Beberapa hari sebelumnya...
Nathan Dean Elkanah Prakoso. Nama panggilan Dean. Pria tampan berusia 30 tahun itu sedang membasuh dirinya di dalam kamar mandi. Tubuhnya yang sempurna bagi kaum hawa basah oleh guyuran air shower membuatnya terlihat hot dan seksi. Wanita manapun yang memandangnya imannya pasti akan tergoda.
Tubuh telanjang itu memperlihatkan perut six-pack nya yang digandrungi oleh para wanita. Bahkan membuat iri kaum adam. Hanya dengan memakai handuk putih yang melilit di pinggangnya, Dean keluar dari kamar mandi.
" Sayang, malam ini jangan lupa ya. Makan malam dengan mama dan papa untuk merayakan ulang tahun Eivel." ucap seorang wanita cantik mengenakan kimono putih sambil menyerahkan pakaian untuk Dean.
Bukannya menerima pakaian dari wanita itu yang adalah istrinya, Dean malah menarik tubuh sang istri ke dalam pelukannya. Kemudian dikecupnya keningnya kemudian turun ke mata, lalu turun ke pipi kanan dan kiri, selanjutnya yang paling menggoda bibir sexy istrinya yang merah.
Cukup lama kedua bibir itu saling memagut dengan penuh cinta, hasrat dan gairah. Ciuman yang tergolong panas itu terpaksa harus dihentikan oleh sang istri.
" Sayang, nanti kamu terlambat ke kantornya.!" Pria itu melonggarkan pelukannya. Ditatapnya mata bening nan indah milik istrinya itu.
" Ingat ya sayang, makan malamnya. Nggak boleh lupa.!" ucapnya mengingatkan suaminya itu.
" Iya sayang aku akan ingat. Mana bisa aku lupa dengan hari penting begitu. Apalagi ada kamu yang selalu mengingatkanku!" balas Dean dengan tatapan romantisnya. Dean memang ahlinya dalam menyenangkan hati perempuan lewat ucapan manisnya.
" Karena kamu kan pelupa sayang. Kalau sudah sibuk bekerja pasti tidak ingat yang lain-lain." Ujar istrinya itu mengingatkan suaminya.
" Tapi aku tidak pernah melupakan kamu kan sayang!" candanya.
" Iya, semoga saja. Siapa tahu suatu saat sayang amnesia dan lupa semua tentang aku dan putra kita." ujar wanita itu dengan serius menanggapi candaan suaminya itu.
" Nggak bakalan deh sayang. Aku berjanji apapun yang terjadi aku pasti tidak akan pernah melupakan kamu dan putra kita. Karena kalian adalah hidupku. Bagaimana mungkin aku bisa melupakan hidupku sendiri!" ucapnya dengan begitu meyakinkan.
" Hemm, baiklah. Tapi ingat malam ini jangan lupa lagi.!" katanya lagi mengingatkan.
" Iya, malam ini aku pasti tidak akan lupa.!" Ucapnya sambil mengecup kening istrinya itu untuk kesekian kalinya.
" Ya, harus. Karena mungkin saja malam ini malam terakhir kita makan malam bersama, sebelum sayang berangkat ke luar kota beberapa hari lagi. Iya kan. Jangan sampai Eivel kecewa karena Papanya melewatkan malam ulang tahunnya.!" ucap istrinya tak henti-hentinya mengingatkan suaminya yang pelupa itu jika sudah sibuk bekerja.
" Baiklah sayangku, cintaku!" dihujaninya wajah istrinya itu dengan kecupan-kecupan mesra.
" Sudah, nanti kamu telat ke kantornya. Ini pakaian kamu.!"
Dean malah semakin memeluk istrinya itu dengan erat. Seakan enggan untuk melepaskannya. Dipejamkannya kedua matanya menikmati kehangatan cinta diantara mereka berdua. Hati mereka yang terlalu mencintai saling melebur dan menyatu hingga tak lagi terpisahkan.
Kedua insan yang saling mencintai ini memang adalah pasangan yang sempurna. Kisah cinta mereka begitu sempurna sehingga membuat orang-orang disekitarnya terlihat iri. Tidak hanya paras mereka yang tampan dan cantik sebagai pasangan ideal, tetapi juga hati keduanya saling tulus dan jujur. Sehingga ketika keduanya disandingkan, maka terciptalah kesempurnaan cinta yang sejati. Dan kesempurnaan cinta itu semakin disempurnakan dengan kehadiran buah cinta mereka yang tak kalah tampan dan menggemaskan.
Dan pada akhirnya keduanya larut dalam kehangatan cinta mereka. Pagi ini diawali dengan keindahan cinta yang disemai oleh keduanya. Ketika mereka larut dalam nikmatnya penyatuan yang romantis itu, mereka tak menyadari kehadiran sosok lain di tempat itu.
" Mama, Papa.!" teriak seorang pria kecil dengan suara yang menggemaskan. Pria kecil itu adalah Feivel Geveriel Harrison Prakoso. Mendengar suara teriakan kecil dari putra tersayang mereka Eivel, panggilan sayangnya, kedua anak manusia yang tengah bermesraan dengan romantisnya menoleh ke arah sumber suara.
Eivel memandang tajam kedua orang tuanya itu.
" Bisakah, mama dan papa pagi-pagi itu tidak bermesraan dihadapan Eivel?" ucapnya sambil melipat tangan didadanya. Gayanya persis orang dewasa yang menangkap basah pasangan yang sedang bermesraan. Dengan gayanya itu malah terlihat menggemaskan.
Dean pun melepaskan pelukannya dari istrinya itu. Dengan berkacak pinggang dia membalas perkataan putranya itu.
" Hey young man, tidak bisakah mengetuk pintu dulu sebelum masuk ke kamar mama dan papa?"
" Sudah berulang kali Eivel mengetuk pintu kamar papa dan mama, tapi kalian berdua terlalu asyik bermesraan sampai tidak mendengarnya sama sekali.!" balasnya tidak mau kalah.
Mendengar ucapan putranya itu, sang mama malah tersenyum lucu.
Dean melangkah mendekati Eivel, lalu diangkatnya tubuh kecil dan imut itu ke dalam pelukannya.
"Jadi anak papa yang tampan ini sudah mulai dewasa ya sekarang!" puji Dean dengan bangganya.
" Tapi bagi papa, kamu akan selalu jadi putra kecil papa yang imut dan lucu!"
" Papa, Eivel bukan anak kecil lagi. Dan Eivel nggak mau digendong lagi sama papa. Apa kata teman-teman Eivel jika mereka melihatnya. Eivel kan malu papa!" ucapnya dengan gaya dewasanya.
Dijauhkannya wajahnya dari sang papa yang berusaha mencium pipinya. Dan sementara itu sang mama nampak bahagia melihat interaksi kedua pria kesayangannya itu.
Dean pun menurunkan Eivel dari gendongannya. Kemudian sambil mengenakan pakaian kantornya dia mendengarkan pertanyaan dari putranya itu.
" Papa jadi berangkat ke luar kota?"
Dean menjawab sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. " Iyaaa!"
Terlihat ekspresi wajah Eivel yang sepertinya tidak bahagia mendengar jawaban sang papa. Melihat mimik wajah Eivel yang seakan mendung dan kelabu Dean pun berkata kepada putranya itu.
" Hei jagoan papa, sebagai kepala rumah tangga papa harus bertanggung jawab untuk kesejahteraan kamu dan mama. Karena itu papa harus bekerja keras demi membahagiakan kalian kesayangan papa!" ucap Dean memberi pengertian kepada putranya itu.
" Tapi papa kan pergi hanya untuk beberapa hari saja. Papa sudah janji kalau bulan depan kita akan libur bersama-sama. Dan papa tidak akan mengingkarinya!" Dean mencoba memberi keyakinan pada putranya itu agar tidak merasa dikecewakan.
" Tapi papa harus pergi bekerja, sebagai seorang pimpinan di perusahaan papa harus bisa memberikan teladan bagi karyawan papa karena ini adalah tanggung jawab papa. Eivel mengertikan?" ucapnya mencoba memberi pengertian agar putranya itu bisa berpikir dengan bijaksana meski diusianya yang masih belia itu.
" Eivel mengerti papa. Eivel juga ingin kelak setelah dewasa bisa seperti papa. Menjadi seorang pemimpin yang bertanggung jawab. Dan jika Eivel sudah sukses nanti, Eivel akan membahagiakan mama dan papa.!"
" Mama dan papa tidak perlu bekerja lagi, Eivel akan membawa mama dan papa keliling dunia dengan uang Eivel sendiri. Merawat mama dan papa sampai kapanpun.!"
Mendengar ucapan Eivel, rasa haru menyelimuti hati keduanya. Mereka tak mengira Eivel akan berkata sedewasa itu. Mereka tak menyangka jika Eivel putra kecil mereka mampu memikirkan hal sebesar itu dalam benaknya. Betapa bahagianya hati keduanya karena mendapat anugerah yang begitu besar dalam hidup mereka.
Keduanya sangat bersyukur karena Tuhan mengirim seorang putra yang sangat istimewa ditengah-tengah keluarga kecil mereka.
Mereka bertiga saling merangkul dengan penuh cinta dan kehangatan yang begitu mendalam. Tak ingin rasanya waktu berlalu agar moment kebersamaan mereka seperti saat ini tidak akan berakhir. Namun tetap abadi selamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments