Dodi sedikit kebingungan ia bahkan sampai bolak balik mengecek anak tuanya yg hampir seharian menghabiskan waktu bersama dengan pacarnya.
Bahkan beberapa panggilan masuk ke telepon nya ia tak angkat karena takut jika tuannya akan marah.
“Aduh non kenapa lama sekali,” jujur Dodi yg gelisah.
.
“Kamu kemana kak?” tanya mami Citra pada anak keduanya itu.
“Hmmm mi, kenapa sih mami mau tahu aja aku mau kemana,” ucap Irfan yg sedikit heran.
“Ya lagian ini sudah hampir sore kemana sih kamu udah kayak gak betah aja disini.” Balas mami Citra beralasan.
“Aku cuma mau ke restoran aja ma, ada sesuatu yg harus cek.” Ungkap Irfan jujur.
“Ya sudah tapi jangan sampai pulang malam. Dan satu lagi udah beres semuanya kamu pulang jangan kemana-mana lagi.” Ingat mami citra lagi.
Irfan langsung mendekati mami Citra dan menyalami mami kesayangan nya itu ia pun mencium gemas pipi mamanya dan langsung pergi.
Ada banyak hal yg harus ia selesaikan terutama ia ingin segera menyelesaikan proyek pembangunan restoran cabang miliknya.
Terlebih ia tidak ingin terus-terusan bertemu dengan Amira karena setiap kali ia bertemu dengan Dika disaat itulah ia bertemu dengan Amira bahkan setelah pertemuan selesai Amira selalu mencari cara agar dirinya kembali bisa bertemu dengan nya.
Jalanan cukup ramai hingga membuat laju kendaraan dirinya sedikit terhambat.
“Kenapa macet sih,” desis Irfan yg sedikit kesal.
Namun setelah beberapa menit laju kendaraan kembali lancar membuat ia langsung memacu laju mobilnya lebih cepat.
Hanya memakan sekitar dua luluh menit saja ia akan segera sampai jika jalanan lancar seperti sekarang.
“Kita pulang yuk udah hampir sore aku takut kalau pas aku pulang ayah ada di rumah.” jujur Gladis pada Frans.
“Ya sudah ayo.”
Frans pun segera pulang bersama Gladis setelah dirinya membayar semua makanan yg ia pesan.
“Hati-hati.” ucap Frans saat melihat Gladis hampir saja tersandung.
Gladis tersenyum ia pun memilih mengangandeng lengan Frans lagi dan berjalan beriringan ke arah dimana motor Frans terparkir.
“Aku pasangkan ya,” ucap Frans saat mereka sudah sampai di depan motor milik nya.
Dengan senang hati Gladis mengangguk dan membiarkan Frans memasangkan nya.
Setelah selesai Frans pun segera naik ke atas motornya dan seperti semula ia membiarkan satu tangan nya menjadi pegangan untuk Gladis naik ke atas motornya.
Namun belum sempat Gladis naik ke atas motornya sebuah mobil yg kini mencuri perhatian Frans dan Gladis saat ini.
Mobil yg memang kerap kali ia lihat dan ternyata benar mobil itu berhenti tepat di samping mereka.
“Frans aku rasa kita harus segera jalan.” Cicit Gladis yg segera memegang tangan Frans.
“Ekhem,” Irfan berdehem seketika saat dirinya turun dari dalam mobilnya melihat dua orang yg mencuri perhatian dirinya.
“Frans ayo jalan.” Cicit Gladis.
Namun Frans tidak bisa ia merasa jika sekarang bukanlah di sekolah dan andai pak Irfan menegur dirinya dan Gladis tentunya pak Irfan tidak memiliki kewenangan dalam hal itu.
“Sore pak,” sapa Frans melihat Irfan yg kini sedang berjalan mendekati dirinya.
Gladis tersenyum kikuk melihat tatapan sinis dari Irfan.
“Kalian abis diner ya, wah-wah saya telat.” kekeh Irfan tak senang.
“Iya pak, mmm kita duluan ya pak,”
“Ya silahkan.” Balas Irfan melepas Gladis dan Frans begitu saja.
Frans pun segera melajukan motornya meninggalkan Irfan begitu saja.
“Udah aku bilang juga cepet jalan kamu sih kenapa gak jalan juga.” Kesal Gladis pada Frans.
Frans hanya terkekeh melihat kekesalan Gladis. Sebenarnya bukan hanya Gladis saja Frans sendiri merasa tidak nyaman terhadap pak Irfan terlebih saat ia melihat tatapan tak suka pak Irfan pada dirinya.
Kali ini waktu berlalu begitu cepat membawa mereka sampai ke kediaman Gladis.
Gladis sendiri ia merasa senang terlebih saat bersama dengan Frans.
“Aku masuk dulu ya, makasih.” Sahut Gladis dengan senang hati.
“Sama-sama, kalau gitu aku balik ya.” Ujar Frans tersenyum simpul.
Gladis mengangguk dan membiarkan Frans pergi terlebih dulu hingga motor yg ia bawa menghilang dari pandangan baru Gladis berjalan masuk ke kediaman nya.
“Syukurlah sepertinya ayah belum pulang,” ucap Gladis sambil mengusap dadanya.
Ia berjalan dengan santai masuk ke dalam rumah namun betapa dirinya kaget saat melihat ayahnya berdiri di ruang keluarga dimana menghubungkan dengan kamar nya.
Dadanya bahkan bergemuruh dapat di pastikan saat ini ayahnya akan marah besar pada dirinya.
Gladis mengatur napasnya mulutnya bahkan seakan kaku hanya sekedar untuk menanyakan kepulangan ayahnya yg begitu cepat terlebih ia tidak melihat mobil milik sang ayah di depan halaman rumahnya.
“Habis dari mana kamu? apa seperti ini cara kamu di belakang ayah hah!” bentak ayah Hadi yg sejak tadi menahan emosi nya yg sudah ia redam dari tadi.
“Aku bisa jelasin kok yah,”
“Jelasin soal apa! soal kencan dengan seorang anak laki-laki!” Teriak ayah Hadi semakin menaikan nada bicaranya.
Gladis mulai merasa takut ia kembali terdiam bibirnya berusaha sekuat tenaga ia gigit agar tak sedikit pun ia menangis.
“Berapa kali ayah bilang sekolah yg benar jangan pacaran apa itu tidak cukup hah?”
“Tapi yah, aku udah dewasa ayah bisa larang aku sesuka ayah tapi apa ayah bisa ngerti in aku sedikit aja enggak kan? Yg ayah pikirkan hanya kerjaan aku juga butuh perhatian.” Balas Gladis yg tak bisa lagi mereda emosinya ia mulai meluapkan segala beban yg ia rasa.
Gladis mulai terisak ia tidak bisa lagi menahan nya semua yg ia tahan kini sudah ia katakan begitu saja.
Ayah Hadi begitu frustasi baru kali ini ia mendengar kata-kata yg tak pernah ia dengar dari anak kesayangan nya.
“Aku benci ayah!” balas Gladis lagi yg langsung berlari ke kamarnya membiarkan ayah nya diam mematung seketika.
Gladis langsung masuk ke kamarnya bahkan ia langsung mengunci pintunya dirinya tak pernah sekalipun mengatakan perkataan kasar pada ayahnya tapi kali ini dia benar-benar sangat menyesal ia sangat menyesal karena telah mengatakan jika dirinya membenci ayahnya tapi sebenarnya yg Gladis inginkan adalah kasih sayang ayahnya sudah cukup bagi dirinya menahan nya selama ini mungkin memang yg terbaik juga jika ayahnya mengetahui apa yg ia inginkan.
Gladis begitu terpukul ia terus menumpahkan air matanya hanya Frans yg ia rasa dapat membahagiakan hatinya dan tak ada yg salah dengan hubungan mereka Gladis sendiri ia merasa jika dirinya memang sudah dewasa hal yg wajar bagi dirinya mencintai dan cintai layaknya orang lain.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Buna Seta
Semangat kaka
2022-11-25
1