BAB 15.

Dalam remangnya malam, di bawah langit temaram, Ishana memandang langit kosong tanpa hiasan bintang dan sang rembulan. Hanya kesedihan yang memenuhi ruang hati dan pikirannya saat ini. Bagaimana tidak, putra kesayangannya sudah tiga hari menghilang dan tidak ada kabar beritanya.

Perasaan hatinya tak terbilang rasa sakitnya. Suaminya belum juga ditemukan dan sekarang putranya pun ikut menghilang. Rasanya terlalu berat ujian yang harus dihadapinya itu. Wajah letihnya nampak menutupi kecantikannya. Matanya terlihat sembab karena terlalu banyak meneteskan air mata. Seolah-olah beban hati yang ditanggungnya begitu berat. Ingin bercerita tapi dia tidak tahu kepada siapa dia harus mencurahkan keluh kesahnya.

Berdiam dalam sepi tak jua memberi petunjuk untuknya. Pasrah, jalan satu-satunya. Tapi tanpa berusaha bagaimana dia bisa menyelesaikannya? Pikirannya seakan tak tahu lagi harus memikirkan ide ataupun solusi untuk menemukan jalan keluarnya. Dan lagi-lagi hanya air mata yang mampu menghapus rasa sedihnya meski hanya untuk sesaat saja.

Tapi dia tidak akan pernah menyerah dan putus asa. Banyak jalan menuju ke Roma. Dia tidak boleh larut dalam jurang kesedihan lebih dalam lagi. Mungkin tak semudah yang dibayangkan, namun selama tetap berusaha Tuhan pasti buka jalan. Dalam lelah batin dan letihnya raga, Ishana pun memejamkan matanya. Berdoa kepada sang Khalik agar besok menjadi hari yang lebih baik dan membawa harapan baru untuknya.

Langit cerah menyambut matahari pagi yang bersinar hangat. Ishana bangun dari peraduannya. Tidurnya tidak cukup nyenyak tapi setidaknya raganya bisa beristirahat sejenak. Dia segera membersihkan dirinya dan bersiap untuk bekerja. Saat sedang berdandan, terdengar bunyi ponsel berdering. Ishana mengangkatnya tertera nama asistennya.

" Halo, Selamat pagi Nyonya!" sapa asistennya dari seberang.

" Ya halo, selamat pagi.!" jawab Ishana.

" Nyonya, ada kabar baik. Detektif Jack yang kita sewa melaporkan jika keberadaan Tuan muda Eivel sudah diketahui!"

Mendengar berita itu betapa bahagianya hati Ishana.

" Eivel ada dimana sekarang? " Ishana begitu antusias dan bersemangat.

" Detektif Jack mengatakan kalau Tuan muda Eievel tertangkap CCTV naik bus menuju Desa Pelangi.!"

" Desa Pelangi?" Ishana mencoba mengingat tentang Desa Pelangi. Dia memang pernah mendengar nama tempat itu dan seingatnya Desa itu pernah dibicarakan oleh suaminya berhubungan dengan proyek yang pernah ditanganinya, namun terkendala karena sulitnya untuk memasuki tempat itu untuk dijadikan tujuan proyek pembangunan oleh perusahaan miliknya.

Ishana berpikir mengapa Eivel punya ide untuk pergi ke tempat itu? Karena Eivel tidak pernah mengetahui tempat itu sebelumnya.

Tak mau berlama-lama lagi, Ishana segera mengambil tas berisi dompet dan keperluan lainnya lalu dengan berlari kecil dia meninggalkan kamarnya, naik mobil dan langsung melaju. Bahkan untuk sarapan pun tak ingat lagi.

Ishana dengan harap-harap cemas melajukan mobilnya menuju Desa Pelangi. Sesuai dengan petunjuk yang disampaikan oleh Detektif Jack, Ishana sudah tidak sabar lagi untuk segera menemukan Eivel. Beberapa jam kemudian Ishana tiba di Desa Pelangi. Desa itu memang tidak begitu luas dan padat seperti di kota. Tapi tetap saja tidak mudah untuk menemukan seorang anak kecil di tempat itu. Ishana langsung menuju Pos Polisi terdekat untuk menanyakan informasi keberadaan Eivel.

Setelah memberitahukan maksud kedatangannya dan menanyakan keberadaan putranya itu, Polisi pun memberi petunjuk tentang keberadaan Eivel. Tentu saja Polisi setempat mengetahui keberadaan Eivel karena Freya sebelumnya telah melaporkan keberadaan Eivel yang tinggal di rumahnya.

Dengan perasaan yang begitu bahagia, Ishana pun segera meluncur ke alamat yang diberikan oleh Petugas Polisi. Dan kebetulan hari itu Eivel sedang bersama dengan Dave dan Freya sedang menghabiskan waktu bersama di taman halaman rumah. Sedangkan Nyonya Hermawan dan Gama berada di Toko.

Sampai di depan rumah keluarga Hermawan, Ishana memarkirkan kendaraannya tepat di depan pintu gerbang masuk. Ishana keluar dari mobil dengan suasana hati yang bercampur aduk. Senang, bahagia, tidak sabar, hati berdebar-debar. Seperti seseorang yang akan berjumpa dengan kekasihya, dengan orang yang dicintainya.

Ishana berjalan memasuki gerbang dan melangkah dengan perlahan. Pandangannya menyapu ke sekeliling tempat itu. Banyak tanaman tumbuh dengan suburnya. Beraneka ragam jenis dan warna bunga, bermacam-macam pohon buah dan pohon peneduh menambah kesejukan, keasrian dan keindahan tempat itu.

Pasti orang-orang yang tinggal di rumah ini hidup dengan sehat dan bahagia. Semakin mendekat, Ishana mulai mendengar sayup-sayup suara tawa kecil. Ishana mempercepat langkah kakinya. Lalu sorot matanya memandang ke salah satu sudut di Taman itu, dibawah pohon pinus yang hijau, diatas matras yang terbentang di tanah duduk tiga sosok manusia kelihatan begitu bahagia dan sangat menikmati waktu bersama mereka.

Ishana mendekati mereka, dan berjarak beberapa meter semakin dekat semakin jelas wajah dari ketiga sosok tersebut. Dan betapa kagetnya Ishana bagaikan tersambar petir ketika dilihatnya sosok yang sangat dikenalnya. Eivel tertawa bahagia dan pria yang ada dihadapannya itu pun terlihat bahagia sekali.

Ishana membeku, pikirannya seakan kosong. Seakan tidak bisa mencerna apa yang sedang disaksikannya saat ini. Suaminya Dean yang hilang beberapa bulan lalu kini malah berada dihadapannya bersama dengan putranya. Dan seorang wanita lain berada diantara mereka. Sekilas pandang, orang-orang akan mengira jika mereka bertiga adalah keluarga kecil yang bahagia.

Cukup lama Ishana terpaku, hingga tanpa sengaja Eivel menoleh ke arah tempat Ishana berdiri dan spontan memanggil mamanya itu.

" Mamaaa!!" Eivel bangkit berdiri kemudian berlari ke arah Ishana dan langsung memeluknya. Tak dapat menahan rasa haru, Ishana menangis sambil memeluk Eivel dengan erat. Freya dan Dave berdiri menyaksikan pemandangan haru yang ada dihadapan mereka.

Mereka tak mengira akan ada peristiwa yang mengharukan seperti ini. Sambil masih berurai air mata Ishana mendekap erat putranya itu seakan tak ingin melepaskannya lagi. Sedangkan Freya dan Dave hanya berdiri dan memandanginya dengan perasaan yang meleleh. Pertemuan anak dan ibu yang sungguh-sungguh mengharu biru ini membuat hati keduanya tersentuh dan terenyuh. Sekaligus bahagia karena akhirnya Eivel bisa bertemu kembali dengan keluarganya.

Setelah merasa puas, Ishana melepaskan pelukannya, mengusap air mata dari wajahnya dan menggenggam tangan Eivel dengan erat dan hangat.

Dialihkannya pandangannya ke pada Dave. Pandangan yang begitu dalam dan tajam. Sorotan mata itu dipenuhi dengan tanda tanya. Jika selama ini suaminya itu berada di tempat ini mengapa dia tidak pernah mengabarinya? Mengapa suaminya itu tidak menghubunginya sama sekali?

Ishana melangkah perlahan mendekat ke arah Dave. Eivel yang berjalan disisinya ikut mendampingi Mamanya itu. Dave dan Freya sedikit bingung melihat sikap wanita itu. Pandangan matanya kepada Dave tak berubah sedikitpun. Melihat sorotan mata itu Freya bisa mengartikan jika wanita itu kenal dengan Dave.

" Dean sayang!" kata itu akhirnya keluar dari bibir manis Ishana. Mendengar Mamanya memanggil pria itu dengan nama Papanya, Eivel pun ikut memanggil pria itu tapi masih ada keraguan terdengar dari nada suaranya.

" Papa Dean?"

Freya yang kaget sekaligus bingung ketika mendengar wanita itu memanggil Dave dengan sebutan sayang. Bahkan Dave sendiri pun terlihat bingung. Hatinya mulai berdebar dengan kencang. " Apakah wanita ini mengenalnya?" Kenapa hatinya seperti khawatir dan gelisah untuk mengetahui kebenarannya?"

" Maaf, apakah saya mengenal anda? Dave pun akhirnya bertanya untuk menjawab rasa penasarannya.

Mendengar pertanyaan Dave, malah mengejutkan bagi Ishana. Suaminya itu malah tidak mengenalinya. Freya yang mengerti situasinya membuka suaranya untuk mengurai kebingungan yang terjadi saat ini.

" Maafkan saya, tapi boleh saya bertanya? Apakah anda mengenal Dave?

Ishana menoleh ke arah Freya. Mendengar Freya menyebut Dean dengan sebutan Dave membuat hati dan pikirannya diliputi tanda tanya dan keraguan.

" Namanya Dave? Ishana balik bertanya.

Freya mengangguk perlahan lalu menjawabnya dengan jujur sekaligus ragu. " I.. iya. Tapi itu bukan nama aslinya!"

" Lalu siapa nama aslinya?" Ishana kembali bertanya. Dan kali ini Freya hanya menjawab dengan menggelengkan kepalanya.

Ishana lalu mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto Dean kepada Freya. Foto pernikahannya dengan Dean yang tersimpan di galeri ponselnya. Jujur, Freya sangat kaget dan terkejut. Tak pernah terbayangkan olehnya jika kenyataannya ternyata seperti ini. Tidak tahu mengapa hatinya terasa sakit melihat photo pernikahan itu. Sakit dan teramat sakit. Apakah ini artinya jika hatinya telah jatuh cinta kepada Dave? Dan dia takut untuk kehilangan Dave?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!