Part 13 cemburu

Mata Irfan menatap tajam pada Gladis entah menagapa perasaan nya merasa kesal terlebih saat dirinya melihat kejadian barusan dimana Gladis menerima Frans sebagai kekasihnya hatinya seolah tidak bisa menerima itu.

Ia begitu ingin sekali mengambil bunga mawar yg ia pegang namun tak mungkin bagi dirinya melihat senyum manis Gladis yg tak pernah ia lihat sebelumnya membuat dirinya seolah ingin merebut senyum itu untuk menjadi miliknya.

“Kenapa aku menjadi begini.” Ujar Irfan dalam hatinya ia terus menetralkan dirinya dan berusaha fokus.

Irfan pun segera mengalihkan atensinya dan mengambil buku untuk ia bahas kali ini.

Namun sesaat ia melirik ke arah anak-anak matanya kembali seolah terbakar saat melihat Frans dan Gladis saling bersitatap dan saling berbalas senyum.

“Kalau mau pacaran di jam pelajaran saya sekarang juga kalian boleh keluar tidak udah mengikuti pembelajaran saya.” Tegas Irfan yg dilanda kekesalan.

Gladis dan Frans segera memutuskan kontak mata mereka pun berusaha kembali fokus untuk belajar.

“Ekhem,” Irfan berdehem dan kembali membuka bukunya.

Irfan adalah sosok yg banyak di kagumi anak-anak terutama wanita tapi melihat sikap Irfan yg kini terlihat dingin membuat semua anak-anak menjadi sedikit takut terlebih Irfan terlihat dingin sekali kali ini.

Pembelajaran pun di mulai bahkan sampai di tengah jam pelajaran sekua anak terlihat begitu memperhatikan apa saja yg Irfan terangkan.

Tak ada sedikit suara berisik yg menganggangu membuat Irfan seolah menguasai kelas untuk kali ini.

Tring.

Suara bel berbunyi tanda waktu istirahat telah tiba.

“Untuk pembelajaran kali ini dan untuk minggu depan kalian persiapkan diri karena akan ada ulangan.”

“Yah Pak....” seru anak-anak tak terima.

“Kalau tidak mau ikut ulangan tidak apa saya tidak akan memaksa bagi siapa saja yg melanggar atau tidak mau mengikuti pembelajaran saya silahkan keluar.” Ucap Irfan dengan dingin.

Ia pun membereskan buku nya dan segera keluar dari kelas tanpa sepatah katapun.

“Ih pak Irfan nyebelin banget sih,” keluh Clarissa sebal bercampur kecewa karena memang pak Irfan adalah guru favorit nya.

Sementara Gladis ia sendiri merasa sama biasanya pak Irfan selalu bersikap manis bahkan jarang sekali terlihat tegas.

“Udah yuk ah kita ke kantin.” Ajak Gladis yg tak ingin memikirkan lagi sikap pak Irfan karena menurutnya itu tidak penting bagi dirinya.

Sesampai di kantin Clarissa, Gladis dan juga Selena duduk di kursi yg biasa ia duduki mereka memesan beberapa makanan dan bercengkrama dengan ria.

Frans sendiri ia tidak bergabung degan kekasihnya karena ia sendiri sibuk dengan geng cowok-cowok ganteng yg menjadi buruan anak sekolahkan nya.

“Dis, lihat deh lo beruntung banget dapat si Frans tapi apa kamu gak kesal apa dapat cowok jadi rebutan anak sekolahan kita?” tanya Clarissa dengan santai.

“Bagus dong kalau begitu pacar gue ganteng.” Kekeh Gladis dengan bangga.

“Emang ganteng sih, tapi lihat adik kelas kita itu sikapnya pada kecentilan tuh sama si Frans.” Ujar Selena membenarkan.

“Udah ah biarin aja tapi kan si Frans tetap aja jadi pacar gue.” Balas Gladis dengan santai.

“Ya deh terserah nyonya Frans aja,” kekeh Selena dan diangguki oleh Clarissa.

.

“Kamu bisa naik kan?” tanya Frans pada Gladis saat ia hendak naik ke motor miliknya.

Gladis tersenyum kecil ia sedikit malu tapi memang sepertinya kakinya memang masih sakit jika harus menahan tubuhnya.

“Sakit ya?” tanya Frans merasa kecewa karena jika ya ia tidak akan bisa pulang bersama.

“Gak apa-apa kok cuman sedikit biar aku coba lagi,” ucap Gladis dengan sedikit pasrah.

Ia sendiri merasa tidak yakin jika dirinya akan bisa karena memang kakinya masih beluk sembuh total tapi dirinya sendiri memang ingin untuk bisa pulang bersama dengan Frans.

“Baru pacaran ada uda lg gak sayang gimana nanti nya.” Cetus salah seorang lelaki dari arah belakang.

Frans dan Gladis pun langsung menoleh ke arah suara yg jelas ia kenal.

“Kamu pulang sama saya biar saya antar kamu pulang.” Ujar Irfan yakin.

Irfan bahkan langsung membawa tongkat milik Gladis dari tangan Frans.

Ia oun memberikan kembali tongkat nya pada Gladis dan menarik tangan nya agar terlepas dari Frans.

Gladis sedikit bingung ia seolah tidak bisa menolak bahkan Frans sendiri ia sama sekali tidak berkutik dibuat nya.

Gladis menatap wajah Frans ingin sekali Frans mengatakan sesuatu agar dirinya tidak pulang bersama Pak Irfan tapi nyatanya Frans tak bersuara sampai dimana Irfan menganggukan kepalanya agar Gladis mengikuti dirinya.

“Gak apa-apa lagian benar kamu masih sakit.” Ucap Frans sedikit kecewa.

Gladis pun mau tak mau mengikuti langkah Pak Irfan dan masuk ke dalam mobil miliknya setelah pak Irfan membukakan pintu mobil itu.

Senyum yg semula hilang kini nampak kembali entah mengapa Irfan merasa senang meski dirinya yakin jika dirinya sendiri telah jahat pada anak didiknya karena malah memisahkan pasangan kekasih tapi entahlah dirinya seolah tergerak untuk membantu Gladis agar terhindar dari kecelakaan lagi.

Gladis hanya diam ia seolah kesal dengan sikap gurunya yg kian hari seolah terus muncul dalam hidupnya.

Sekali saja ia kesal dan berharap tak akan lagi tapi nyatanya kini malah kembali terulang bahkan di saat dirinya ingin bersama kekasih nya Pak Irfan kembali menghancurkan nya.

“Cemberut terus cepet tua nanti ditinggalin pacar kamu baru tahu rasa.” Cerocos Irfan yg tak tahu malu.

Gladis mendelik sebal ia menghembuskan napas beratnya dan beralih menatap wajah gurunya yg sok ke gantengan itu.

“Gak usah dilihatin gitu kali saya sudah tahu kalau saya memang tampan.” Kekeh Irfan dengan pede nya membanggakan dirinya di depan Gladis yg terlihat semakin kesal.

“Mau bapak apa sih.” Kesal Gladis yg tak bisa lagi ia tahan.

Irfan terkekeh mendengar ucapan Gladis ia pun menatap wajah cantik muridnya itu.

“Kamu itu mudah sekali marah, terkadang saya heran sama kamu.”

“Huhh” desis Gladis yg semakin dibuat kesal.

“Berhenti di depan saya bisa pulang sendiri.” Ujar Gladis kekeh.

Irfan menggaruk kepalanya yg tak gatal namun senyum nya kembali menghiasi wajahnya.

Ia pun memberhentikan mobilnya dan kini malah menatap wajah Gladis yg terlihat polos.

“Hmm sebenar saya hanya ingin kamu memafkan saya,” ungkap Irfan yg memang ingin sekali mengatakan itu sejak saat melihat Gladis tapi niat itu ia urungkan terlebih saat tadi ia melihat kebersamaan Frans dengan Gladis apalagi saat melihat dirinya telah menerima cinta dari teman nya itu.

“Untuk apa?”

“Semuanya, tentang semua kejadian kemarin dan untuk saat ini.” Papar Irfan tulus.

“Saya gak ngerti kenapa bapak minta maaf terus sama saya dan seharusnya bapak tahu kalau soal kemarin itu bukan salah bapak jadi bapak gak usah minta maaf lagi sama saya,”

“Kalau begitu artinya kamu tidak marah sama saya dan itu artinya saya minta maaf untuk saat ini.” Ungkap Irfan lagi.

“Kalau bapak merasa salah sama saya kayaknya bapak bermasalah deh,” kekeh Gladis dengan meledek gurunya.

Irfan mengerutkan kening nya tapi tanpa ia sadari ia malah tersenyum bahagia melihat tawa Gladis.

“Berati kamu gak keberatan jika saat ini kamu pulang bersama say?”

Deg, Gladis sedikit terkejut bahkan perasaan nya entahlah ia menjadi seolah salah tingkah.

Namun Irfan kembali tersenyum tanpa menunggu jawaban lagi dari Gladis ia langsung menyalakan kembali mesin mobilnya dan kembali melaju di jalanan.

Bersambung....u

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!