Gladis hanya diam ia tidak ingin lagi berkata-kata lagi sungguh hari ini adalah hari terburuk ia ia alami bagaimana tidak bisa-bisa nya ia merasa jika dirinya seolah yg bersalah terlebih ayahnya malah meminta agar bisa memaafkan dan menerima permintaan maaf dari pelayan itu.
Dengan langkah yg masih terbatas ia terus mengayunkan tongkatnya agar lebih cepat berjalan ke arah kamarnya.
“Dasar nyebelin banget lagian kenapa pak Irfan ada disana.” Kesal Gladis yg masih emosi.
Ia begitu merasa malu sekali tak pernah sekalipun ia merasa seperti terlebih di saat dirinya sangat terlihat kacau.
Ayah Hadi hanya bisa membiarkan putrinya kembali ke kamar rencana agar Gladis kembali ceria kini hancur sudah ternyata sangat sulit menjadi sosok ayah sekaligus ibu bagi putrinya.
''Maaf pak ada yg mencari bapak,” sahut bi Hanum dengan sedikit membukukan tubuhnya.
“Siapa bi?” tanya Ayah Hadi yg sempat tidak konsen karena pikiran nya sedikit buyar.
“Kalau gak salah sih itu kayak gurunya non Gladis pak, yg tempo hari kesini,” cicit bi Hanum mencoba mengingat jika memang dugaan nya benar.
Ayah Hadi langsung membalikan tubuhnya tak percaya ia merasa heran jika memang itu benar.
“Suruh dia masuk bi.” Perintah Ayah Hadi pada akhirnya.
Bi Hanum segera berlalu dari hadapan ayah Hadi ia segera menghampiri orang yg kini sedang menunggu tuannya di balik pintu.
“Maaf silahkan masuk bapak menunggu di dalam,”
“Makasih bi,” ucap Irfan dengan senyum canggung nya.
Ia pun masuk ke dalam rumah Gladis namun tak seperti awal pertama ia kesana kali ia ia merasa sedikit tidak nyaman atas kejadian tadi meski sebenarnya tak kiat alasan karena memang bukan dirinya yg bersalah tapi emtetap saja melihat Gladis yg terlihat kesal kepada dirinya membuat dirinya merasa tidak nyaman terlebih saat tadi Gladis dan ayah nya adalah konsumen di restoran miliknya.
“Maaf pak atas kehadiran saya yg tiba-tiba,” sahut Irfan yg kini masih berdiri.
“Tak apa-apa mari silahkan duduk,” seru ayah Hadi dengan ramah.
Dengan senang Hati Irfan menerima nya ia pun duduk berhadapan dengan ayah Hadi.
Terlihat jelas jika ayah dari Gladis ini bersikap baik bahkan tak terlihat dari wajahnya jika ia merasa kecewa atas kedatangan dirinya.
“Untuk soal tadi maafkan Gladis, Gladis memang masih remaja wajar saja jika dia sangat emosional saya sendiri tidak menyangka jika perlakuan Gladis akan seperti itu,” ujar ayah Hadi dengan sopan.
Irfan tersenyum kecil menanggapi ucapan ayah Hadi yg tak ia duga.
“Sebenarnya saya yg harus minta maaf karena kesalahan pelayanan tadi membuat anak bapak menjadi kesal saya sendiri akan mengganti kerugian nya dan saya juga minta maaf atas kesalahan dari pegawai saya,” tutur Irfan.
Ayah Hadi mengangguk mengerti ia begitu kagum atas keberanian dari sosok pemuda yg belum lama ia kenal meski awalnya ia menyangka jika Irfan itu hanya seorang guru tapi melihat dari caranya berbicara terlebih saat mengetahui ternyata ia juga adalah seorang pembisnis muda membuat nilai tambah rasa kagum dalam diri atah Hadi.
“Gak usah repot-repot pak, bukan bapak yg salah tapi pegawai bapak yg salah coba saja dia lebih hati-hati.” Sahut Gladis yg kini tiba-tiba muncul dari arah belakang.
“Gladis!” bentak ayah Hadi tak percaya dengan sikap putrinya.
“Aku hanya mengatakan yg seharusnya yah, pak Irfan gak perlu meminta maaf seperti itu cukup tegur saja pelayan itu dan soal ganti rugi aku gak butuh.”
“Gladis cukup!” sela ayah Hadi yg benar-benar merasa malu akan tingkah Gladis yg sudah membuat dirinya sangat malu.
Irfan sendiri ia hanya bisa membuang napas beratnya ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi ternyata keputusan dirinya ke rumah Gladis sungguh salah besar.
“Masuk ke kamar ayah!”
“Yah,” lirih Gladis tidak percaya.
Namun melihat sorot mata tajam ayah nya Gladis tidak berbuat apa-apa lagi ia cukup merasa sakit saat sorot mata ayah nya memperlihatkan kemarahan nya.
Gladis pun kembali berbalik dan menyeret kakinya yg ia rasa sangat tak berguna.
Bulir bening terus saja berjatuhan bersama isak pilu dirinya baru sekali ini saja ia merasakan bentakan dari ayahnya yg selama ini ia sayangi tak pernah sekalipun dirinya mendapatkan bentakan bahkan tatapan marah dari sang ayah tapi kali ini sungguh hatinya tak kuasa bahkan air mata ug sebelumnya tak pernah jatuh akan ayahnya harus keluar begitu saja.
Ia pun masuk ke dalam kamarnya mengunci kamar nua dengan rapat ia melempar tongkat nya begitu saja dan meluapkan kesedihannya yg tak terbendung lagi.
Hanya kesedihan yg kini menemani dengan rasa sakit yg sulit ia artikan.
Kehilangan sosok seorang ibu sudah cukup membuat dirinya seperti ini ia sangat hancur tapi jika saja dirinya kehilangan kasih sayang ayahnya sungguh Gladis tidak akan sanggup.
“Kenapa, kenapa? hhhikksss,”
“Kenapa gak adil mami bahkan ayah,” racau Gladis dengan penuh kesedihan dan emosi.
.
“Maaf nak Irfan Gladis memang sangat mudah sekaki emosi dan soal tadi saya harap nak Irfan tidak memasukan ke dalam hati saya akan mencoba memberi Gladis pengertian,” ungkap atah Hadi yg merasa tidak nyaman.
“Tidak apa-apa pak saya sangat mengerti kalau begitu saya pamit ya pak maaf karena menganggu,”
Irfan pun segera pulang dari kediaman Gladis ia sama sekali tidak menyangka jika kehadiran dirinya justru berdampak lebih buruk dari yg ia kira.
Sesampai di mobil ia segera melajukan mobilnya meninggalkan kediaman Gladis begitu saja rasa kecewa tentu yg kini ia rasakan entah mengapa ia mengharapkan jika Gladis tak akan marah kepada dirinya.
“Hmmm,” desis Irfan berusaha menenangkan pikirannya.
Ia pun kembali ke restoran miliknya mengingat semua berkas yg sempat ia tinggal begitu saja bahkan tak sempat ia simpan ke ruangan miliknya.
Beberapa menir telah berlalu kini ia sudah sampai kembali di restoran miliknya dengan cepat ia segera turun dari dalam mobilnya berjalan dengan pasti ke tempat dimana tadi ia bertemu dengan Dika.
“Loh kok gak ada,” tutur Irfan pelan.
Ia pun segera beralih ke ruangan miliknya karena mungkin saja Adi asisten kepercayaan ny menyimpan nya ke ruangan miliknya.
Dengan langkah pasti ia pin segera membuka pintu ruangan nya namun sesaat pintu terbuka matanya membulat seketika saat sorot matanya melihat seorang wanita yg kini sedang duduk bersantai di bangku kerjanya.
Ia pun bangun dari duduknya dan mendekati Irfan yg masih diam menatap dirinya seolah tak percaya dengan apa yg ia lihat.
“Apa kamu sudah selesai?”
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments