Part 14 calon mantu

Menit demi menit telah berlalu sampai pada dimana mobil Irfan sudah kembali masuk ke kediaman Gladis.

Entah mengapa kali ini Irfan merasa senang meski ia dapat melihat jelas jika Gladis sangat kesal.

Sesaat mobil telah berhenti Gladis langsung membuka pintu nya dan langsung menurunkan kakinya bahkan tanpa ucapan terima kasih.

Irfan hanya tersenyum miring tapi ia cukup bahagia dengan kebersamaan nya menurutnya bersama dengan Gladis itu adalah hal yg sangat lucu ia bahkan terlihat seperti anak kecil yg kerjanya selalu marah.

“Kamu sudah pulang sayang?” seloroh Ayah Hadi yg kini berjalan mendekati Gladis putrinya.

Ia menatap mobil yg jelas ia kenal namun di persekian detik sang pemilik nya turun dan mendekati dirinya.

“Maafkan saya pak sudah lancang mengantarkan anak bapak,” tutur Irfan dengan senyum nya.

Gladis hanya mencebikan bibirnya ia bahkan menggerutu dalam hatinya jika memang Irfan adalah sosok guru yg tak patut ia teladani.

“Tak apa justru saya sangat berterima kasih, bagaimana kalau begitu kita masuk ke dalam dulu,”

“Oh sebelumnya saya sangat berterima kasih tapi rasanya saya harus segera kembali.” Tolak Irfan yg merasa tidak hati.

Ayah Hadi terkekeh mendengar ucapan formal dari guru anaknya itu ia dapat melihat jika memang Irfan adalah sosok yg baik bahkan ia terlihat bertanggung jawab.

“Jangan sungkan kalau ada waktu kemarilah tak usah formal seperti itu,” kekeh ayah Hadi mencarikan suasana.

Irfan pun tertawa kecil mendengar ucapan ayah Hadi yg kini terdengar lebih akrab bagi dirinya.

“Ya sudah kalau begitu saya pamit duku ya pak,”

“Om, panggil saja saya om Hadi lagian kita hanya berjarak ya lima sampai 10 tahun saja,” kekeh ayah Hadi lagi.

Irfan pun tertawa mendengar ucapan menohok dari ayah Hadi tak dapat di pungkiri ada perasaan senang dalam hatinya.

,

“Akrab banget sih sampai ketawa-ketawa gitu.” Cetus Gladis yg merasa bete.

Ayah Hadi tersenyum senang ia mengusap lembut puncak kepala Gladis dan duduk di samping putrinya nya itu.

“Akrab dong kan Irfan sosok calon menantu idaman ayah.” Seloroh ayah Hadi.

“Uhukkk uhukkk.”

Gladis bahkan langsung terbatuk-batuk mendengar ucapan dari ayahnya ia langsung menatap wajah ayahnya yg kini tersenyum ke arah dirinya.

“Ayah, pak Irfan itu guru aku lagian dia itu sudah tua lagian ya yah aku juga udah punya pacar jadi jangan sampai dayah berani mencoba-coba untuk jadiin pak Irfan itu jadi suami aku titik.” Ucap Gladis dengan panjang lebar.

Ia bahkan melupakan jika dirinya telah membuka rahasia jika dirinya kini sudah mempunyai seorang kekasih terlebih ayah nya sangat sangat melarang anak gadis nya itu sampai pacaran.

“Ekhem, jadi anak ayah ini sudah punya pacar?” tanya ayah Hadi mengulang apa yg ia dengar.

Gladis langsung menutup matanya ia bahkan mengunci mulutnya rapat-rapat.

“Ah sial kenapa lagi pake ada acara keceplosan segala.” Gumam Gladis dalam hatinya.

“Hmmm.” Dehem ayah Hadi lagi.

Gladis mencoba membuka kedua matanya dan berusaha menatap wajah ayahnya yg kini sedang menangi jawaban dari dirinya.

Ia tersenyum malu dan kini kedua tangan nya membentuk huruf v agar ayahnya tidak marah pada dirinya.

“Bercanda doang kok yah,” cicit Gladis tidak yakin.

“Jadi sekarang kamu mah bohong sama ayah? Oke kalau sampai ayah tahu kamu bohong tak ayah nikahkan kamu sama....”

“Ayah, iya deh iya Gladis udah punya pacar tapi baru-baru ini jadian kok yah, ayah jangan marah,” rayu Gladis pada akhirnya.

Ia tidak ingin jika sampai ia mendapat ancaman terlebih sesuatu yg tak pernah ia inginkan.

“Kapan kamu jadian? Temen sekolah?” tanya atah Hadi berturut-turut.

Gladis menghembuskan napas lesu nya ia pun mengganguk membenarkan jika memang kekasihnya adalah teman sekolah nya.

“Tapi benar kok yah baru jadian kemarin malah,” cicit Gladis dengan jujur.

Ayah Hadi menghembuskan napas nya ia pun menelisik apa saja yg anaknya ucapkan adalah benar atau tidak tapi sepertinya ia tidak menemukan ketidak jujuran Gladis dalam berucap.

“Kalau begitu besok ajak dia kemari ayah ingin tahu pacar kamu.”

Gladis begitu kaget ia bahkan membulatkan matanya saat mendengar ucapan dari sang ayah.

“Kita cuma pacaran kok yah gak lebih ayah jangan sampai nikahkan aku,” pinta Gladis dengan memohon.

Ia sungguh takut jika sampai Frans ke rumahnya ia malah akan di nikahkan salah waktu dekat dan andai saja itu terjadi tentunya masa depan dirinya akan berakhir ia bahkan mungkin tak akan lagi bisa meneruskan apa saja yg telah menjadi impian bagi dirinya.

“Siapa yg bilang kamu akan di nikahkan?“ seloroh ayah Hadi yg ingin sekali ia tertawa.

Tak mungkin bagi ayah Hadi menikahkan putri kesayangan dirinya menikah dengan orang sembarangan bahkan siapa pun ibu atau ayah di dunia ini yg akan langsung menikahkan anaknya bersama dengan lelaki atau wanita pasangan dirinya menikah dengan begitu saja.

“Terus kenapa harus ke rumah yah?”

“Jelas dong berani-beraninya menjadi pacar anak ayah tanpa meminta ijin terlebih dulu, lagian ayah perlu memastikan seperti apa kekasih kamu jangan sampai ayah kecolongan kayak orang tua kini.” Tutur ayah Hadi jujur.

“Tapi yah,”

“Tak ada tapi, kalau masih menolak seorang jug kamu harus memutuskan hubungan kamu sama cowok itu.” Tukas ayah Hadi tak main-main.

Gladis hanya bisa pasrah ia hanya berharap jika Frans akan bersedia ke rumahnya meski ia sendiri tidak tahu apa saja yg akan ayahnya lakukan.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!