Iya yah, ayah tenang saja aku gak apa-apa kok ayah bisa pergi aja lagian ayah gak usah khawatir kan ada bi Hanum.” Sahut Gladis dengan polosnya.

Ayah Hadi sedikit lega akhirnya Gladis dapat mengerti akan dirinya.

“Ya sudah ayah pergi dulu. Ingat jangan sembrono harus tetap hati-hati dan kalau ada sesuatu kamu bisa hubungi ayah oke.” Tukas atah Hadi dengan satu tangan yg kini mengetuk puncak hidung Gladis.

Gladis kembali terkekeh ia begitu gembira.

“Siap bos,” kekeh Gladis menimpali.

Atah Hadi oun segera turun tanpa menunggu lama ia segera masuk ke dalam mobilnya ia tidak ingin jika sampai dirinya telat karena ini adalah pertemuan yg sangat penting bagi dirinya.

“Ayo jalan do.” Timpal ayah Hadi pada Dodi supir pribadi ayah Hadi.

Namun sebelum mobil itu melaju matanya menangkap pria remaja yg kini sedang memarkirkan motornya tepat di depan kediaman dirinya.

“Gladis,” ucap ayah Hadi yg kini mengingat tingkah putrinya.

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

Buna Seta

Buna Seta

Keren thor

2022-11-25

1

Ani Vabbiani

Ani Vabbiani

lanjuuuttt

2022-10-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!