''Ekhm," Frans berdehem seraya mendekati Gladis yg masih duduk di kursinya.
Terlihat ia seperti sehabis menangis membuat langkah Frans sedikit ia pelan kan.
"Lo diem aja disini tumben gak ke kantin bareng temen lo itu?" tanya Frans sedikit canggung.
Sebenarnya ia ingin mengutarakan maksud nya tapi melihat wanita yg ia cintai itu seperti bersedih membuat ia merasa tidak tepat waktunya.
"Ekhemmm," Gladis mengatur dirinya agar terlihat biasa saja di hadapan siapapun meski sepertinya itu tidak bisa ia sembunyikan dari lelaki yg kini sudah duduk di dekat dirinya.
"Lo nangis ya?" tanya Frans mengangkat sebelah alisnya.
Gladis mengangkat wajahnya hingga mata mereka saling bertemu namun beberapa detik kemudian ia mengalihkan pandangan nya dari lelaki yg sudah sangat dekat dengan dirinya dan itu hanya sekedar teman karena memang mereka sekelas dan satu organisasi membuat dirinya memang dekat dibandingkan dengan lelaki lain.
"So tau." Ketus Gladis pada akhirnya.
Ia tidak mungkin berkata jujur gengsinya memang sangat tinggi.
Frans yg mendengar itu seketika tertawa kecil namun ia buru-buru diam kembali karena kini Gladis menatap dirinya kesal.
"Mau apa ko kesini bukannya sana aja sama temen lo lagian ada apa kamu nyamperin aku kesini?" selidik Gladis pada akhirnya.
Sebenarnya ia memang tidak nyaman berduaan di kelas dengan lelaki meski ia memang bergaul bebas tapi ia tidak seperti yg mereka duga.
Frans menghembuskan napas nya dengan kasar namun ia menggaruk tengkuknya yg merasa mendadak gatal jelas tidak mungkin ia mengatakan jika dirinya hendak mengungkapkan perasaan nya jelas sekali bukan waktu yg tepat.
"Enggak jadi gini nanti sehabis jam sekolah habis kita adakan pertemuan OSIS lagian masa jabatan kita udah mau abis kita harus segera buat pemilihan OSIS baru." Ungkap Frans mencari topik lain.
Memang sebenarnya ia juga hendak merencanakan itu tapi seharusnya jadwalnya besok tapi ia tanggung bingung dan mengatakan nya sekarang.
"Oke," Gladis menyetujui nya.
Ia pun segera bangun dari duduknya namun ia bangun di saat waktu yg tidak tepat membuat ia hampir saja terjatuh karena tidak seimbang.
Frans yg melihat itu ia pun segera membantu Gladis karena ia hampir saja terjatuh.
"Sorry, aku gak sengaja," cicit Gladis merasa malu karena hampir saja jatuh di depan Frans.
"Lo gak apa-apa kan?" tanya Frans pada akhirnya.
Gladis menggeleng ia pun segera bangun dan membenahi pakaian nya.
"Hai kalian berdua aja udah kayak orang lagi pacaran," celetuk Clarisa yg baru saja datang dengan membawa makanan di tangan nya.
Gladis mendadak gugup ia sedikit kaget karena tuduhan dari sahabat nya itu sementara Frans ia juga tidak jauh beda merasa gugup karena tuduhan dari teman kelasnya.
"Ih apaan sih lo Clar gue lagi ngobrolin buat nanti rapat OSIS ya kan Frans?" tanya Gladis meminta agar Frans mengatakan yg sebenarnya.
Frans menatap Gladis sebelum akhirnya ia menjawab. " Ya itu benar nanti sehabis pulang sekolah," jelas Frans lagi.
Frans pun segera pergi meninggalkan ketiga wanita itu.
Dadanya terasa berdebar seolah sedang ketahuan maling padahal ia tidak melakukan apapun.
"Kok gue lihat si Frans kayak beda yah," ucap Selena yg dari tadi hanya diam.
Ia hanya melihat tingkah Frans sama Gladis terlihat ada sesuatu yg mereka sembunyikan.
Gladis menatap Selena yg seolah sedang mengintrogasi dirinya membuat ia sedikit terkejut.
"Apaan sih sel, lagian gak ada apa-apa kok," celetuk Gladis pada akhirnya.
Selena dan Clarisa saling pandangan dan pada akhirnya mereka saling melempar senyum.
"Apaan sih kalian itu gak jelas banget tahu lagian ada apa coba?" tanya Gladis yg sedikit gusar karena seolah dirinya sedang di hakimi oleh kedua sahabatnya.
"Kalau gak ada apa-apa ya biasa aja kali kan gue ngomongnya juga si Frans bukan sama lo," cetus Selena sambil tertawa kecil.
Clarisa yg mendengar ucapan Selena ia pun tak kalah senang nya. "Yap betul sekali gue yakin kalian udah jadian ya?" tebak Clarisa pada akhirnya.
Sontak Gladis membulatkan matanya seolah kaget dengan tuduhan yg lebih jauh lagi. "Apaan sih kalian itu gak jelas banget," kesal Gladis lagi.
"Cie yg udah jadian," goda kedua sahabatnya itu membuat Gladis semakin merasa malu padahal dirinya tidak jadian dengan Frans.
Sebenarnya Gladia sendiri ia memang naksir pada Frans tapi mana mungkin ia mengutarakan nya lagian dalam kamus hidupnya ia tidak boleh sampai nembak seorang lelaki hanya ada lelaki yg nembak duluan itulah yg ia harapkan tapi sudah hampir tiga tahun ini ia memendam perasaan nya pada Frans nyatanya belum juga terjadi membuat hanya dirinya saja yg sampai saat ini jomblo berbeda dengan kedua sahabatnya yg sudah sering pacaran.
.
"Oke jadi kita itu harus segera menentukan siapa saja kandidat yg akan di pilih untuk menjadi bakal calon ketua OSIS dan juga wakil OSIS." Papar Frans dalam rapat kerjanya.
Semua orang yg hadir sudah merekrut siapa saja yg mereka pilih.
"Apa gak sebaiknya kita beri kesempatan pada siapa saja yg ingin mencalonkan diri untuk jadi ketua dan wakil OSIS? soalnya gimana kalau kita tunjuk para kandidat eh mereka gak bisa memenuhi nya?" seru Gladis berpendapat.
Frans yg mendengar itu mengangguk paham ia pun merasa apa yg di ucapkan Gladis ada benarnya juga karena tak semua orang sanggup akan tanggung jawab itu.
"Kalau menurut yg lain gimana?"
"Ya benar juga kalau untuk tahun ini gimana kalau seperti itu jadi siapa saja yg mau boleh mencalonkan dirinya tapi jika tidak ada yg berminat ya sudah kita pilih para kandidat seperti tahun-tahun sebelumnya." Seru salah seorang anggota OSIS.
"Oke kalau begitu kita ambil kesimpulan seperti itu dan kita akhiri saja rapat kali ini. Oh ya dan untuk acara lengser kita langsung adakan acara minggu depan aja gimana?"
"Ya minggu depan aja lebih baik lagian kan mepet juga kalau minggu ini," seru anggota lain.
"Ya sudah kalau begitu rapat selesai dan kita akhiri dengan doa."
Acara rapat telah selesai dan semua para anggota sudah pulang kini hanya tinggal Gladis yg sedang merapihkan barang bawaan nya dan juga Frans yg sedang membereskan berkasnya juga.
Gladis yg sudah selesai ia pun bangun dari duduknya namun baru juga beberapa langkah kini Frans memanggil dirinya membuat Gladis seketika menghentikan langkahnya.
"Ekhm dis, boleh aku ngomong sebentar?" tanya Frans yg mendadak canggung.
Gladis sendiri ia sedikit gugup namun ia cukup bisa mengontrol dirinya ia hanya mengangguk mengiyakan permintaan dari Frans.
"Dis, ekmmm sebelumnya aku eh gue minta maaf ya sama lo tapi emmm... "
Ucapan Frans menggantung membuat Gladis mengerutkan kening nya.
"Ya?" sahut Gladis bingung.
"Lo mau kan jadi pacar gue?" tanya Frans pada akhirnya.
Frans memang sudah tidak bisa lagi menahan dirinya ia sungguh ingin mengatakan itu sejak tadi siang.
Bersambung.........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Hanum Anindya
kak, tulisan yg jangan disingkat. tulis yang saja. semangat kak. makin seru juga sih ceritanya penasaran.
2023-01-10
1
YouTrie
Seru ceritanya kak
2022-11-19
0
Maya●●●
udah tak masukin fav ya kak
2022-10-07
0