Gladis seolah kaget dengan apa yg saat ini ia dengar namun tak dapat di pungkiri dirinya begitu senang karena akhirnya apa yg ia tunggu terjadi juga meski Frans mengungkapkan nya tanpa embel-embel romantis.
''Dis, gimana kamu mau kan jadi pacar gue?" tanya Frans lagi.
Gladis tersenyum ia pun mengangguk pelan menjawab pertanyaan Frans.
Frans tersenyum gembira sungguh ia juga merasa begitu bahagia.
''Ih anak itu dimana sih kebiasaan deh ditungguin gak nongol-nongol.'' Kesal Clarisa.
Clarisa pun segera melangkah kembali ke kelas dimana tadi di adakan rapat OSIS di ikuti oleh Selena yg sedang asik memainkan ponselnya.
''Lo masih belum beres dis?" tanya Clarisa yg hendak masuk ke kelas tapi ia sedikit kaget karena kini sahabat baiknya sedang bersama dengan Frans berdiri di ambang pintu.
Frans dan Glasis seketika terkejut meski Gladis sedikit masih syok akan kenyataan jika saat ini dirinya sudah jadian dengan lelaki yg sudah sangat lama ia kagumi.
"Eh udah kok ayo,'' ucap Gladis dan segera berjalan lebih dulu meninggalkan kedua sahabatnya yg sedang menatap selidik pada Frans.
''Dis ih tunggu!" teriak Selena mengejar Gladis.
Kini mereka sudah berada di parkiran Gladis masih memegangi pipinya yg terasa begitu panas membuat Clarisa dan Selena merasa heran dengan tingkah sahabatnya itu.
"Lo kenapa sih senyum-senyum gitu udah kayak orang gila aja.'' Gerutu Clarisa.
Gladis masih tersenyum ocehan sahabatnya itu tidak berpengaruh sama sekali ia masih merasakan bahagia yg saat ini ia rasakan.
Selena segera menempelkan tangan nya pada Gladis mengecek apa sahabatnya itu baik-baik saja atau tidak.
Gladis segera menepis tangan Selena ia sedikit kesal karena tingkah Selena. ''Ih apaan sih gue baik-baik aja kok.'' Ketus Gladis tapi ia masih tersenyum dengan manis.
''Ya lagian lo udah kayak orang kesurupan tahu.'' Kesal Selena lagi.
''Ada apa sih?"
''Ayo tebak?" ucap Gladis lagi.
''Hmmm males ah gue capek,'' seloroh Clarisa yg memang tidak lagi mood.
''Yah gak seru, tapi kalian penasaran kan?" tanya Gladis lagi dengan senyum yg masih saja mengembang.
''Ya coba deh cerita yg benar jangan sampek gue kesal.'' Gerutu Clarisa.
''Jadi, gue jadian sama Frans,'' Ucap Gladis jujur.
Seketika kedua sahabatnya itu langsung memeluk Gladis dengan gembira mereka memang sudah tahu kalau Gladis mencintai Frans dan dia belain jomblo sampai akhirnya kini terbalaskan juga.
''Aaahhh gue ikut senang dis,''
''Iya gue juga senang,'' ucap Selena juga yg masih saling berpelukan.
''Iya gue juga senang tapi udah dong gue pengap nih,'' keluh Gladis yg memang sudah merasa sesak.
Kedua sahabatnya pun melepas pelukan nya dengan tawa kecil mereka.
''Ya udah kita pulang yuk udah hampir sore juga.'' Kata Gladis pada akhirnya menyudahi acara mereka.
''Kamu pakai motor tadi kesini? hah gue gak percaya sama kamu nanti yg ada kamu nabrak loh.''
''Enggak lah nih buktinya gue gak apa-apa kan? lagian gue udah dapat sim jadi kalian gak usah khawatir gitu,'' kata Gladis dengan percaya diri.
Sebenarnya ini juga adalah kali pertama dirinya naik motor lagi karena a memang sebenarnya ia bisanya naik mobil namun karena pagi tadi ia merasa kesal membuat dirinya nekat untuk naik motor dan akhirnya ia bisa dengan selamat sampai sekolah.
''Ikut kita aja yuk biar motor lo nanti di ambil aja sama supir lo?" seloroh Clarisa yg merasa khawatir pada sahabat baiknya itu.
''Udah gak apa-apa lagian kalian masih gak percaya apa sama gue.''
''Ya udah gue duluan ya bye,'' ucap Gladis yg langsung menaiki motornya dengan yakin hingga akhirnya motor itu menghilang dari pandangan mereka.
Gladis begitu bahagia ia menjalankan motor nya dengan kecepatan sedang saja dan menikmati perjalanan.
Hatinya masih berbunga-bunga memikirkan kejadian yg sungguh tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Namun karena keasyikan melamun membuat dirinya tidak konsen di jalan dan ia hampir saja menabrak sebuah mobil dan ia malah terjatuh dari motornya.
''Awww,'' pekik Gladis yg masih belum bisa bangun karena tubuhnya tertimpa motor nya sendiri.
Seseorang itu pun segera keluar dari dalam mobilnya dan segera menghampiri dirinya di ikuti oleh beberapa orang yg ikut menolong dirinya.
''Gadis.'' Seru seorang lelaki itu dan segera menghampiri dirinya.
''Kamu gak apa-apa?" tanya lelaki itu dengan khawatir.
Ia pun segera membangunkan dirinya dan beberapa orang membantu membenarkan posisi motornya.
''Mbak, motornya sedikit lecet kayaknya gak bisa di pakai kalau di pakai juga bisa membahayakan.'' Seru salah seorang lelaki.
''Ya sudah pa bisa bawa motor itu ke bengkel depan aja ya pa saya minta tolong.'' Ucap Irfan yg sedang menyangga Gladis.
Lelaki itu pun mengangguk dan segera membawa motor milik Gladis ke bengkel yg tepat dekat dengan dirinya berdiri.
''Kamu gak apa-apa kan?" tanya Irfan lagi pada Gladis.
Gladis menggeleng ia sedikit syok karena jika saja mobil di belakang nya tidak segera berhenti ia akan terlindas tapi ia cukup beruntung.
''Ya sudah biar saya antar pulang.'' Ajak Irfan yg langsung membawa Gladis ke dalam mobil miliknya.
Gladis tidak banyak bicara ia masih sedikit syok.
''Kenapa bisa sampai jatuh?" tanya Irfan pada akhirnya memecah keheningan.
''Aku gak tahu pak,'' balas Gladis jujur karena jika saja ia jujur tentu lelaki di sampingnya mungkin akan memarahi dirinya karena lelaki yg menolong dirinya adalah guru nya di sekolah.
Irfan menghembuskan napasnya namun matanya menatap kaki Gladis yg sedikit terluka karena tadi tertimpa motor nya.
''Loh kok kesini, pak bukan kesini tapi jalur sana,'' protes Gladis yg baru sadar jika dirinya di bawa ke arah yg berbeda.
''Diam saja mana mungkin saya membawa kamu pulang dengan kami terluka seperti itu.'' Balas Irfan dengan nada dingin nya.
Gladia kembali diam ia tidak lagi bisa berkutik ia bahkan baru sadar jika kakinya terluka pantas saja ia tidak bisa berjalan bahkan berdiri saja ia merasa sakit.
''Ayo turun,'' perintah Irfan saat sudah sampai di tempat tujuan nya.
Gladis menatap klinik yg terlihat di depan nya ia pun segera membuka pintu dan hendak turun tapi apa daya kakinya sangat sakit bahkan air matanya keluar begitu saja.
Irfan yg melihat itu ia pun segera menghampiri Gladis dan membantu Gladis berdiri dan memapahnya untuk masuk ke dalam klinik.
''Awww,'' pekik Gladis lagi ia menghentikan langkahnya karena sakit yg ia rasa.
Irfan merasa tidak tega ia pun langsung menggendong Gladis ke ruangan yg akan ia tuju.
''Pak aku bisa sendiri,'' cicit Gladis merasa tidak nyaman karena kini ia berada dalam gendongan sang guru bahkan ia dapat mencium bau wangi tubuh gurunya.
Bersambung........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Hanum Anindya
makanya Gladis jangan melamun di jalan mikirin Frans.
2023-01-10
1
Risfa
mangatt ya ka
2023-01-09
1
Astria
mulai nih pemeran utama kluar
2023-01-08
2